Trenggalek (Antara Jatim) - Ratusan warga, petugas gabungan serta relawan kebencanaan bergotong-royong membangun aluran air di atas tebing/bukit yang beberapa kali longsor dan memicu putusnya jalur antarkota Trenggalek-Ponorogo di Desa Nglinggis, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur , Minggu.
    
"Ya pagi tadi kerja bakti massal kami lakukan dalam rangka membuat semacam jalur pembuangan air agar tidak langsung bergerak liar menuruni tebing," kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Kedaruratan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek Agung Widodo melalui telepon kepada Antara, Minggu.
    
Menurut Agung, aksi yang berlangsung mulai pukul 07.00 WIB hingga selesai itu berhasil membuat sistem pembuangan air sementara, sehingga tidak langsung mengarah ke tebing namun bergerak ke alur sungai yang ada.
    
"Di atas tebing yang kemarin runtuh atau longsor itu ternyata memang ada petak-petak persawahan tadah hujan milik penduduk. Areal persawahan yang belum memiliki sistem irigasi dan pembuangan air ini yang diduga memicu longsor di bawah sehingga harus diantisipasi mulai sekarang," ujarnya.
    
Selain melibatkan ratusan warga Trenggalek dari Desa Nglinggis dan Gading, tutur Agung, kerja bakti masal juga diikuti puluhan petugas dari unsur TNI, Polri, BPBD, linmas, dinas sosial serta relawan TRC dan perwakilan ormas.
    
Agung berharap pembuatan saluran pembuangan yang masih bersifat sementara itu bisa meminimalkan atau bahkan mencegah terjadinya longsor susulan di titik ruas jalur Trenggalek-Ponorogo kilometer 17, karena membahayakan pemukiman serta pengendara yang ada dan melintas di bawahnya.
    
Gerakan gotong-royong itu setidaknya mendapat apresiasi warga terdampak longsor  yang bermukim di sekitar jalan raya Trenggalek-Ponorogo Km-17, Datuk Nurhandik.
    
"Memang harusnya dilakukan langkah-langkah pencegahan, ya salah satunya
dengan mengidentifikasi penyebab longsor yang memang karena di atas
tebing atau bukit ini ada pemukiman Desa Gading alur sungainya tidak
beraturan dan aliran airnya langsung mengarah ke tebing," ujarnya.

Diberitakan, dalam sepekan terakhir dua kali longsor terjadi di jalan raya Trenggalek-Ponorogo Kilometer-17.
    
Longsor pertama terjadi pada Selasa (24/1) dimana satu bongkahan batu besar jatuh menimpa badan jalan diikuti guguran tebing sehingga akses putus total.
    
Longsor kedua terjadi pada Kamis (26/1) malam, hanya selang kurang dari 24 jam setelah akses jalan raya antarkota itu berhasil dibuka lagi menggunakan satu unit alat berat.
    
Pada kejadian kedua itu, menurut Nurhandik kondisi cuaca tidak hujan namun tebing dari atas ketinggian lebih dari 50 meter tiba-tiba ambrol dan menghujam jalan raya Trenggalek-Ponorogo itu pada pukul 19.00 WIB.
    
Nurhandik dan keluarganya sempat keluar rumah dan melihat arah tebing saat longsor susulan dengan volume lebih besar runtuh dan mengubur seluruh badan jalan penghubung dua kabupaten itu hingga radius 50 meter.
    
Saat ini, kondisi jalur Trenggalek-Ponorogo berangsur pulih/normal setelah bongkahan matu besar yang menutup badan jalan dipecah dan disingkirkan, demikian juga dengan material tanah tebing didorong keluar dari alur badan jalan.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017