Bojonegoro (Antara Jatim) - Belasan rumah di Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, terancam longsor, bahkan sepuluh rumah sudah mengantung di tebing akibat Bengawan Solo di kawasan setempat selalu longsor setelah banjir surut.
Camat Trucuk, Bojonegoro Moch. Tarom, Minggu, menjelaskan ada sepuluh rumah warga yang terancam longsor yang dihuni 32 jiwa, karena bangunan rumah sebagian sudah mengantung di tebing Bengawan Solo.
Sepuluh rumah itu, lanjut dia, milik Muhyadi, Jupri, Rumidah, sunaryo, Ahmadi, seger, Suyatno, Yusuf, Koko dan Sujiman.
"Penanganan sementara tebing Bengawan Solo di lokasi setempat ditutup terpal agar longsor tidak berkembang dan meluas," tuturnya.
Ia sudah menyarankan kepada warga yang rumahnya berdekatan dengan tebing Bengawan Solo untuk mengungsi atau meninggalkan rumahnya karena setiap banjir surut maka kawasan setempat longsor.
"Ya jelas berbahaya longsor bisa terjadi sewaktu-waktu. Warga tidak mau mengungsi dengan alasan tidak memiliki tanah," ujarnya.
Meski demikian ia sudah meminta pemerintah desa (pemdes) memindah warga dengan menempati tanah kas desa (TKD).
"Saat ini masih dalam pendataan warga yang bersedia dipindahkan," ucapnya menambahkan.
Menurut dia, kawasan setempat rawan longsor karena dikeliling Bengawan Solo dan Kali Kening.
"Setiap banjir Bengawan Solo surut tebing disini selalu longsor. Seperti setelah banjir Bengawan Solo yang lalu tanah di belakang rumah saya longsor berkisar 8-9 meter dengan panjang ratusan meter," jelas seorang warga Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, Sunaryo (78).
Ia mengaku memiliki tanah seluas 100 X 50 meter, tetapi sekarang ini hanya tinggal seperempatnya, akibat longsor secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir.
"Aliran air Bengawan Solo di sini berputar, kemudian mengerus tanah warga di Desa Sranak," ucapnya menambahkan.
Meski rumahnya bagian belakang sudah mengangantung, katanya, keluarganya masih menempati rumah di Desa Sranak itu.
"Tapi saya mulai membangun rumah di dekat warung disini (di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota), untuk berjaga-jaga kalau rumah di Sranak hilang terkena longsoran Bengawan Solo," paparnya.
Ia menambahkan di kawasan setempat masih ada sekitar delapan rumah lainnya yang masih aman, tetapi lambat laun longsoran akan mendekat baik dari longsoran tebing Bengawan Solo dan Kali Kening.
"Saya perkirakan dalam waktu dekat belasan rumah di Sranak itu akan hilang," ucap Sunaryo, dibenarkan warga lainnya di Sranak Kasdam (49). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Camat Trucuk, Bojonegoro Moch. Tarom, Minggu, menjelaskan ada sepuluh rumah warga yang terancam longsor yang dihuni 32 jiwa, karena bangunan rumah sebagian sudah mengantung di tebing Bengawan Solo.
Sepuluh rumah itu, lanjut dia, milik Muhyadi, Jupri, Rumidah, sunaryo, Ahmadi, seger, Suyatno, Yusuf, Koko dan Sujiman.
"Penanganan sementara tebing Bengawan Solo di lokasi setempat ditutup terpal agar longsor tidak berkembang dan meluas," tuturnya.
Ia sudah menyarankan kepada warga yang rumahnya berdekatan dengan tebing Bengawan Solo untuk mengungsi atau meninggalkan rumahnya karena setiap banjir surut maka kawasan setempat longsor.
"Ya jelas berbahaya longsor bisa terjadi sewaktu-waktu. Warga tidak mau mengungsi dengan alasan tidak memiliki tanah," ujarnya.
Meski demikian ia sudah meminta pemerintah desa (pemdes) memindah warga dengan menempati tanah kas desa (TKD).
"Saat ini masih dalam pendataan warga yang bersedia dipindahkan," ucapnya menambahkan.
Menurut dia, kawasan setempat rawan longsor karena dikeliling Bengawan Solo dan Kali Kening.
"Setiap banjir Bengawan Solo surut tebing disini selalu longsor. Seperti setelah banjir Bengawan Solo yang lalu tanah di belakang rumah saya longsor berkisar 8-9 meter dengan panjang ratusan meter," jelas seorang warga Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, Sunaryo (78).
Ia mengaku memiliki tanah seluas 100 X 50 meter, tetapi sekarang ini hanya tinggal seperempatnya, akibat longsor secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir.
"Aliran air Bengawan Solo di sini berputar, kemudian mengerus tanah warga di Desa Sranak," ucapnya menambahkan.
Meski rumahnya bagian belakang sudah mengangantung, katanya, keluarganya masih menempati rumah di Desa Sranak itu.
"Tapi saya mulai membangun rumah di dekat warung disini (di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota), untuk berjaga-jaga kalau rumah di Sranak hilang terkena longsoran Bengawan Solo," paparnya.
Ia menambahkan di kawasan setempat masih ada sekitar delapan rumah lainnya yang masih aman, tetapi lambat laun longsoran akan mendekat baik dari longsoran tebing Bengawan Solo dan Kali Kening.
"Saya perkirakan dalam waktu dekat belasan rumah di Sranak itu akan hilang," ucap Sunaryo, dibenarkan warga lainnya di Sranak Kasdam (49). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017