Malang, (Antara Jatim) - Kota Malang menjadi salah satu nominator penerima Anugerah Piala Adipura Kencana 2017 dari Kementerian Lingkungan Hidup (LH), setelah berhasil meraih Piala Adipura untuk kesekian kalinya.

Untuk mendukung dan menguatkan sebagai nominator Adipura Kencana, Wali Kota Malang Moch Anton mempresentasikan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kementerian LH di Jakarta yang didampingi beberapa kepala organisasi pemerintah daerah (OPD), Rabu (14/).

Wali Kota Malang, Jawa Timur, Moch Anton saat menyampaikan presentasi dan wawancara di hadapan para juri dalam acara "Presentasi dan Wawancara Wali kota/Bupati Calon Penerima Anugerah Adipura Kencana 2017," di kantor Kementerian LH,   membeberkan sejumlah inovasi yang sudah dilakukan selama beberapa waktu terakhir.

Dalam mempresentasi inovasi dan berbagai terobosan yang telah dilakukannya itu, wali kota didampingi Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan (Baretlinbang) Wasto, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Erik Setyo Santoso, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Agoes Eddy, Kepala Dinas Kesehatan, Dr dr Asih Tri Rachmi Nuswantari serta salah satu tokoh muda yang berjasa dalam pengolahan sampah di Kota Malang, yakni dr. Gamal Albinsaid.

"Terkait dengan penanganan sampah di Kota Malang, seiring dengan perkembangan yang terjadi di Kota Malang, volume sampah di kota ini terus meningkat karena adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi masyarakat. Namun, upaya mereduksi sampah menjadi prioritas dan komitmen pemerintah melalui berbagai programnya," kata Anton.
 
Berbagai layanan dan inovasi dalam pengolahan sampah seperti Bank Sampah Malang (BSM), Road Sweeper, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Tong Sampah Tematik, Kader 3R (reuse, reduce, recycle) TPS 3R dan pembangunan pengolahan sampah terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF).

Terobosan tersebut, lanjut Abah Anton, cukup efektif dalam pengurangan volume sampah di Kota Malang. Persentase peningkatkan reduksi sampah dari tahun ke tahun menunjukkan grafik positif, yakni 26 persen di tahun 2014, meningkat  26,5 persen pada tahun 2015, dan tahun selanjutnya kembali mengalami peningkatan menjadi 27 persen, bahkan tahun ini sudah menjadi 27,5 persen.

Dan, lanjutnya, tahun depan ditargetkan reduksi sampah meningkat menjadi 28 persen. Data Dinas Perkim mencatat, potensi timbulan sampah di Kota Malang sebanyak 659,88 ton per hari, dimana pengelolaan di TPA mencakup 473,22 ton per hari dan pengelolaan pra-TPA sebesar 177,66 ton per hari, sehingga persentase angka reduksi saat ini sebesar 27,5 persen.

Ia mengatakan berbagai inovasi untuk pengolahan sampah sudah dilakukan. Pengolahan sampah di Kota Malang selama ini sangat efektif, contohnya, di TPS 3R setiap hari mengelola 45 ton sampah dan untuk kader 3R sudah memiliki 1.500 orang yang tersebar di 5 kecamatan.

Program reduksi sampah melalui Bank Sampah Malang (BSM) yang menjadi program unggulan, kata Anton, tidak saja berdampak pada pengurangan volume, namun berdampak pada ranah sosial dan ekonomi masyarakat. BSM memiliki 24.000 nasabah dengan 70 jenis sampah yang dikelola dan mampu mereduksi sebesar 5 ton sampah tiap hari, bahkan BSM kini menjadi inovasi percontohan.

Menurut Anton, warga bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari mengumpulkan sampah dan menjadikannya rupiah melalui BSM yang kini memiliki omzet sebesar Rp350 juta tiap bulan. Hal ini senada dengan program dr Gamal Albinsaid yang memberikan fasilitas layanan kesehatan, dimana masyarakat diminta untuk membayarnya dengan sampah yang bisa diolah.

"Peran serta masyarakat sangat baik sekali dalam hal ini dan hal inilah yang terus kita lakukan dalam melakukan pengolahan sampah di Kota Malang," ucapnya.

Terkait dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Anton membeberkan rencana pembangunan yang bekerja sama dengan Jerman. Dalam Detail Engineering Design (DED) Sanitary Landfill terbaru, sudah ada fasilitas pemisahan dan pengolahan sampah dan pengolahan air lindi yang berpotensi digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Menurut Kepala Baretlinbang, Wasto, TPA Supit Urang akan menjadi percontohan nasional karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana memberikan dana sebesar Rp195 miliar untuk pembangunan TPA yang bekerja sama dengan tim dari Jerman.

