Bondowoso (Antara Jatim) - Seorang petani kopi arabika di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, memanfaatkan aplikasi online atau daring (dalam jaringan) untuk memasarkan kopi bubuk kemasan dan omzet penjualan meningkat signifikan hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya.
"Selain menjadi petani kopi, kami juga memproduksi sendiri kopi bubuk kemasan setengah dan satu kilogram dan menjadi usaha keluarga di rumah. Kalau untuk pemasaran lewat aplikasi daring (online) baru berjalan hampir satu tahun ini," kata petani kopi arabika asal Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Suyitno di Bondowoso, Senin.
Ia mengemukakan bahwa sejak memasarkan atau menjual kopi bubuk arabika kemasan, omzet penjualan meningkat signifikan. Bahkan setiap bulannya rata-rata Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Sebelum menggunakan aplikasi daring, katanya, memasarkan kopi arabika khas Bondowoso itu omzetnya sekitar Rp10 juta per bulan atau meningkat 100 persen setiap bulan.
"Khusus kopi bubuk arabika kemasan satu kilogam kami menjualnya Rp300 ribu sedangkan kopi lanang Rp500 ribu per kilogram dan ada beberapa jenis kopi lainnya yang dijual dalam kemasan," ujar Ketua Koperasi Rejo Tani Bondowoso itu.
Menurut Suyitno, kopi bubuk arabika kemasan yang dipasarkan lewat aplikasi daring itu, sampai saat ini pelanggannya (pembeli) dari berbagai daerah, diantaranya Bandung, Yogyakarta, Malang dan bahkan dari luar Jawa seperti Kalimantan Selatan dan Bali serta Palangkaraya dan sejumlah daerah lainnya.
"Alhamdulillah untuk penjualan kopi bubuk kemasan lewat aplikasi daring ini, untuk membayar gaji karyawan dalam produksi kopi sudah lebih dari cukup dan kami kami akan terus menjaga kopi arabika khas Bondowoso," paparnya.
Suyitno adalah seorang petani kopi arabika sekaligus Ketua Kelompok Petani Kecamatan Sukosari yang menjuarai lomba uji cita rasa pada Festival Kopi Nusantara di lereng Gunung Ijen, Bondowoso pada Juli 2016. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Selain menjadi petani kopi, kami juga memproduksi sendiri kopi bubuk kemasan setengah dan satu kilogram dan menjadi usaha keluarga di rumah. Kalau untuk pemasaran lewat aplikasi daring (online) baru berjalan hampir satu tahun ini," kata petani kopi arabika asal Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Suyitno di Bondowoso, Senin.
Ia mengemukakan bahwa sejak memasarkan atau menjual kopi bubuk arabika kemasan, omzet penjualan meningkat signifikan. Bahkan setiap bulannya rata-rata Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Sebelum menggunakan aplikasi daring, katanya, memasarkan kopi arabika khas Bondowoso itu omzetnya sekitar Rp10 juta per bulan atau meningkat 100 persen setiap bulan.
"Khusus kopi bubuk arabika kemasan satu kilogam kami menjualnya Rp300 ribu sedangkan kopi lanang Rp500 ribu per kilogram dan ada beberapa jenis kopi lainnya yang dijual dalam kemasan," ujar Ketua Koperasi Rejo Tani Bondowoso itu.
Menurut Suyitno, kopi bubuk arabika kemasan yang dipasarkan lewat aplikasi daring itu, sampai saat ini pelanggannya (pembeli) dari berbagai daerah, diantaranya Bandung, Yogyakarta, Malang dan bahkan dari luar Jawa seperti Kalimantan Selatan dan Bali serta Palangkaraya dan sejumlah daerah lainnya.
"Alhamdulillah untuk penjualan kopi bubuk kemasan lewat aplikasi daring ini, untuk membayar gaji karyawan dalam produksi kopi sudah lebih dari cukup dan kami kami akan terus menjaga kopi arabika khas Bondowoso," paparnya.
Suyitno adalah seorang petani kopi arabika sekaligus Ketua Kelompok Petani Kecamatan Sukosari yang menjuarai lomba uji cita rasa pada Festival Kopi Nusantara di lereng Gunung Ijen, Bondowoso pada Juli 2016. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017