Probolinggo (Antara Jatim) - Produsen ikan asin di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur terpaksa menggunakan ikan air tawar untuk memproduksi ikan asin karena minimnya tangkapan ikan laut dari nelayan di wilayah setempat.

"Angin kencang yang terjadi di wilayah perairan utara Kabupaten Probolinggo menyebabkan tangkapan ikan laut sedikit, sehingga hal itu berdampak pada industri ikan asin," kata Ahmadi, salah satu produsen ikan asin di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Senin.

Menurutnya banyak nelayan dengan perahu kecil kesulitan melaut karena angin laut cukup kencang, sehingga tangkapan ikan laut sedikit, bahkan terkadang nelayan tidak mendapatkan ikan sama sekali.

"Kondisi tersebut membuat produsen ikan kesulitan mendapatkan bahan baku dan harga jual ikan yang didapatkan nelayan tersebut juga mahal, namun di sisi lain produksi ikan asin harus tetap berjalan," tuturnya. 

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya menggunakan ikan air tawar untuk produksi ikan asin dalam menghadapi kelangkaan bahan baku ikan asin pada musim paceklik di Kabupaten Probolinggo.

"Biasanya ikan air tawar jenis ikan mujair yang dipakai sebagai ikan asin ketika ikan air laut susah didapatkan karena harganya lebih murah dan cukup diminati oleh masyarakat," katanya.

Ahmadi membeli ikan mujair Rp5.000 per kilogram dan diolah menjadi ikan asin dengan pengeringan selama 1-2 hari, kemudian menjual ikan asin kering tersebut seharga Rp40.000 per kilogram di pasaran.

"Kalau menggunakan ikan laut, kemungkinan harga jual ikan asin akan lebih tinggi karena harga ikan laut mahal akibat paceklik. Biasanya ikan asin dari ikan laut dijual seharga Rp50.000 hingga Rp65.000 per kilogram," ujarnya.

Selain bahan baku ikan laut, lanjut dia, produsen ikan asin sempat dipusingkan dengan harga garam krosok yang sempat naik mencapai Rp5.000 per kilogram, sehingga hal itu juga menjadi salah satu penyebab tingginya harga ikan asin di pasaran.

"Saat ini harga garam krosok turun menjadi Rp3.000 per kilogram, namun harga ikan laut masih tinggi karena paceklik. Apabila tangkapan ikan laut normal dan harga garam tidak naik lagi, maka harga ikan asin juga ikut turun," katanya.

Sebelumnya Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi mengatakan kenaikan harga garam beberapa waktu lalu berdampak pada industri pengolahan ikan asin, namun tidak terlalu signifikan.

"Pengasinan ikan di Probolinggo hanya sekitar 30 persen saja dan kalau lebih dari itu, pembelinya kurang suka. Hal itu berbeda dengan daerah lain yang pengasinannya mencapai 50 persen, sehingga daerah tersebut yang berdampak signifikan terhadap kenaikan harga garam," tuturnya.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017