Surabaya (Antara Jatim) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) mengapresiasi kerja keras Pemerintah Kota Surabaya dan elemen masyarakat dalam menjadikan Surabaya sebagai kota ramah dan nyaman bagi anak-anak.
     
"Kami ingin melihat inovasi yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk ditularkan ke kota-kota lain," kata Tim Juri Nasional Kota Layak Anak (KLA) KPP-PA, Ernanti Wahyuni di Balai Kota Surabaya, Sabtu.

Ernanti mengatakan kedatangan tim juri yang beranggotakan enam orang ke Surabaya untuk melakukan verifikasi kota layak anak. Menurutnya, Surabaya sudah mengirimkan laporan kepada tim juri melalui aplikasi. Laporan melalui aplikasi tersebut telah diverifikasi dokumennya. 

"Selanjutnya kami akan melakukan verifikasi lapangan selama 2-3 hari ke depan," kata Ernanti. 

Menurut dia, untuk parameter kota layak anak di tahun 2017 ini, perempuan yang juga menjadi tim ahli Kementerian P3A untuk pengembangan kota layak ini menyebut ada sedikit perubahan. 

Bila pada tahun sebelumnya ada 31 indikator, kali ini dikerucutkan menjadi 24 indikator. "Jadi ada hal-hal yang sedikit berbeda dari tahun lalu," ujarnya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini lantas menyampaikan paparan perihal upaya pendekatan dan program apa saja yang telah dilakukan Pemkot Surabaya untuk mewujudkan Surabaya kota layak anak. 

Upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya tersebut bukan hanya kewenangan dari Dinas Pengendalian Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P5A) Surabaya, tetapi juga melibatkan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD). 

"Kami juga bersinergi dengan kepolisian, dewan pendidikan, Badan Narkotika Nasional dan LSM tentang bagaimana menangani anak-anak," katanya.

Wali kota mencontohkan Dinas P5A Surabaya mempunyai Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di gedung Siola. Di Puspaga, warga Surabaya bisa melakukan konsultasi seputar masalah keluarga hingga konsultasi bagi pasangan yang akan menikah. 

Selain itu, lanjut dia, Dinas Sosial  juga memiliki program "Corporate Social Responsibility" (CSR) yang bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengajak anak-anak putus sekolah agar kembali bersekolah. 

Serta Dinas Kesehatan ikut melibatkan anak-anak (siswa) sebagai pengawas jentik yang terbukti ikut menurunkan angka penyakit demam berdarah di Surabaya. 

Pemkot juga mendorong anak-anak muda untuk aktif di karang taruna. Kini ada 770 personel karang taruna di 154 kelurahan. "Di kampung-kampung juga ada area publik yang bisa digunakan anak-anak untuk beraktivitas seperti menari, latihan musik, karawitan dan bela diri," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017