Surabaya (Antara Jatim) - Siang telah menunjukkan waktu pukul 10.00 WITA, saat beberapa pembeli tampak memasuki Pasar Tradisional Sindu Sanur, Denpasar, Bali. Keramaian terlihat dari lalu lalang motor dan pejalan kaki di pelataran pasar setempat. 
     
 Beberapa pembeli tampak ke luar dari dalam pasar dengan belanjaannya. Selain pembeli yang merupakan warga asli, juga terlihat sejumlah warga asing yang di antaranya wisatawan mancanegara maupun yang sudah menetap lama di Bali.
     
 Saat memasuki pasar Sindu, Aroma dupa menyeruak dari sesajen di tiang-tiang tinggi yang berdiri di setiap kios. Pasar ini terlihat berbeda dengan pasar-pasar tradisional lainnya. Kesan kumuh, kotor, jorok tidak tampak di pasar itu.
     
 Pasar tradisional itu sekarang jauh lebih bersih dan bau anyir pun tidak terasa meskipun berada di dekat los daging. Siapapun pengunjung yang datang ke Pasar Sanur akan senang dan nyaman.
     
 Bahkan tidak jarang wisatawan asing pun menyempatkan datang untuk belanja ke pasar itu. Seperti yang dilakukan salah satu wisatawan asing asal Denmark, Hellen. Ia mengaku lebih memilih berbelanja di pasar tradisional, selain harga yang terbilang murah kebersihan di pasar tersebut juga menjadi alasan yang utama untuk dipilihnya.
     
 "Saya lebih senang berbelanja di sini karena harganya murah dan tempatnya juga sangat bersih sampai tidak terlihat satu sampah pun yang jatuh di area pasar ini," ujar Hellen kepada sejumlah wartawan dari Surabaya yang berkunjung ke pasar Sindu beberapa hari lalu.
     
 Menurutnya, kualitas sayur mayur dan buah buahan yang ada di pasar Sindu ini juga tidak kalah bagusnya dengan yang di jual di pasar modern seperti toko swalayan dan pasar swalayan.
     
 "Penjual di sini juga sangat ramah, makanya saya lebih tertarik untuk berbelanja di sini. Apalagi di sini juga bisa melakukan tawar menawar barang yang akan di beli, tidak seperti di pasar besar yang tidak bisa untuk melakukan penawaran," ujarnya.
     
 Hal sama juga dikatakan wisatawan asal belanda, Frans Bremer. Ia mengaku senang belanja di Pasar Sindu karena ada interaksi komunikasi antara pembeli dan penjual. Selain itu, pasar tersebut bersih dan murah.
     
 "Saya merasa nyaman belanja di pasar ini. Setiap hari saya di sini membeli sayur dan buah buahan," kata Frans.
     
 Pengelolah Pasar Sindu Made Sudarta mengatakan pasar yang mempunyai luas 52 are atau 5.200 m2 murni dibangun dari swadaya desa dan dikelola oleh Yayasan Pembangungan Sanur yang bertujuan untuk kesejahteraan desa.
     
Selain itu, lanjut dia, pasar Sanur memiliki 361 pedagang yang sebagian besar merupakan masyarakat lokal. Dari jumlah tersebut 150 ditampung los dan 78 menempati toko, sisanya pedagang musiman. Pedagang los ditata sesuai dengan jenis dagangan yang dijual sehingga masyarakat lebih mudah untuk berbelanja. Penataan los  sesuai dengan jenis dagangan juga dapat mempermudah menjaga kebersihan pasar.
     
Di pasar ini ditata menjadi tiga los utama.  Ada Los A untuk para pedagang yang menjual alat upacara dan buah-buahan. Los B untuk pedagang sembako dan jajanan Bali. Sedangkan los C untuk pedagang yang menjual daging dan ikan. Seperti umumnya pasar tradisional, barang yang dijual memang terlihat masih segar, baik bunga, buah, sayur maupun daging.
     
 Ia mengatakan pasar yang dibangun dengan menghabiskan biaya Rp3,5 Miliar menjadi kebanggan warga desa karena pemerintah kota setempat selalu menjadikan percontohan bagi pasar-pasar tradisional lain di Bali.
     
 Walau menyandang sebagai pasar tradisional, pasar Sindu banyak dikunjungi wisatawan asing yang mau berbelanja. "Pasar Sindu mulai beroperasi sejak pukul 03.00 WITA berakhir sampai 12.00 WITA. Bahkan di sore hari di area parkir pasar Sindu ditempati pasar senggol hingga pukul 22.00 WITA," ujarnya.
     
Lebih lanjut, Made mengatakan di pasar Sindu ini seluruh pedagang diwajibkan untuk menjaga kebersihan di kiosnya masing masing agar dapat menarik pengunjung dari lokal maupun asing. 
     
 "Kan kalau pasar terlihat bersih pengunjung nantinya bisa leluasa untuk memilih barang dagangan yang akan dibelinya," ujarnya.

Ramah dan Segar

Pasar Sindu diresmikan pada 4 Agustus 2010 oleh Menteri Perdagangan RI Marie Elka Pangestu. Saat itu, Marie Elka Pangestu  menginginkan pasar tradisional seperti Pasar Sindu lebih dikenal dengan nama pasar ramah dan segar. Ramah berarti masyarakat dapat berinteraksi saling tawar menawar secara ramah, dan segar masyarakat yang berjualan menyediakan bahan pokok yang segar.
     
