Banyuwangi (Antara Jatim) - Puskesmas Sempu, Kabupaten Banyuwangi, mengembangkan inovasi pelayanan kesehatan dengan cara jemput bola, yakni mencari warga yang sakit, bahkan hingga ke belantara hutan pinus.

Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi di Banyuwangi, Senin mengatakan warga tersebut bakal langsung diberi perawatan di rumahnya tanpa harus mengunjungi puskesmas. Inovasi tersebut diberi nama Pencari Mas, akronim dari Pencari Masyarakat Sakit.

Program ini, katanya, melibatkan warga di kampung-kampung. "Program ini mencari, memeriksa, mengobati, dan mendampingi warga, khususnya masyarakat miskin yang sakit," katanya.

Kalau sakitnya ringan, kata dia, langsung diobati di tempat. Atau kalau ada yang perlu dirawat, akan dibawa untuk dirawat di puskesmas, yang semuanya gratis.

"Dan kalau ada yang perlu penanganan intensif, akan kita beri rujukan ke rumah sakit. Kami juga rutin memberikan makanan bergizi kepada masyarakat miskin," kata dia.

Tak hanya mengobati, kata Hadi, program Pencari Mas juga melakukan pendampingan kepada warga yang menderita sakit kronis, misalnya stroke dan lansia yang menderita penyakit. Pendampingan dilakukan dengan home visite oleh tim medis sepekan sekali.

"Namun, kalau ada kasus yang sakit maupun ibu hamil berisiko, kita akan pantau sewaktu-waktu. Tergantung laporan dari kader Pencari Mas di wilayah tersebut. Prinsipnya, petugas akan selalu siap melakukan home visite," ujarnya.

Menariknya program ini, kata dia, dilakukan tidak hanya petugas puskesmas, namun bahu membahu bersama warga. Caranya, jika warga mendapati orang sakit atau ibu hamil berisiko tinggi langsung dilaporkan kepada kepala desa, yang diteruskan ke puskesmas. Begitu menerima laporan, tim Pencari Mas akan turun untuk memeriksa kondisinya.

Seperti di perkampungan Seling, Dusun Krajan, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Petugas puskesmas bersama ketua RT mengunjungi kampung tersebut untuk melakukan pemeriksaan rutin kepada warga. Seling merupakan perkampungan kecil di tengah rimba pinus.

Warga setempat menyebutnya Seling yang artinya "kesele ora eling" (capeknya tak terlupakan), lantaran lokasinya cukup jauh dan aksesnya tidak mudah.

"Medannya lumayan berat, perjalanan menuju ke Seling memang melelahkan. Jalannya banyak menanjak, beberapa bagian cukup licin," ujar Sri Wibowoningsih, bidan di Puskesmas Sempu.

Tenaga medis dari Puskesmas Sempu telaten memeriksa kondisi kesehatan warga sembari ditemani ketua RT kampung tersebut. Di sebuah mushala sederhana yang disulap menjadi klinik kesehatan dadakan, tim ini memeriksa satu per satu warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Ada yang bertugas memeriksa tekanan darah pasien, mendiagnosa keluhan, dan membagikan obat serta makanan tambahan.

"Biasanya yang melakukan kunjungan ke sini terdiri dari dokter, bidan, perawat, asisten apoteker, dan analis laboratorium," kata Sri.

Untuk mencapai perkampungan ini, petugas menggunakan truk yang sehari-hari digunakan untuk mengangkut getah pinus. Mereka harus menempuh perjalanan sejauh 15 km dengan menembus rimba pinus selama 1,5 jam. Kampung ini terletak 8 kilometer dari perkampungan terakhir di Dusun Krajan, yang secara adminstratrif menaunginya.

"Kami sengaja mendatangi mereka untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Bukan yang sakit saja, tapi semua kami periksa. Jadi kita tahu kondisi kesehatannya. Kalau ternyata ada yang perlu perawatan, akan kami sarankan ke puskesmas untuk dirawat di sana. Atau kita dampingi di rumahnya," kata Sri Wibowoningsih.

Dijelaskan Sri, di luar kunjungan rutin secara resmi, puskesmas akan datang ke kampung di tengah hutan itu bila ada laporan warga yang membutuhkan perawatan.

"Ada kader Puskesmas yang khusus, seperti Ibu Mulyani, yang setiap pekan ke daerah ini. Laporan kondisi warga ini banyak kami dapatkan dari mereka," kata Sri.

Hal itu diamini oleh Mulyani. Meski rumahnya berjarak 8 km dari Seling dan harus melewati hutan pinus tersebut, Mulyani rutin meluangkan waktu khusus sepekan sekali keliling ke rumah warganya. Jika ada warga yang sakit atau hamil berisiko tinggi, dia sewaktu-waktu juga memantau kondisi warga tersebut.

"Bisa tiga hari sekali. Pokoknya sepekan sekali saya pasti keliling. Tapi waktunya saya pilih yang benar-benar longgar. Karena sekali keluar rumah saya langsung ke banyak lokasi," kata Ibu dua orang anak ini.

Tak ada keluhan sedikit pun keluar dari mulut mereka meski harus melakukan pelayanan hingga ke tengah belantara pinus di kaki Gunung Raung itu. Mereka ikhlas dan tetap gigih menjalankan tugasnya.
"Biar tetap semangat harus dibikin senang. Kami semangat karena teman-teman di puskesmas juga kompak. Saya dengar gerakan mengunjungi warga yang sakit ini sekarang dilakukan banyak puskesmas lain di Banyuwangi. Kami turut senang dan bangga, kita semua bisa bersama-sama membantu dan melayani masyarakat," kata Mulyani.(*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017