Bojonegoro (Antara Jatim) - Tim SAR Gabungan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menemukan korban
tenggelam di Bengawan Solo di Desa Payaman, Ngraho, atas nama Nuruddin
Jauhari (9), sudah dalam keadaan meninggal dunia, Senin.
"Korban ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia sekitar 100 meter dari lokasi tenggelam sekitar pukul 13.30 WIB," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Senin.
Ia menyebutkan pencarian korban dilakukan 24 personel Tim SAR gabungan dari BPBD, Satpol PP, Taruna Siaga Bencana (Tagana), juga lainnya dengan mengerahkan sejumlah perahu karet.
Ia menjelaskan petugas Puskesmas Ngraho hanya melakukan otopsi luar, karena dari keterangan saksi bisa dipastikan korban memang tenggelam.
"Korban langsung diserahkan kepada keluarganya," ucapnya.
Pemkab, lanjut dia, memberikan santunan kepada keluarga korban tewas tenggelam yang besarnya Rp2,5 juta.
"Kalau ketentuan yang lama Rp2,5 juta besarnya santunan korban tenggelam. Kalau yang baru saya belum tahu," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan Nuruddin Jauhari tenggelam di Bengawan Solo karena terpeleset ketika sedang memancing berlima bersama dengan temannya di Bengawan Solo di desa setempat.
Saat korban berjalan di tepi sungai, terpeleset masuk Bengawan Solo kemudian terseret derasnya arus air.
"Korban bisa berenang, tetapi arusnya cukup deras sehingga terbawa derasnya arus hingga tenggelam. Teman-temannya tidak berani menolong karena Bengawan Solo di daerah setempat selain arusnya derasnya juga kedalamannya berkisar 10-15 meter," katanya.
Menjawab pertanyaan, ia membenarkan banyak korban tenggelam di Bengawan Solo juga di tempat lainnya, seperti embung dan sungai lainnya selalu terjadi karena kelengahan korban.
"Tahun ini banyak korban tenggelam di Bengawan Solo juga tempat lainnya, tetapi jumlahnya saya tidak hapal," ujarnya.
Padahal, menurut dia, Bengawan Solo justru berbahaya ketika musim kemarau, meskipun airnya surut tetapi tetap dalam dengan arus yang deras.
"Kalau banjir masyarakat tidak berani mendekat. Tapi kalau kemarau kemarau airnya surut, terutama anak-anak, berani bermain di Bengawan Solo yang arusnya deras," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau orang tua untuk ikut mengawasi anak-anaknya yang mandi atau bermain-main di Bengawan Solo.
"Ya paling tidak menemani, sebab arus Bengawan Solo berbahaya meskipun kemarau," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Korban ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia sekitar 100 meter dari lokasi tenggelam sekitar pukul 13.30 WIB," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Senin.
Ia menyebutkan pencarian korban dilakukan 24 personel Tim SAR gabungan dari BPBD, Satpol PP, Taruna Siaga Bencana (Tagana), juga lainnya dengan mengerahkan sejumlah perahu karet.
Ia menjelaskan petugas Puskesmas Ngraho hanya melakukan otopsi luar, karena dari keterangan saksi bisa dipastikan korban memang tenggelam.
"Korban langsung diserahkan kepada keluarganya," ucapnya.
Pemkab, lanjut dia, memberikan santunan kepada keluarga korban tewas tenggelam yang besarnya Rp2,5 juta.
"Kalau ketentuan yang lama Rp2,5 juta besarnya santunan korban tenggelam. Kalau yang baru saya belum tahu," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan Nuruddin Jauhari tenggelam di Bengawan Solo karena terpeleset ketika sedang memancing berlima bersama dengan temannya di Bengawan Solo di desa setempat.
Saat korban berjalan di tepi sungai, terpeleset masuk Bengawan Solo kemudian terseret derasnya arus air.
"Korban bisa berenang, tetapi arusnya cukup deras sehingga terbawa derasnya arus hingga tenggelam. Teman-temannya tidak berani menolong karena Bengawan Solo di daerah setempat selain arusnya derasnya juga kedalamannya berkisar 10-15 meter," katanya.
Menjawab pertanyaan, ia membenarkan banyak korban tenggelam di Bengawan Solo juga di tempat lainnya, seperti embung dan sungai lainnya selalu terjadi karena kelengahan korban.
"Tahun ini banyak korban tenggelam di Bengawan Solo juga tempat lainnya, tetapi jumlahnya saya tidak hapal," ujarnya.
Padahal, menurut dia, Bengawan Solo justru berbahaya ketika musim kemarau, meskipun airnya surut tetapi tetap dalam dengan arus yang deras.
"Kalau banjir masyarakat tidak berani mendekat. Tapi kalau kemarau kemarau airnya surut, terutama anak-anak, berani bermain di Bengawan Solo yang arusnya deras," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau orang tua untuk ikut mengawasi anak-anaknya yang mandi atau bermain-main di Bengawan Solo.
"Ya paling tidak menemani, sebab arus Bengawan Solo berbahaya meskipun kemarau," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017