Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyiapkan Pulau Tabuhan untuk segmen khusus wisatawan mancanegara.
Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jumat menjelaskan strategi itu dilakukan sekaligus untuk mendukung program pemerintah pusat yang sedang menggenjot kedatangan turis asing hingga 20 juta pada 2019.
"Kami bermaksud membikin kluster wisata yang fokus ke segmen turis asing dan pasar wisatawan pencinta pantai. Ini bicara segmentasi saja, bicara strategi pasar. Jadi Pulau Tabuhan ini bukan wisata bebas-bebasan, seperti yang mungkin ditangkap di benak sebagian orang,” ujarnya.
Anas menambahkan, segmentasi tersebut justru makin melindungi warga dan anak-anak dari dampak wisata. Selama ini, ada wisatawan mancanegara yang berjemur di beberapa pantai di Banyuwangi yang bisa dengan mudah dilihat oleh anak-anak.
"Nah, dengan ini kita khusus minta ke Pulau Tabuhan yang masih harus dicapai dengan menyeberangi lautan. Tapi bukan dalam arti bebas-bebasan, ya sewajarnya saja. Orang main selancar ya pakai pakaian olahraga selancar," ujarnya.
Segmentasi pasar itu pula, katanya, yang mendorong Pemkab Banyuwangi menyiapkan club beach for women di mana pengunjungnya khusus perempuan, bahkan semua petugasnya, seperti untuk kebersihan dan penyedia kuliner, juga perempuan.
"Sekali lagi, ini bicara segmentasi, bicara strategi pasar. Kami memanfaatkan booming pariwisata yang sedang digenjot pusat dan daerah ini untuk menggerakkan ekonomi masyarakat tanpa kita tercerabut dari budayanya," ujarnya.
Sementara Kabag Humas dan Protokol Pemkab Banyuwangi Juang Pribadi menambahkan selama ini kebijakan yang berbasis ekowisata juga sudah menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menggerakkan wisata dengan tetap bersandar pada budaya.
"Wisatawan asing yang datang bukan hanya menikmati alam, tapi juga diajak menyelami budaya masyarakat, seperti tari, kekayaan kuliner, musik, dan sebagainya," katanya.
Menurut Juang, kebijakan pemerintah daerah lainnya, seperti melarang pembangunan hotel melati dan pendirian karaoke baru juga menunjukkan kesinambungan strategi dalam membidik pasar wisatawan tertentu.
Selain itu, kata dia, pemda mendorong homestay dan resor dengan konsep arsitektur khas Suku Using, masyarakat asli Banyuwangi.
"Jadi sekali lagi ini soal strategi pasar yang harus berkesinambungan. Segmen wisatawan keluarga dan wisatawan menengah ke atas lebih menyukai homestay atau resor yang sunyi. Mereka belanjanya banyak. Itu yang sedang coba terus disasar oleh Banyuwangi. Sekaligus kebijakan seperti melarang hotel melati dan karaoke baru itu untuk melindungi warga dari bahaya narkoba dan perdagangan manusia. Jadi dua-duanya dapat, pariwisata bisa bermanfaat ke ekonomi lokal, tapi masyarakat terlindungi dari dampak negatifnya," ujarnya.
Pemkab Banyuwangi sendiri akan menawarkan pengelolaan Pulau Tabuhan ke investor. Pulau Tabuhan adalah pulau kecil tak berpenghuni di kabupaten tersebut dengan pantai berpasir putih, air laut jernih serta kekayaan biota laut yang beragam.
Pemkab Banyuwangi memiliki konsep pengelolaan pulau tersebut dengan memadukan aspek komersial (ekonomi) dan sosial.
"Kami tawarkan pengelolaannya kepada investor dengan kualifikasi tertentu. Di antaranya, punya pengalaman di dunia wisata, jaringan bagus dan luas, serta berkomitmen memberdayakan masyarakat. Poin pemberdayaan kami garis bawahi, karena kami ingin investor dengan visi kewirausahaan sosial, antara oritentasi bisnis dan pemberdayaan seimbang," ujar Anas.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jumat menjelaskan strategi itu dilakukan sekaligus untuk mendukung program pemerintah pusat yang sedang menggenjot kedatangan turis asing hingga 20 juta pada 2019.
