Tulungagung (Antara Jatim) - PT Pembangkit Jawa Bali PLTA Niyama mengucurkan anggaran "corporate social responsibility" (CSR) senilai Rp50 juta untuk membangun menara mercusuar baru di puncak bukit Niyama, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
    
Kepala PJB PLTA Niyama Gatot Suprihadi, Selasa mengatakan, mercusuar setinggi 20 meter dibangun di puncak bukit Niyama yang berada di ketinggian 169 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan berhadapan langsung dengan pesisir Pantai Selatan Jawa di Teluk Popoh.
    
"Pembangunan mercusuar ini ditargetkan selesai sebelum Lebaran (Idul Fitri 1438 H) sehingga berfungsi dan bisa dimanfaatkan nelayan sebagai sarana panduan nelayan untuk berlayar kembali ke pesisir sehingga lebih efektif dan efisien," katanya.
    
Ia menuturkan, lokasi pembangunan menara mercusuar baru berjarak sekitar dua kilometer dari posisi PLTA atau di selatan kawasan perumahan pegawai PJB PLTA Niyama, dengan titik koordinat -8, 242923 dan 111,798976.
    
Kegiatan "groundbreaking" atau penggalian fondasi calon menara yang akan dilengkapi lampu mercusuar berkekuatan 1.000 watt dan radio pemancar ulang (RPU) pendeteksi dini tsunami tersebut telah dilakukan sejak Senin (1/5), bersamaan dengan peringatan MayDay atau Hari Buruh Internasional.
    
"Pembangunan akan terus kami kebut supaya fungsi mercusuar sekaligus sirine/RPU pendeteksi dini tsunami dari BPBD Tulungagung bisa secepatnya beroperasi," katanya.
    
Gatot menjelaskan, salah satu alasan percepatan pembangunan menara mercusuar baru disebabkan telah rusak dan tidak berfungsinya mercusuar lama di ketinggian 100 mdpl yang dibangun sejak 1993 bersamaan dengan berdirinya PLTA Niyama.
    
"Dengan posisi mercusuar baru yang total ketinggian mencapai 189 mdpl (ketinggian puncak bukit Niyama 169 mdpl + tinggi menara 20 meter) ditambah kekuatan lampu sebesar 1.000 watt ini diharapkan bisa menjangkau pandangan mata nelayan dari arah laut bebas selatan pesisir Tulungagung hingga radius 50 mil laut," ujarnya.
    
Ia mengatakan, daya jangkau lampu mercusuar di menara baru akan lebih jauh dibanding lampu mercusuar berkekuatan 400 watt di menara lama yang kini rusak, yang daya jangkaunya ditaksir hanya 30 mil laut.
    
"Banyak fungsi lain dari berdirinya menara mercusuar di puncak Niyama ini. Selain sebagai tempat pemasangan lampu mercusuar untuk panduan nelayan melaut dan pemicu alarm peringatan dini tsunami, menara ini juga sebagai sarana komunikasi dengan nelayan dan tim 'rescue' untuk kegiatan tanggap darurat," ujarnya.
    
Selain itu, lanjut Gatot, menara tersebut juga akan difungsikan sebagai sarana pemancar ulang (rellay) sarana komunikasi tim 'security' PLTA dengan pihak terkait, untuk kepentingan internal tim PLTA Niyama, serta sebagai pemancar sinyal wifi bagi masyaraat Sidem dan Popoh.
    
PLTA Niyama merupakan pembangkit listrik tenaga air yang berdiri sejak 1993 dengan memanfaatkan derasnya aliran air buangan dari Sungai Parit Raya yang memiliki beberapa anak sungai dari wilayah Trenggalek dan Parit Agung yang berasal dari sejumlah sungai hulu-hilir di wilayah Tulungagung.
    
Sejak pertama berdiri, PLTA Niyama mampu meproduksi tenaga listrik tegangan tinggi hingga kapasitas 2 x 18 megawatt, yang disalurkan untuk wilayah Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo saat kondisi normal (suplai air lancar dan tidak terjadi luberan banjir).
    
"Bila terjadi 'blackout' atau gangguan jaringan Jawa-Bali, PLTA Tulungagung (PLTA Waduk Wonorejo dan PLTA Niyama) akan mengirim produksi listriknya ke PLTU Pacitan. Ini untuk starting unit PLTU Pacitan," kata Gatot menjelaskan. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017