Bojonegoro (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur tidak mengeluarkan air Waduk Pacal karena tanaman padi petani di sepanjang daerah irigasinya bisa memperoleh air hujan.
"UPT Bengawan Solo tidak mengeluarkan air Waduk Pacal sudah sejak 5 Januari lalu," kata Kasi Pemanfaatan Pengelolaan Sumber Air Dinas Pengairan Bojonegoro Setiyono, di Bojonegoro, Rabu.
Meski air Waduk Pacal tidak dikeluarkan, menurut dia, petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal bisa memperoleh air hujan, bahkan berlebih untuk mencukupi kebutuhan tanaman padinya, karena curah hujan yang terjadi di daerahnya akhir-akhir ini cukup tinggi.
Ia menyebutkan luas areal tanaman padi di sepanjang daerah irigasinya, antara lain, Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo dan kecamatan lainnya, lebih dari 16.000 hektare dengan usia berkisar 70-80 hari.
"Sampai saat ini tidak ada petani yang mengajukan permintaan air waduk, sebab curah hujan sekarang ini cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi," katanya, menegaskan.
Sesuai data, lanjut dia, ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, mencapai 114,20 meter dengan tampungan air efektif sekitar 19,8 juta meter kubik per 1 Februari.
Dengan posisi itu, kata dia, air yang tertampung di Waduk Pacal belum maksimal, karena daya tampungnya bisa mencapai 23 juta meter kubik dengan ketinggian air pada papan duga 114,99 meter.
Oleh karena itu, ia optimistis Waduk Pacal masih akan memperoleh tambahan air hujan, karena sekarang curah hujan di daerahnya selama Februari masih tinggi.
"Kami optomistis Waduk Pacal masih akan memperoleh tambahan air hujan, sebab sekarang masih musim hujan," ucapnya, menegaskan.
Sesuai prosedur, lanjut dia, pengeluaran air Waduk Pacal berdasarkan usulan petani melalui Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) yang kemudian diajukan kepada UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro.
"Kalau memang ada pengajuan permintaan air dari petani melalui HIPPA bisanya segera kami ajukan kepada UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro," tuturnya.
Data di kantor Dinas Pengairan, Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.688 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.
Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik, namun sekarang daya tampungnya menurun drastis, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"UPT Bengawan Solo tidak mengeluarkan air Waduk Pacal sudah sejak 5 Januari lalu," kata Kasi Pemanfaatan Pengelolaan Sumber Air Dinas Pengairan Bojonegoro Setiyono, di Bojonegoro, Rabu.
Meski air Waduk Pacal tidak dikeluarkan, menurut dia, petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal bisa memperoleh air hujan, bahkan berlebih untuk mencukupi kebutuhan tanaman padinya, karena curah hujan yang terjadi di daerahnya akhir-akhir ini cukup tinggi.
Ia menyebutkan luas areal tanaman padi di sepanjang daerah irigasinya, antara lain, Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo dan kecamatan lainnya, lebih dari 16.000 hektare dengan usia berkisar 70-80 hari.
"Sampai saat ini tidak ada petani yang mengajukan permintaan air waduk, sebab curah hujan sekarang ini cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi," katanya, menegaskan.
Sesuai data, lanjut dia, ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, mencapai 114,20 meter dengan tampungan air efektif sekitar 19,8 juta meter kubik per 1 Februari.
Dengan posisi itu, kata dia, air yang tertampung di Waduk Pacal belum maksimal, karena daya tampungnya bisa mencapai 23 juta meter kubik dengan ketinggian air pada papan duga 114,99 meter.
Oleh karena itu, ia optimistis Waduk Pacal masih akan memperoleh tambahan air hujan, karena sekarang curah hujan di daerahnya selama Februari masih tinggi.
"Kami optomistis Waduk Pacal masih akan memperoleh tambahan air hujan, sebab sekarang masih musim hujan," ucapnya, menegaskan.
Sesuai prosedur, lanjut dia, pengeluaran air Waduk Pacal berdasarkan usulan petani melalui Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) yang kemudian diajukan kepada UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro.
"Kalau memang ada pengajuan permintaan air dari petani melalui HIPPA bisanya segera kami ajukan kepada UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro," tuturnya.
Data di kantor Dinas Pengairan, Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.688 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.
Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik, namun sekarang daya tampungnya menurun drastis, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, dan rusaknya bangunan pelimpas. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017