Banyuwangi (Antara Jatim) - DPC PDI Perjuangan Kabupaten Banyuwangi mulai melakukan rangkaian soft opening kantor sekretariatnya dengan sejumlah kegiatan, di antaranya adalah khataman Alquran, menyantuni anak yatim, dan salat maghrib berjamaah. Acara juga diisi dengan makan tumpeng bersama kader dan masyarakat.
Menurut Ketua DPC PDIP Banyuwangi Made Cahyana Negara di Banyuwangi, Jumat, dengan rangkaian acara tersebut, pihaknya berharap pembukaan kantor membawa berkah sekaligus semakin mendekatkan partai dengan rakyat.
"Alhamdulillah kami sudah mulai soft opening kantor sekretariat, kami gelar khataman Quran, santunan anak yatim, dan beberapa acara lagi dalam satu rangkaian. Jadi ke depan masih ada rangkaian acara lagi menuju grand opening, seperti bedah buku kebangsaan dan keagamaan, tasyakuran, pertemuan kader, dan sebagainya. Untuk grand opening sedang diatur jadwalnya karena akan dihadiri para pimpinan partai," ujar Made.
Made mengatakan, kantor sekretariat yang baru ini adalah hasil gotong-royong seluruh kader, sekaligus mencerminkan kuatnya kebersamaan antarkader.
Terkait materi rangkaian acara menuju sejak soft hingga grand opening, lanjut Made, berfokus pada tiga hal, yaitu rangkaian doa untuk memohon berkah Tuhan, memperkuat rasa kebangsaan, dan mendekatkan diri dengan rakyat.
"Kita padukan antara acara yang berdimensi keagamaan, kebangsaan, dan kemasyarakatan," ujar Made yang juga ketua DPRD Banyuwangi.
Saat ini, tambah Made, PDIP Banyuwangi juga terus bersinergi dengan banyak kalangan untuk membuat program bersama. Di antaranya dengan PC Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi. Jajaran pengurus PDIP Banyuwangi dan NU pun telah bertemu.
"Jadi kami ingin bahu-membahu bersama NU dan berbagai elemen lainnya untuk menjaga Indonesia, menjaga Pancasila. Dan ini sudah kami mulai di Banyuwangi," kata Made.
"Secara historis, Bung Karno punya relasi kuat dengan NU, dengan KH Hasyim Asyari, di mana Bung Karno meminta fatwa Mbah Hasyim tentang perjuangan melawan penjajah. Kalau dalam bahasa Wasekjen PDIP Pak Ahmad Basarah, Bung Karno adalah santri, karena beliau sejak belia berguru dan menjalin relasi dengan tokoh-tokoh Islam, mulai KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, dan Ahmad Hassan. Jadi kami di Banyuwangi pun melakukan langkah serupa," kata Made.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017