Situbondo (Antara Jatim) - Sebanyak 10 kepala keluarga warga sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Siliwung Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, sudah dapat menikmati gas metana (metahne) dari pengelolaan sampah dengan sistem "Sanitary Renville".
"Untuk sementara ada 10 kepala keluarga (KK) yang rumahnya berada di sekitar TPA Desa Siliwung, Kecamatan Panji yang dapat menikmati gas metana. Dan masyarakat sudah memanfaatkan hasil pengelolaan sampah tersebut sejak Maret 2017," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Situbondo, Cholil di Situbondo, Sabtu.
Ia mengemukakan bahwa saat ini warga sekitar tidak menggunakan LPG untuk memasak karena sudah bisa memanfaatkan gas metana tersebut sebagai pengganti elpiji dari tabung gas.
Pengelolaan sampah di TPA, katanya, dengan memperbaiki dan memfungsikan peralatan yang sudah ada, karena jika sampah yang menumpuk dikelola dengan baik akan terjadi proses penguraian oleh bakteri dan menghasilkan H2S, NH4, NO2, NO4, dan salah satunya gas metana untuk kompor gas.
"Indikator TPA terjadi proses degradasi dan pembusukan yang sempurna itu menghasilkan gas metana kemudian air lindi atau limbah dialirkan ke kolam penampungan dan selanjutnya diurai menggunakan bakteri serta diberi kincir sehingga air limbah tersebut aman mengalir ke perairan umum," ucapnya.
Sampah yang tidak bisa dijual atau sampah residu, lanjut dia, diolah dengan metodelogi "Sanitary Renville" (membuang dan menumpuk sampah ke dalam tempat yang cekung dan menutupnya) hingga menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan untuk kompor gas serta juga dapat menghasilkan listrik.
Cholil menambahkan, gas metana merupakan salah satu gas yang berbahaya karena gas tersebut merupakan salah satu dampak efek rumah kaca atau gas metana dapat meningkatkan suhu jika dilepas bebas ke udara.
"Oleh karena itu dengan dimanfaatkan masyarakat sebagai pengganti elpiji untuk memasak, juga dapat mengurangi dampak dari efek rumah kaca, gas metana juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat penumpukan sampah," paparnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Untuk sementara ada 10 kepala keluarga (KK) yang rumahnya berada di sekitar TPA Desa Siliwung, Kecamatan Panji yang dapat menikmati gas metana. Dan masyarakat sudah memanfaatkan hasil pengelolaan sampah tersebut sejak Maret 2017," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Situbondo, Cholil di Situbondo, Sabtu.
Ia mengemukakan bahwa saat ini warga sekitar tidak menggunakan LPG untuk memasak karena sudah bisa memanfaatkan gas metana tersebut sebagai pengganti elpiji dari tabung gas.
Pengelolaan sampah di TPA, katanya, dengan memperbaiki dan memfungsikan peralatan yang sudah ada, karena jika sampah yang menumpuk dikelola dengan baik akan terjadi proses penguraian oleh bakteri dan menghasilkan H2S, NH4, NO2, NO4, dan salah satunya gas metana untuk kompor gas.
"Indikator TPA terjadi proses degradasi dan pembusukan yang sempurna itu menghasilkan gas metana kemudian air lindi atau limbah dialirkan ke kolam penampungan dan selanjutnya diurai menggunakan bakteri serta diberi kincir sehingga air limbah tersebut aman mengalir ke perairan umum," ucapnya.
Sampah yang tidak bisa dijual atau sampah residu, lanjut dia, diolah dengan metodelogi "Sanitary Renville" (membuang dan menumpuk sampah ke dalam tempat yang cekung dan menutupnya) hingga menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan untuk kompor gas serta juga dapat menghasilkan listrik.
Cholil menambahkan, gas metana merupakan salah satu gas yang berbahaya karena gas tersebut merupakan salah satu dampak efek rumah kaca atau gas metana dapat meningkatkan suhu jika dilepas bebas ke udara.
"Oleh karena itu dengan dimanfaatkan masyarakat sebagai pengganti elpiji untuk memasak, juga dapat mengurangi dampak dari efek rumah kaca, gas metana juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat penumpukan sampah," paparnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017