Tulungagung, (Antara Jatim) - Lebih dari 300 hektare sawah tidak lagi mendapat pasokan air akibat jebolnya pintu air dam irigasi Sungai Ngasinan di Desa Dukuh, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sejak Jumat (28/7).

"Sementara kami terpaksa memompa air bawah tanah untuk memenuhi kebutuhan air sawah dan pematang," kata Sali, salah seorang petani di Desa Dukuh, Kecamatan Gondang, Tulungagung, Selasa.

Kendati baru beberapa hari terjadi, Sali dan sejumlah petani sudah mulai mengeluh karena penyedotan air bawah tanah menggunakan mesin pompa/diesel menyebabkan ongkos operasional mereka membengkak.

Sekali memompa air menggunakan mesin penyedot bertenaga diesel, jika sewa menghabiskan biaya tak kurang dari Rp100 ribu.

"Belum termasuk bahan bakar minyak solar/premium/pertalite. Minimal jika pakai alat sendiri biaya produksi sehari untk sedot air bisa Rp25 ribu hingga Rp50 ribu," tutur Sali.

Beberapa petani mengatakan pintu air dam irigasi yang ambrol merupakan prasarana pertanian yang vital bagi mereka.

Sebab dengan dibendungnya aliran air sungai Ngasinan dengan sistem buka-tutup, air yang terbendung bisa dengan mudah dialirkan menuju persawahan yang lokasinya lebih tinggi.

"Begitu pintu damnya ditutup, permukaan air kali naik terus dialirkan ke irigasi persawahan," ujar Sugemi, petani lain.

Sayangnya, kemudahan itu kini tak lagi dirasakan sejak pintu air dam Sungai Ngasinan yang baru tujuh bulan selesai dibangun itu ambrol.

Kepala Desa Dukuh Muhammad Sofwan mengatakan ambruknya pintu air tersebut karena konstruksi yang kurang kuat. Sebab tanda-tanda kerusakan pintu air Dam Ngasinan sudah terlihat sehari sebelumnya.

"Hari Kamis itu kondisi air kali normal, tidak banjir. Tiang pintu air di bagian tengah sudah bergeser ke arah timur," tutur Sofwan.

Sofwan juga sudah mengambil sisa adonan semen yang digunakan untuk merekatkan batu pondasi pintu air tersebut.

"Ternyata adonan tersebut bisa diremas dengan tangan. Hal itu membuktikan, adonan perekat tersebut kurang semen. Selain itu di dalam pondasi pintu air tersebut tidak ada tulangan besi," ucapnya.

Masih menurut Sofwan, debit air saat ambruknya pintu air Dam Ngasinan juga tidak terlalu besar, hanya sekitar 20 centimeter di atas daun pintu dam.

"Awal-awal dam ini beroberasi, debet airnya pernah satu meter lebih di atas daun pintu dan tidak apa-apa. Pertanyaannya, kalau di atas 20 centimeter saja sudah rusak," kata Sofwan.

Menurut Sofwan, keberadaan pintu air ini dirasakan manfaatnya di Desa Tawing, Desa Kendal, Desa Gondosuli dan Desa Dukuh.

Sofwan memperkirakan, luas area pertanian yang terairi mencapai 300 hektare, karena itu ia berharap Pemkab Tulungagung memberikan perhatian, agar pintu air ini kelas berfungsi kembali.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017