![pinterest](https://pinterest.com/pin/create/button/?url=https://jatim.antaranews.com/berita/198120/jumlah-pelanggaran-pada-ops-2017-naik-signifikan&media=https://cdn.antaranews.com/cache/1200x800/2017/05/201705222017-05-22-PHOTO-00000037.jpg&description=Jumlah Pelanggaran pada "OPS 2017" Naik Signifikan){kind=link}
Surabaya (Antara Jatim) - Jumlah pelanggaran lalu lintas pada "Operasi Patuh Semeru" (opS) 2017 yang dilaksanakan Sat Lantas Polda Jatim dari tanggal 9 sampai tanggal 22 Mei 2017 mengalami kenaikan signifikan dibanding tahun 2016.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin menjelaskan tahun ini pihaknya menangani 118.916 kasus tilang, naik 49,9 persen dibanding tahun 2016 yang 79.859 kasus.
"Teguran untuk tahun 2016 ini hanya 246 tapi di tahun 2017 menjadi 3.949 naik seribu persen lebih. Jumlah kejadian atau kecelakaan di tahun 2016 hanya 611, tahun ini menjadi 717, naik 17,35 persen," kata Barung.
Mantan Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan ini menambahkan, untuk korban meninggal dunia di tahun ini ada 97 orang meningkat 29,33 persen jika dibanding tahun 2016 yang hanya 75 orang. Sementara untuk luka berat dan luka ringan juga naik.
"Dari data yang ada kami menyimpulkan bahwa baik pelanggaran, teguran, maupun kecelakaan mengalami kenaikan. Bahan-bahan ini saya sampaikan kepada rekan-rekan media untuk disampaikan ke publik bahwa ini bukan saja perhatian dari polisi, bukan hanya perhatian daripada Dinas Perhubungan tapi juga harus menjadi perhatian semua orang," ujarnya.
Dia berharap, hal ini menjadi perhatian dari keluarga, perhatian sosial dan juga menjadi perhatian sekolah untuk bersama-sama polisi dalam rangka menurunkan angka kecelakaan itu, terutama yang menyangkut angka potensial seperti anak-anak pada usia produktif.
"Kami berharap baik orang tua maupun sekolah berperan serta dalam rangka menaati peraturan sehingga angka kecelakaan itu bisa turun," tuturnya.
Barung mejelaskan, rata-rata penyebab kecelakaan itu disebabkan oleh kelalaian pengendara atau 'human eror'. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak Polda Jatim, kelalaian pengendara menempati angka 80 sampai 90 persen. Yang kedua menyangkut cuaca, yang ketiga jalan dan faktor kendaraan yang terakhir.
"Yang paling dominan adalah 'human eror'. Dimana dia memacu kendaraan, bagaimana dia tidak menaati peraturan lalu lintas itu yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Black spot di jatim memang ada yang beberapa kami pasang rambu-rambu," kata Barung.
Barung menegaskan, pihaknya sudah memasang rambu-rambu di tempat yang menjadi fokus utama dari kepolisian karena tingginya angka kecelakaan. Akan tetapi hal itu, tetap tidak menurunkan angka kecelakaan.
"Makanya ini butuh perhatian semua bahwa angka kecelakaan ini tidak main-main dan sudah cukup luar biasa hanya dalam waktu 14 hari sudah mendapat angka kecelakaan yang begitu banyak," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin menjelaskan tahun ini pihaknya menangani 118.916 kasus tilang, naik 49,9 persen dibanding tahun 2016 yang 79.859 kasus.
"Teguran untuk tahun 2016 ini hanya 246 tapi di tahun 2017 menjadi 3.949 naik seribu persen lebih. Jumlah kejadian atau kecelakaan di tahun 2016 hanya 611, tahun ini menjadi 717, naik 17,35 persen," kata Barung.
Mantan Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan ini menambahkan, untuk korban meninggal dunia di tahun ini ada 97 orang meningkat 29,33 persen jika dibanding tahun 2016 yang hanya 75 orang. Sementara untuk luka berat dan luka ringan juga naik.
"Dari data yang ada kami menyimpulkan bahwa baik pelanggaran, teguran, maupun kecelakaan mengalami kenaikan. Bahan-bahan ini saya sampaikan kepada rekan-rekan media untuk disampaikan ke publik bahwa ini bukan saja perhatian dari polisi, bukan hanya perhatian daripada Dinas Perhubungan tapi juga harus menjadi perhatian semua orang," ujarnya.
Dia berharap, hal ini menjadi perhatian dari keluarga, perhatian sosial dan juga menjadi perhatian sekolah untuk bersama-sama polisi dalam rangka menurunkan angka kecelakaan itu, terutama yang menyangkut angka potensial seperti anak-anak pada usia produktif.
"Kami berharap baik orang tua maupun sekolah berperan serta dalam rangka menaati peraturan sehingga angka kecelakaan itu bisa turun," tuturnya.
Barung mejelaskan, rata-rata penyebab kecelakaan itu disebabkan oleh kelalaian pengendara atau 'human eror'. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak Polda Jatim, kelalaian pengendara menempati angka 80 sampai 90 persen. Yang kedua menyangkut cuaca, yang ketiga jalan dan faktor kendaraan yang terakhir.
"Yang paling dominan adalah 'human eror'. Dimana dia memacu kendaraan, bagaimana dia tidak menaati peraturan lalu lintas itu yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Black spot di jatim memang ada yang beberapa kami pasang rambu-rambu," kata Barung.
Barung menegaskan, pihaknya sudah memasang rambu-rambu di tempat yang menjadi fokus utama dari kepolisian karena tingginya angka kecelakaan. Akan tetapi hal itu, tetap tidak menurunkan angka kecelakaan.
"Makanya ini butuh perhatian semua bahwa angka kecelakaan ini tidak main-main dan sudah cukup luar biasa hanya dalam waktu 14 hari sudah mendapat angka kecelakaan yang begitu banyak," ucapnya.(*)
Editor : Chandra Hamdani Noer
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017