Surabaya (Antara Jatim) - Dua Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, yaitu Obed Bima Wicandra dan Anang Tri Wahyudi memamerkan karya penelitian mereka yang mengangkat tentang suporter Persebaya Surabaya atau biasa disebut Bonek.
Dalam pameran yang bertajuk "Nek Aku Bonek Koen Kate Lapo" di kampus setempat, Kamis itu, dipamerkan beberapa foto, klipping pemberitaan Bonek, baju, spanduk dan banner dalam rentang waktu bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017.
"Pameran ini dalam rangka penelitian yang saat ini lagi jalan. Saya mempelajari beberapa tempat yang belum selesai diteliti. Konsepnya adalah memberikan data awal dengan harapan ada nara sumber baru yang hasilnya selama ini terlewatkan," kata Obed Bima Wicandra.
Ditanya mengenai kenapa meneliti Bonek, Obed menjelaskan, dia dan rekan dosennya "respek" terhadap bonek. Selain itu, setuju tidak setuju, orang Surabaya ke mana-mana identik dengan Bonek.
"Jadi kalau ke mana-mana, orang Surabaya itu pasti dibilang Bonek, padahal ya belum tentu juga," kata dia.
Hal yang lain, yang melatarbelakangi penelitian ini adalah, dirinya mengapresiasi perjuangan Bonek pada waktu Persebaya vakum.
"Pada saat mereka demo pada waktu bulan Oktober sampai Januari, mereka bikin gerakan yang besar, tak hanya aksi protes tapi seni jalanan di mana-mana, entah itu mural, graviti atau spanduk," ujarnya.
Obed mengatakan, Bonek adalah objek baru dalam seni jalanan. Seni jalanan selama ini, lajut dia, dipahami sebagai seniman atau orang yang mengerti seni. Tapi kali ini adalah suporter sepakbola.
"Yang ditonjolkan dalam pameran ini adalah pesan yang mereka bawa. Selama ini keinginan mereka apa, mangkanya ada beberapa yang saya golongkan, yang benar-benar berat termasuk dialek Surabayanya, seperti umpatan khas Surabaya," tuturnya.
Menurut Obed, apa yang dilakukan Bonek adalah sebuah pendekatan baru untuk protes. Ada komunikasi di dalamnya.
"Saya juga mengkliping beberapa berita dari media massa untuk melihat yang menarik dari perubahan atau pergeseran dari Bonek itu sendiri. Sebelum ada media massa yang menangani mereka, mereka punya kesadaran untuk memperbaiki citra. Dalam beberapa spanduk bahasa mereka mulai ditata," ujar Obed.
Obed mengungkapkan, nanti setelah penelitian ini selesai, dia berencana memamerkan di luar kampus UK Petra. Selain itu dirinya juga akan mengundang perwakilan Bonek.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Dalam pameran yang bertajuk "Nek Aku Bonek Koen Kate Lapo" di kampus setempat, Kamis itu, dipamerkan beberapa foto, klipping pemberitaan Bonek, baju, spanduk dan banner dalam rentang waktu bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017.
"Pameran ini dalam rangka penelitian yang saat ini lagi jalan. Saya mempelajari beberapa tempat yang belum selesai diteliti. Konsepnya adalah memberikan data awal dengan harapan ada nara sumber baru yang hasilnya selama ini terlewatkan," kata Obed Bima Wicandra.
Ditanya mengenai kenapa meneliti Bonek, Obed menjelaskan, dia dan rekan dosennya "respek" terhadap bonek. Selain itu, setuju tidak setuju, orang Surabaya ke mana-mana identik dengan Bonek.
"Jadi kalau ke mana-mana, orang Surabaya itu pasti dibilang Bonek, padahal ya belum tentu juga," kata dia.
Hal yang lain, yang melatarbelakangi penelitian ini adalah, dirinya mengapresiasi perjuangan Bonek pada waktu Persebaya vakum.
"Pada saat mereka demo pada waktu bulan Oktober sampai Januari, mereka bikin gerakan yang besar, tak hanya aksi protes tapi seni jalanan di mana-mana, entah itu mural, graviti atau spanduk," ujarnya.
Obed mengatakan, Bonek adalah objek baru dalam seni jalanan. Seni jalanan selama ini, lajut dia, dipahami sebagai seniman atau orang yang mengerti seni. Tapi kali ini adalah suporter sepakbola.
"Yang ditonjolkan dalam pameran ini adalah pesan yang mereka bawa. Selama ini keinginan mereka apa, mangkanya ada beberapa yang saya golongkan, yang benar-benar berat termasuk dialek Surabayanya, seperti umpatan khas Surabaya," tuturnya.
Menurut Obed, apa yang dilakukan Bonek adalah sebuah pendekatan baru untuk protes. Ada komunikasi di dalamnya.
"Saya juga mengkliping beberapa berita dari media massa untuk melihat yang menarik dari perubahan atau pergeseran dari Bonek itu sendiri. Sebelum ada media massa yang menangani mereka, mereka punya kesadaran untuk memperbaiki citra. Dalam beberapa spanduk bahasa mereka mulai ditata," ujar Obed.
Obed mengungkapkan, nanti setelah penelitian ini selesai, dia berencana memamerkan di luar kampus UK Petra. Selain itu dirinya juga akan mengundang perwakilan Bonek.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017