Bojonegoro (Antara Jatim) - Tim Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" (UPNV) Yogyakarta menyarankan warga tidak menempati tanah retak seluas 7,5 hektare di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
"Kepada penduduk selama masih terjadi hujan disarankan tidak menempati di sekitar lokasi kawasan tanah retak," kata ahli geologi UPNV Yogyakarta Dr. Djatmika Setiawan, yang dihubungi Antara dari Bojonegoro, Senin.
Oleh karena itu, ia juga meminta warga mengungsi dari rumahnya di kawasan tanah retak di desa setempat sambil menunggu penanganan dari pihak berwajib.
Sebelumnya, tim UPNV Yogyakarta telah mengkaji kejadian tanah retak di Desa wonocolo, Kecamatan Kedewan, dengan memanfaatkan rekaman data dan peta lapangan dari pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Jawa Tengah.
Dari hasil interpretasi (pandangan teoritis), ia sependapat dengan tim geodetik Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Jawa Tengah, bahwa terjadinya rekahan tanah di kawasan setempat berjalan dalam waktu lama.
"Lokasi kejadian gerakan tanah di Wonocolo terletak di jalur patahan naik tua Kawengan-Wonocolo berarah barat laut-tenggara dan naik ke arah barat daya," kata dia, yang dalam melakukan kajian bersama Dr. Dedy Kristanto dan Nur Arief Nugroho, ST., MT,.
Selain itu, lanjut dia, rekahan tanah retak juga terjadi di penampang berarah barat laut-tenggara
"Dengan kondisi batuan yang kurang stabil dan curah hujan yang tinggi maka terbentuklah rekahan-rekahan terbuka sejajar dengan patahan utama (barat laut-tenggara)," jelas dia.
Dampak dari semua itu, kata dia, mengakibatkan terjadinya bentuk yang semakin naik ke utara dari lokasi kejadian hingga ke puncak "antiklin" utama Kawengan – Wonocolo dan Semakin turun ke selatan.
Ia juga menyebutkan tanah yang di lokasi setempat yaitu endapan paling muda berupa batulempung berpasir dan batuan hasil lapukan.
Oleh karena itu, lanjut dia, ketika terjadi patahan tanah di sekitar 7,5 hektare terdengar suara yang gemuruh mirip ledakan.
Dalam kejadian tanah retak yang didahului suara ledakan di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, mengakibatkan 11 jiwa (4 kepala keluarga) yang menghuni tujuh rumah mengungsi, pada 16 Februari.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo, sebelumnya, menjelaskan saebanyak 4 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 11 jiwa, yang menempati tujuh rumah akan direlokasi.
"Relokasi dilakukan karena lokasi tanah milik warga itu rawan terjadi longsor susulan," ucapnya menambahkan.
Menyusul kejadian itu kepolisian resor (polres) setempat juga memasang garis polisi di kawasan tanah retak. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kepada penduduk selama masih terjadi hujan disarankan tidak menempati di sekitar lokasi kawasan tanah retak," kata ahli geologi UPNV Yogyakarta Dr. Djatmika Setiawan, yang dihubungi Antara dari Bojonegoro, Senin.
Oleh karena itu, ia juga meminta warga mengungsi dari rumahnya di kawasan tanah retak di desa setempat sambil menunggu penanganan dari pihak berwajib.
Sebelumnya, tim UPNV Yogyakarta telah mengkaji kejadian tanah retak di Desa wonocolo, Kecamatan Kedewan, dengan memanfaatkan rekaman data dan peta lapangan dari pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Jawa Tengah.
Dari hasil interpretasi (pandangan teoritis), ia sependapat dengan tim geodetik Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Jawa Tengah, bahwa terjadinya rekahan tanah di kawasan setempat berjalan dalam waktu lama.
"Lokasi kejadian gerakan tanah di Wonocolo terletak di jalur patahan naik tua Kawengan-Wonocolo berarah barat laut-tenggara dan naik ke arah barat daya," kata dia, yang dalam melakukan kajian bersama Dr. Dedy Kristanto dan Nur Arief Nugroho, ST., MT,.
Selain itu, lanjut dia, rekahan tanah retak juga terjadi di penampang berarah barat laut-tenggara
"Dengan kondisi batuan yang kurang stabil dan curah hujan yang tinggi maka terbentuklah rekahan-rekahan terbuka sejajar dengan patahan utama (barat laut-tenggara)," jelas dia.
Dampak dari semua itu, kata dia, mengakibatkan terjadinya bentuk yang semakin naik ke utara dari lokasi kejadian hingga ke puncak "antiklin" utama Kawengan – Wonocolo dan Semakin turun ke selatan.
Ia juga menyebutkan tanah yang di lokasi setempat yaitu endapan paling muda berupa batulempung berpasir dan batuan hasil lapukan.
Oleh karena itu, lanjut dia, ketika terjadi patahan tanah di sekitar 7,5 hektare terdengar suara yang gemuruh mirip ledakan.
Dalam kejadian tanah retak yang didahului suara ledakan di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, mengakibatkan 11 jiwa (4 kepala keluarga) yang menghuni tujuh rumah mengungsi, pada 16 Februari.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo, sebelumnya, menjelaskan saebanyak 4 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 11 jiwa, yang menempati tujuh rumah akan direlokasi.
"Relokasi dilakukan karena lokasi tanah milik warga itu rawan terjadi longsor susulan," ucapnya menambahkan.
Menyusul kejadian itu kepolisian resor (polres) setempat juga memasang garis polisi di kawasan tanah retak. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017