Blitar 5/2 (Antara Jatim) - Keterbatasan pendidikan  yang hanya lulus SMP tak lantas membuat Umar Hasam (23) warga Kec Talun Kab Blitar ini patah semangat. Berbekal keahlian ukir yang didapat dari belajar otodidak, Hasam mampu melihat peluang diantara kayu limbah mebel di sekitarnya yang disulap menjadi kerajinan ukir bernilai seni tinggi.

Melihat banyak serpihan kayu tak terpakai, diambilnya tatah dan palu. Mulailah bakat alam mengalir deras menjadi sebuah karya ukir yang indah. "Waktu itu saya bikin ukiran Indian Apache, ternyata ada teman suka terus langsung dibeli 250 ribu ," kata Hasam di rumahnya, Minggu (5/2/2107).

Dari situlah lalu berdatangan orang memesan ukiran Hasam dengan berbagai design bentuk dan ukuran. "Paling banyak pesanan ukiran wayang . Ada yang kayu seadanya serpihan limbah mebel itu ada juga yang ingin bagus sampai bawa kayu sendiri, biasanya yang bagus itu kayu jati ," tambahnya.

Untuk sebuah karya ukir, jika ukuran kecil Hasam membutuhkan waktu pengerjaan maksimal tiga hari. Namun jika ukurannya besar, motifnya lembut dan detail dan bahan dari kayu dengan serat tebal , biasanya dia butuh waktu lebih dari satu bulan.

"Harga setiap karya ukir saya patokannya juga itu, bahan, motif sama tingkat kesulitan. Makin tinggi tingkat kesulitannya makin tinggi harganya ," tambah lajang pendiam itu.

Melihat halusnya garapan ukir Hasam, memang tergolong murah jika satu karya ukuran 50x15 cm seharga Rp250 ribu. Sedangkan untuk ukuran besar diatas satu meter, Hasam mematok harga sampai Rp 25 juta.

Saat ini Hasam sedang sibuk mengerjakan pesanan ukiran Dewi Kwan Im. Pesanan ini datang dari seorang kolektor Jakarta yang mempercayakan kayu jati ukuran 2x1 meter untuk diukirnya. Ini pesanan ke empat sang kolektor,  setelah beberapa karya ukir Hasam mendapat apresiasi positif dari beberapa koleganya di Jakarta. (*)
Video oleh : Irfan 

Pewarta: Zabur Karuru

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017