Surabaya (Antara Jatim) - Sekretaris DPC Hanura Surabaya Agus Santoso menilai hasil Musyawarah
Cabang Luar Biasa (Muscablub) dengan terpilihnya Edi Rachmat sebagai
Ketua DPC Hanura Surabaya tidak sah.
"Proses Muscablub tidak memiliki legitimasi apapun. Selain karena rekomendasi Muscablub juga tidak sah, para peserta Muscablub juga bukan pengurus resmi," kata Agus kepada wartawan di Surabaya, Rabu.
Agus menyebutkan rekomendasi Muscablub berasal dari pelaksana harian (Plh), yakni Wakil Ketua Umum DPP Hanura Choirudin, bukan Ketua Umum DPP Hanura Wiranto.
"Begitu juga pelaksana Muscablub yang tanda tangan adalah Kelana-Warsito (Ketua DPD Hanura Jatim dan Sekretarisnya). Padahal Warsito bukan sekretaris sah," katanya.
Alasan lain, lanjut dia, peserta Muscablub juga bukan pengurus resmi PAC. Hal ini dikarenakan pengurus PAC tersebut sudah dipecat sejak 9 November lalu sehingga mereka tidak lagi punya hak suara dalam agenda apapun, apalagi sekelas forum Muscablub.
"Itu kenapa, saya menyebut ini (Muscablub) abal-abal karena memang tidak ada dasar apapun yang melegitimasi proses itu. Saya yakin, DPP pasti juga akan menolak. Karenanya saya tenang saja. Saya tidak akan bereaksi, yang justru bisa menjatuhkan martabat pengurus definitif," kata Agus.
Edi terpilih secara aklamasi setelah tidak ada calon lain dalam rapat tertinggi DPC Hanura tersebut. Sebanyak 22 PAC dari total 31 PAC di Surabaya secara bulat meminta Edi Rachmat memimpin DPC Hanura Surabaya hingga 2021 mendatang.
Hasil Muscablub ini sekaligus mengakhiri tugas kepengurusan Wisnu Wardhana yang berhalangan tetap karena persoalan hukum. Selanjutnya, Edi bersama tim formatur akan menyusun kepengurusan DPC Hanura Surabaya hingga satu pekan ke depan.
Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD Hanura Jawa Timur Reny Widya Lestari mengatakan kehadiran 22 PAC sudah memenuhi kuorum. Sembilan PAC yang tidak hadir belum tentu karena menolak penyelenggaraan muscablub.
"PAC yang tidak datang, saya perintahkan pengurus mencari tahu, yang bercerai berai disatukan kembali," ujarnya.
Reny menjelaskan pascapenetapan ketua definitif, konflik kepengurusan DPC Hanura sebelumnya secara otomatis selesai. Sebab, pemecatan Wishnu Wardhana dari kursi ketua partai berdasarkan keputusan DPP Hanura.
"Setelah muscalub ini, tidak ada lagi pengurus demisioner, yang ada kepengurusan yang dibentuk hasil muscablub," ungkapnya.
Selain memilih ketua definitf, muscablub juga menentukan tim formatur. Tim yang bertugas membentuk struktur pengurus ini terdiri dari lima orang.
Ketua terpilih secara otomatis menjadi ketua tim formatur, sedangkan Reny Widya Lestari sebagai sekretaris, satu dari unsur pengurus demisioner, dan dua orang dari PAC.
"Masa kerja formatur 7 x 24 jam, atau 7 hari," katanya.
Ketua definitif sudah ditunggu tugas berat. Selain harus menyatukan konflik di tubuh partai, juga membentuk PAC se-Surabaya, minimal akhir Desember tahun ini sudah selesai. Selain itu, membentuk 64 ranting yang dibebani maksimal Maret 2017 sudah rampung.
Terhadap tugas itu, Edi Rachmat mengaku sudah siap. Apalagi PAC di Surabaya sudah dibentuk. Tinggal ranting yang sampai saat ini belum tersentuh. "Kan ranting targetnya masih maret, sekarang yang dipikirkan adalah menyusun kepengurusan," ujarnya.
Edi berjanji akan merangkul kader yang berada di kepengurusan lama, terutama mantan sekretaris DPC Hanura Agus Santoso. Terkait sembilan PAC yang tidak hadir, Edi akan menerjunkan tim untuk mencari tahu.
