Bondowoso, (Antara Jatim) - Petani cabai merah kecil di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur mengemukakan bahwa biaya menanam buah pedas itu antara Rp30 juta hingga Rp35 juta per hekatare (ha) dan rawan diserang hama penyakit di musim hujan.
"Kenaikan harga cabai merah kecil saat ini menurut kami sebagai petani sudah sewajarnya karena permintaan cabai nasional meningkat (stok cabai berkurang) karena banyak yang rusak di musim hujan," ujar salah seorang petani cabai asal Desa Kejayan, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso, Heri Masduki di Bondowoso, Senin.
Ia mengatakan, kendati saat ini petani untung besar karena harga cabai merah kecil terus melonjak, akan tetapi tidak mudah menanam cabai di musim hujan. Karena selain biaya tanam dan perawatan cukup mahal juga rentan diserang hama penyakit.
Dalam satu hektare tanaman cabai, katanya, membutuhkan biaya antara Rp30 juta hingga Rp35 juta dan pada musim hujan petani juga harus berani bertaruh antara untung dan rugi karena hama penyakit bisa datang kapan saja.
"Tanaman cabai saat ini banyak yang rusak akibat sering diguyur hujan dan meskipun ada yang masih hidup tetapi buahnya sedikit yang pasti lebih sedikit, sehingga kondisi seperti ini yang membuat harga cabai merah kecil khususnya terus melambung," ucapnya.
Sementara salah seorang pekerja (buruh tani) atau juru pemetik cabai desa setempat, Mistiani mengaku dengan melonjaknnya harga cabai menjadi berkah atau keuntungan tersendiri kepada semua pekerja juru petik buah pedas itu.
"Kami semua pekerja mendapatkan upah sebesar 10 persen dari harga cabai, misalnya, harga cabai ditingkat petani Rp60 ribu kami mendapatkan Rp6 ribu per kilogramnya," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa saat musim panen cabai satu minggu sekali para pekerja pemetik dalam satu hari bisa mencapai antara 15 hingga 20 kilogram buah cabai per orang.
"Kalau saya sebagai buruh tani berharapnya harga cabai merah kecil ini tetap mahal karena upah saya tentunya akan meningkat bila dibandingkan harga cabai murah," paparnya.
Dari pantauan, harga cabai merah kecil super di Bondowoso berada pada kisaran Rp92.000 hingga Rp115 ribu per kilogram.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kenaikan harga cabai merah kecil saat ini menurut kami sebagai petani sudah sewajarnya karena permintaan cabai nasional meningkat (stok cabai berkurang) karena banyak yang rusak di musim hujan," ujar salah seorang petani cabai asal Desa Kejayan, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso, Heri Masduki di Bondowoso, Senin.
Ia mengatakan, kendati saat ini petani untung besar karena harga cabai merah kecil terus melonjak, akan tetapi tidak mudah menanam cabai di musim hujan. Karena selain biaya tanam dan perawatan cukup mahal juga rentan diserang hama penyakit.
Dalam satu hektare tanaman cabai, katanya, membutuhkan biaya antara Rp30 juta hingga Rp35 juta dan pada musim hujan petani juga harus berani bertaruh antara untung dan rugi karena hama penyakit bisa datang kapan saja.
"Tanaman cabai saat ini banyak yang rusak akibat sering diguyur hujan dan meskipun ada yang masih hidup tetapi buahnya sedikit yang pasti lebih sedikit, sehingga kondisi seperti ini yang membuat harga cabai merah kecil khususnya terus melambung," ucapnya.
Sementara salah seorang pekerja (buruh tani) atau juru pemetik cabai desa setempat, Mistiani mengaku dengan melonjaknnya harga cabai menjadi berkah atau keuntungan tersendiri kepada semua pekerja juru petik buah pedas itu.
"Kami semua pekerja mendapatkan upah sebesar 10 persen dari harga cabai, misalnya, harga cabai ditingkat petani Rp60 ribu kami mendapatkan Rp6 ribu per kilogramnya," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa saat musim panen cabai satu minggu sekali para pekerja pemetik dalam satu hari bisa mencapai antara 15 hingga 20 kilogram buah cabai per orang.
"Kalau saya sebagai buruh tani berharapnya harga cabai merah kecil ini tetap mahal karena upah saya tentunya akan meningkat bila dibandingkan harga cabai murah," paparnya.
Dari pantauan, harga cabai merah kecil super di Bondowoso berada pada kisaran Rp92.000 hingga Rp115 ribu per kilogram.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017