"Kami bermaksud membikin kluster wisata yang fokus ke segmen turis asing dan pasar wisatawan pencinta pantai. Ini bicara segmentasi saja, bicara strategi pasar. Jadi Pulau Tabuhan ini bukan wisata bebas-bebasan, seperti yang mungkin ditangkap di benak sebagian orang,” ujarnya.
Anas menambahkan, segmentasi tersebut justru makin melindungi warga dan anak-anak dari dampak wisata. Selama ini, ada wisatawan mancanegara yang berjemur di beberapa pantai di Banyuwangi yang bisa dengan mudah dilihat oleh anak-anak.
"Nah, dengan ini kita khusus minta ke Pulau Tabuhan yang masih harus dicapai dengan menyeberangi lautan. Tapi bukan dalam arti bebas-bebasan, ya sewajarnya saja. Orang main selancar ya pakai pakaian olahraga selancar," ujarnya.
Segmentasi pasar itu pula, katanya, yang mendorong Pemkab Banyuwangi menyiapkan club beach for women di mana pengunjungnya khusus perempuan, bahkan semua petugasnya, seperti untuk kebersihan dan penyedia kuliner, juga perempuan.
"Sekali lagi, ini bicara segmentasi, bicara strategi pasar. Kami memanfaatkan booming pariwisata yang sedang digenjot pusat dan daerah ini untuk menggerakkan ekonomi masyarakat tanpa kita tercerabut dari budayanya," ujarnya.
Sementara Kabag Humas dan Protokol Pemkab Banyuwangi Juang Pribadi menambahkan selama ini kebijakan yang berbasis ekowisata juga sudah menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menggerakkan wisata dengan tetap bersandar pada budaya.
"Wisatawan asing yang datang bukan hanya menikmati alam, tapi juga diajak menyelami budaya masyarakat, seperti tari, kekayaan kuliner, musik, dan sebagainya," katanya.
Menurut Juang, kebijakan pemerintah daerah lainnya, seperti melarang pembangunan hotel melati dan pendirian karaoke baru juga menunjukkan kesinambungan strategi dalam membidik pasar wisatawan tertentu.
Selain itu, kata dia, pemda mendorong homestay dan resor dengan konsep arsitektur khas Suku Using, masyarakat asli Banyuwangi.
"Jadi sekali lagi ini soal strategi pasar yang harus berkesinambungan. Segmen wisatawan keluarga dan wisatawan menengah ke atas lebih menyukai homestay atau resor yang sunyi. Mereka belanjanya banyak. Itu yang sedang coba terus disasar oleh Banyuwangi. Sekaligus kebijakan seperti melarang hotel melati dan karaoke baru itu untuk melindungi warga dari bahaya narkoba dan perdagangan manusia. Jadi dua-duanya dapat, pariwisata bisa bermanfaat ke ekonomi lokal, tapi masyarakat terlindungi dari dampak negatifnya," ujarnya.
Pemkab Banyuwangi sendiri akan menawarkan pengelolaan Pulau Tabuhan ke investor. Pulau Tabuhan adalah pulau kecil tak berpenghuni di kabupaten tersebut dengan pantai berpasir putih, air laut jernih serta kekayaan biota laut yang beragam.
Pemkab Banyuwangi memiliki konsep pengelolaan pulau tersebut dengan memadukan aspek komersial (ekonomi) dan sosial.
"Kami tawarkan pengelolaannya kepada investor dengan kualifikasi tertentu. Di antaranya, punya pengalaman di dunia wisata, jaringan bagus dan luas, serta berkomitmen memberdayakan masyarakat. Poin pemberdayaan kami garis bawahi, karena kami ingin investor dengan visi kewirausahaan sosial, antara oritentasi bisnis dan pemberdayaan seimbang," ujar Anas.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017