Di hadapan bupati dan wali kota nominator penerima Adipura Kencana itu, Anton juga mengemukakan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) yang menjadi satu kesatuan dalam lingkungan hidup. Berdasarkan data,  saat ini eksisting luasan RTH di Kota Malang mencapai 1.787,34 hektare dengan rasio terhadap luasan kota sebesar 16,23 persen.

Hal itu seiring dengan program Pemkot Malang yang terus menggeber pembangunan taman dalam kurun waktu 3 tahun terakhir melalui kerja sama dengan pihak ketiga melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Hasilnya, sebanyak 15 taman baru berhasil dibangun dengan penambahan luasan taman mencapai 16,5 hektare dan ditambah dengan penanaman pohon baru sejumlah 55.000 pohon. Kota Malang saat ini memiliki 93 taman kota dan 7 hutan kota.

"Pembangunan taman yang ada di Kota Malang tidak menggunakan dana APBD melainkan menggunakan dana dari pihak ketiga, saat ini banyak perusahaan yang tertarik untuk memberikan dana CSR-nya karena mereka menilai Kota Malang yang kondusif dan stabil serta meningkat dalam perekonomian," ujarnya.

Program lain dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjadi andalan Pemkot Malang adalah Gerakan Menabung Air (Gemar) di Kampung Glintung Go Green (3G). Inovasi yang lahir dari masyarakat ini menuai banyak apresiasi dari kalangan masyarakat internasional hingga masuk nominasi dalam Top 15 inovasi dunia dalam acara penghargaan inovasi kota se-dunia yang digelar di Guangzhou, Tiongkok, beberapa waktu lalu.

Inovasi Gemar dari Kampung 3G mewakili Indonesia di ajang bergengsi tersebut dan mampu mensejajarkan posisi Kota Malang dengan berbagai kota besar dunia dalam hal inovasi, seperti London, New York, dan sebagainya.

"Kampung 3G itu awalnya langganan banjir  karena kondisi geografisnya kurang baik, akhirnya lahirlah inovasi Gemar dan saat ini kampung itu tidak pernah banjir, bahkan menjadi area hijau karena masyarakat saat ini gemar menanam. Selain mengubah kondisi lingkungan, pola pikir masyarakat di kampung tersebut juga sudah berubah," kata Anton.

Selain Kampung 3G, kata Anton, di Kota Malang ada 66 kampung tematik, seperti Kampung Warna-warni Jodipan yang awalnya terkenal dengan kampung kumuh dan kini menjadi kampung yang banyak dikunjungi, sehingga kesuksesan itu terus dikembangkan dengan membuat kampung tematik lainnya.

Inovasi bidang lingkungan lain yang tak kalah penting untuk dipresentasikan wali kota, yakni hadirnya Kampung Gas Metan yang sumbernya dari pengolahan sampah. Selain sebagai upaya menghemat energi melalui Smart PJU (Penerangan Jalan Umum) dan Konversi ke lampu jenis LED ramah energi. Khusus untuk konversi PJU, Pemkot Malang sudah mengubah jenis lampu sebanyak 1.567 dengan hasil pengurangan beban pembayaran PJU Rp 400 juta setiap bulan.

Dalam bidang pendidikan, Kota Malang juga menunjukkan komitmennya akan pembelajaran lingkungan kepada anak didik. Saat ini, dari 479 sekolah yang ada di Kota Malang, 110 sekolah mendapat gelar adiwiyata.

Inovasi lainnya adalah program 100-0-100, yakni 100 persen air bersih, 0 persen lingkungan kumuh dan 100 persen akses sanitasi layak juga terus diupayakan Pemkot Malang. Khusus untuk 100 persen air bersih, Kota Malang sudah melampaui target yang diberikan pemerintah pusat, bahkan untuk Zona Air Minum Prima (ZAMP) PDAM Kota Malang mendapat banyak penghargaan internasional.

"Dalam hal pengendalian kualitas udara beberapa program seperti uji emisi gas rutin, penyediaan transportasi massal, seperti bus sekolah dan bus wisata gratis, penyediaan jalur sepeda, pembangunan pedestrian yang nyaman hingga car free day menjadi inovasi yang akan terus dikembangkan," katanya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017