Ramah di sini dapat dijumpai ketika penjual memberikan sambutan kepada pengunjung baik pembeli atau wisatawan yang hanya sekedar bertanya-tanya di pasar tersebut.  Bahkan penjual meladeni pengunjung bercakap-cakap walau tidak membeli. 
     
Seperti halnya salah seorang penjual asal jalan Dupak Surabaya Sukini. Saat ditemui Sukini yang mengaku sudah 15 tahun berjualan ikan teri kering dan palawija di pasar tersebut tampak ramah. 
     
Bahkan ia bercerita mengenai kondisi pasar sebelum direvitalisasi. "Waktu pertama kali berjualan kondisi pasar tidak seperti sekarang ini.  Ini baru dibangun jadi bagus. Dulu kumuh," katanya.
    
 Ia mengatakan banyak tamu-tamu khususnya dari luar negeri yang datang ke pasar Sindu. "Biasanya kalau rame pas ada acara upacara di sini. Di sini hampir setiap hari sering ada upacara," katanya.
     
Untuk menjaga kebersihan di pasar tersebut, selain kesadaran dari para pedagang, juga ada sekitar 12 tenaga kebersihan yang senantiasa membersihkan pasar setiap saat. "Jadi tidak boleh kotor, kalau ada sampah petugas kebersihan langsung membersihkan," ujarnya. 
     
Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian Kota Denpasar, Lasmi Sarasati selain pasar Sindu,  Pasar Agung di Denpasar juga dinobatkan sebagai pasar percontohan Nasional. 
      
Pemkot Denpasar mendapat bantuan revitalisasi Pasar Agung dari pemerintah pusat. Usai dilakukan revitalisasi omsetnya meningkat dari sebelumnya sekitar Rp2 miliar, kini menjadi Rp5 miliar. 
     
 "Hampir semua pasar yang ada di Denpasar menempati area kelas B," ujarnya.
     
 Dia melanjutkan, sistem pengelolaan yang dikembangkan pada pasar tradisional dengan membentuk sekolah pasar rakyat dan diadakan pelatihan.
     
"Sistem pengelolaan pasar rakyat yang masih menganut pasar tawar menawar.  Hal ini sebagai penguatan jati diri masyarakat Kota Denpasar," katanya.
     
 Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga membatasi pengembangan pasar modern di kota Denpasar. Mengacu pada Perda 9 tahun 2009 dan Permendag Nomor 70 tahun 2013, tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional pusat perbelanjaan dan toko modern.
     
 "Secara tegas izin kami keluarkan berdasarkan atas kajian dampak sesos menjadi patokan utama. Kami tidak akan keluarkan perizinannya, jika hasil kajian itu menimbulkan dampak kerugian pada toko-toko disekitarnya," katanya.
     
Kabag Humas dan Protokol Pemkot Denpasar Ida Bagus Rohoela mengatakan alasan pasar di Bali rata-rata banyak pengunjungnya karena  tidak hanya berfungsi sebagai transaksi jual beli, namun juga sebagai tempat kegiatan sosial serta ada aspek budaya didalamnya. 
    
 "Sehingga pasar bisa kita jaga kebersihan dan kenyamanannya. Agar kegiatan transaksi yang terjadi merasa nyaman," katanya.
     
 Sebagai kota yang banyak di kunjungi wisatawan karena pesona alamnya yang begitu memukau, sektor pariwisata menyumbangkan 80 persen pendapatan asli daerah (PAD), sedang 20 persen diperoleh dari berbagai sektor termasuk pengelolaan pasar tradisional.
     
 Kepala Sub Bagian Layanan Informasi Bagian Humas Pemkot Surabaya Jefry mengatakan Kota Surabaya mempunyai keinginan mempunyai pasar tradisional seperti pasar Sindu di Jalan Danau Tamblingan, Sanur, Denpasar, Bali yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara karena terkenal kebersihannya.
     
 "Kami telah melakukan kunjungan ke Pasar Sindu. Kami berharap Surabaya bisa mencontohnya," katanya.
     
 Menurut dia, Pasar Sanur merupakan pasar terbaik karena meraih penghargaan sebagai pasar pengelolaan terbaik se-Asia tenggara. Dengan demikian, hasil kunjungan tersebut nantinya akan disampaikan kepada Perusahaan Daerah Pasar Surya selaku pengelolah pasar di Surabaya agar bisa membenahi pasar-pasar tradisional bisa menjadi lebih baik lagi.
     
"Kami berharap timbul kesadaran bagi para pelaku pasar untuk membenahi pasar lebih bagus," katanya.  
    
Jika selama ini, lanjut dia, pasar tradisional terkesan kotor, kumuh dan pengab, maka setidaknya mulai saat ini berbenah untuk menjaga lingkungannya lebih bersih dan nyaman. 
    
 "Kami optimistis Surabaya mampu untuk itu. Memang perlu ditekankan akan pentingnya kebersihan seperti di pasar Sindu. Jika pasar itu bersih, rapi, tertata dan tertib, maka pembeli akan senang," katanya. (*)
Video oleh : Abdul H

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017