"Kalau memang masih mau di Hanura ya kita rangkul, tapi kalau dia sudah tidak ingin jadi pengurus PAC lagi, kita akan pikirkan langkah selanjutnya," katanya. (*)
"Proses Muscablub tidak memiliki legitimasi apapun. Selain karena rekomendasi Muscablub juga tidak sah, para peserta Muscablub juga bukan pengurus resmi," kata Agus kepada wartawan di Surabaya, Rabu.
Agus menyebutkan rekomendasi Muscablub berasal dari pelaksana harian (Plh), yakni Wakil Ketua Umum DPP Hanura Choirudin, bukan Ketua Umum DPP Hanura Wiranto.
"Begitu juga pelaksana Muscablub yang tanda tangan adalah Kelana-Warsito (Ketua DPD Hanura Jatim dan Sekretarisnya). Padahal Warsito bukan sekretaris sah," katanya.
Alasan lain, lanjut dia, peserta Muscablub juga bukan pengurus resmi PAC. Hal ini dikarenakan pengurus PAC tersebut sudah dipecat sejak 9 November lalu sehingga mereka tidak lagi punya hak suara dalam agenda apapun, apalagi sekelas forum Muscablub.
"Itu kenapa, saya menyebut ini (Muscablub) abal-abal karena memang tidak ada dasar apapun yang melegitimasi proses itu. Saya yakin, DPP pasti juga akan menolak. Karenanya saya tenang saja. Saya tidak akan bereaksi, yang justru bisa menjatuhkan martabat pengurus definitif," kata Agus.
Edi terpilih secara aklamasi setelah tidak ada calon lain dalam rapat tertinggi DPC Hanura tersebut. Sebanyak 22 PAC dari total 31 PAC di Surabaya secara bulat meminta Edi Rachmat memimpin DPC Hanura Surabaya hingga 2021 mendatang.
Hasil Muscablub ini sekaligus mengakhiri tugas kepengurusan Wisnu Wardhana yang berhalangan tetap karena persoalan hukum. Selanjutnya, Edi bersama tim formatur akan menyusun kepengurusan DPC Hanura Surabaya hingga satu pekan ke depan.
Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD Hanura Jawa Timur Reny Widya Lestari mengatakan kehadiran 22 PAC sudah memenuhi kuorum. Sembilan PAC yang tidak hadir belum tentu karena menolak penyelenggaraan muscablub.
"PAC yang tidak datang, saya perintahkan pengurus mencari tahu, yang bercerai berai disatukan kembali," ujarnya.
Reny menjelaskan pascapenetapan ketua definitif, konflik kepengurusan DPC Hanura sebelumnya secara otomatis selesai. Sebab, pemecatan Wishnu Wardhana dari kursi ketua partai berdasarkan keputusan DPP Hanura.
"Setelah muscalub ini, tidak ada lagi pengurus demisioner, yang ada kepengurusan yang dibentuk hasil muscablub," ungkapnya.
Selain memilih ketua definitf, muscablub juga menentukan tim formatur. Tim yang bertugas membentuk struktur pengurus ini terdiri dari lima orang.
Ketua terpilih secara otomatis menjadi ketua tim formatur, sedangkan Reny Widya Lestari sebagai sekretaris, satu dari unsur pengurus demisioner, dan dua orang dari PAC.
"Masa kerja formatur 7 x 24 jam, atau 7 hari," katanya.
Ketua definitif sudah ditunggu tugas berat. Selain harus menyatukan konflik di tubuh partai, juga membentuk PAC se-Surabaya, minimal akhir Desember tahun ini sudah selesai. Selain itu, membentuk 64 ranting yang dibebani maksimal Maret 2017 sudah rampung.
Terhadap tugas itu, Edi Rachmat mengaku sudah siap. Apalagi PAC di Surabaya sudah dibentuk. Tinggal ranting yang sampai saat ini belum tersentuh. "Kan ranting targetnya masih maret, sekarang yang dipikirkan adalah menyusun kepengurusan," ujarnya.
Edi berjanji akan merangkul kader yang berada di kepengurusan lama, terutama mantan sekretaris DPC Hanura Agus Santoso. Terkait sembilan PAC yang tidak hadir, Edi akan menerjunkan tim untuk mencari tahu.
"Kalau memang masih mau di Hanura ya kita rangkul, tapi kalau dia sudah tidak ingin jadi pengurus PAC lagi, kita akan pikirkan langkah selanjutnya," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016