Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan menggelar Festival Kebaya, 22 April mendatang, dengan harapan, selain untuk atraksi wisata, juga untuk memacu kompetensi para perajin lokal.
"Festival ini mengusung tema Gandrung, tarian khas Banyuwangi yang sudah sangat terkenal. Selain berorientasi pada atraksi wisata, festival kebaya pertama di Indonesia ini juga menjadi sarana peningkatan daya saing para desainer dan perajin lokal," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Senin.
Ia mengatakan, Festival Kebaya digelar untuk membidik pasar kebaya yang sangat besar. Setiap perempuan hampir selalu mengenakan kebaya saat acara-acara spesial. Dengan promosi karya kolaborasi desainer nasional dan Banyuwangi dalam festival tersebut, diharapkan pasar para pelaku usaha fashion lokal ikut terangkat.
"Efek bisnis ke depan juga menjadi salah satu pertimbangan digelarnya kegiatan ini. Kebaya kan sesuatu yang tidak asing lagi di Indonesia. Tapi mengapa belum ada yang menjadikan salah satu kekayaan budaya kita itu sebagai ajang budaya? Kesempatan inilah yang kami tangkap. Kami sedang siapkan efek bisnisnya ke depan," ujar Anas.
Menurut Anas, sejumlah inovasi akan dilakukan, antara lain memadukan desain kebaya dengan khazanah seni-budaya Banyuwangi, seperti Tari Gandrung dan beragam motif batik banyuwangi. Untuk keperluan inovasi tersebut, mulai Senin (13/3) hingga Selasa (14/3) telah digelar workshop pembuatan kebaya yang diikuti puluhan peserta dari industri kecil dan menengah (IKM), para desainer lokal, siswa sekolah program studi busana dan batik, serta kalangan seniman.
Instrukturnya datang dari pelaku industri fashion nasional. Beragam materi diberikan, mulai pengenalan model pakaian, industri pakaian, riset, produksi, hingga pemasarannya.
"Dalam membuat program, kami selalu mengusung unsur pemberdayaan. Seperti Festival Kebaya yang bukan hanya bicara kemasan kegiatan, tapi juga bagaimana cara meningkatkan kompetensi desainer dan perajin lokal. Dengan melibatkan desainer nasional yang telah teruji track record-nya, transformasi kompetensi akan lebih cepat dan mudah dilakukan," ujar Anas.
Anas optimistis Festival Kebaya akan ikut mengerek bisnis para UMKM fashion di Banyuwangi. "Seperti batik, setelah kami kemas lewat Banyuwangi Batik Festival, bahkan hingga ditampilkan di Indonesia Fashion Week, permintaan batik banyuwangi meningkat. Jumlah perajin dan UMKM-nya naik," ujar Anas.
Dina Midiani, penasihat Indonesia Fashion Chamber (IFC) sebagai instruktur workshop kebaya, mengatakan lewat pelatihan ini para peserta diajak langsung untuk menciptakan kebaya unik dengan sentuhan yang menarik.
"Di pelatihan ini peserta kami ajak untuk mengeksplorasi kebaya dengan paduan bahan lainnya, seperti batik, bordir, kain dan payet," katanya.
Karena itu, lanjutnya, peserta juga diminta untuk membawa contoh karya yang pernah dibuatnya. "Sehingga kami bisa melihat sejauh apa kemampuan masing-masing," kata Dina.
"Peserta harus sudah mencari data dan konsep tema yang akan dibuatnya. Tiap anggota tim bebas memberi masukan, dan agar lebih menarik, tema Gandrung ini bisa digabung dengan tema lainnya, seperti tema alam dan sebagainya. Pokoknya idenya harus sudah dipikirkan sebelumnya agar menjadi sesuatu yang exciting, fun dan beda dengan yang lain," kata Dina.
Sementara itu, peserta dari kalangan seniman, Subari mengatakan dirinya senang bisa dilibatkan dalam kegiatan tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Festival ini mengusung tema Gandrung, tarian khas Banyuwangi yang sudah sangat terkenal. Selain berorientasi pada atraksi wisata, festival kebaya pertama di Indonesia ini juga menjadi sarana peningkatan daya saing para desainer dan perajin lokal," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Senin.
Ia mengatakan, Festival Kebaya digelar untuk membidik pasar kebaya yang sangat besar. Setiap perempuan hampir selalu mengenakan kebaya saat acara-acara spesial. Dengan promosi karya kolaborasi desainer nasional dan Banyuwangi dalam festival tersebut, diharapkan pasar para pelaku usaha fashion lokal ikut terangkat.
"Efek bisnis ke depan juga menjadi salah satu pertimbangan digelarnya kegiatan ini. Kebaya kan sesuatu yang tidak asing lagi di Indonesia. Tapi mengapa belum ada yang menjadikan salah satu kekayaan budaya kita itu sebagai ajang budaya? Kesempatan inilah yang kami tangkap. Kami sedang siapkan efek bisnisnya ke depan," ujar Anas.
Menurut Anas, sejumlah inovasi akan dilakukan, antara lain memadukan desain kebaya dengan khazanah seni-budaya Banyuwangi, seperti Tari Gandrung dan beragam motif batik banyuwangi. Untuk keperluan inovasi tersebut, mulai Senin (13/3) hingga Selasa (14/3) telah digelar workshop pembuatan kebaya yang diikuti puluhan peserta dari industri kecil dan menengah (IKM), para desainer lokal, siswa sekolah program studi busana dan batik, serta kalangan seniman.
Instrukturnya datang dari pelaku industri fashion nasional. Beragam materi diberikan, mulai pengenalan model pakaian, industri pakaian, riset, produksi, hingga pemasarannya.
"Dalam membuat program, kami selalu mengusung unsur pemberdayaan. Seperti Festival Kebaya yang bukan hanya bicara kemasan kegiatan, tapi juga bagaimana cara meningkatkan kompetensi desainer dan perajin lokal. Dengan melibatkan desainer nasional yang telah teruji track record-nya, transformasi kompetensi akan lebih cepat dan mudah dilakukan," ujar Anas.
Anas optimistis Festival Kebaya akan ikut mengerek bisnis para UMKM fashion di Banyuwangi. "Seperti batik, setelah kami kemas lewat Banyuwangi Batik Festival, bahkan hingga ditampilkan di Indonesia Fashion Week, permintaan batik banyuwangi meningkat. Jumlah perajin dan UMKM-nya naik," ujar Anas.
Dina Midiani, penasihat Indonesia Fashion Chamber (IFC) sebagai instruktur workshop kebaya, mengatakan lewat pelatihan ini para peserta diajak langsung untuk menciptakan kebaya unik dengan sentuhan yang menarik.
"Di pelatihan ini peserta kami ajak untuk mengeksplorasi kebaya dengan paduan bahan lainnya, seperti batik, bordir, kain dan payet," katanya.
Karena itu, lanjutnya, peserta juga diminta untuk membawa contoh karya yang pernah dibuatnya. "Sehingga kami bisa melihat sejauh apa kemampuan masing-masing," kata Dina.
"Peserta harus sudah mencari data dan konsep tema yang akan dibuatnya. Tiap anggota tim bebas memberi masukan, dan agar lebih menarik, tema Gandrung ini bisa digabung dengan tema lainnya, seperti tema alam dan sebagainya. Pokoknya idenya harus sudah dipikirkan sebelumnya agar menjadi sesuatu yang exciting, fun dan beda dengan yang lain," kata Dina.
Sementara itu, peserta dari kalangan seniman, Subari mengatakan dirinya senang bisa dilibatkan dalam kegiatan tersebut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017