Surabaya (Antara Jatim) - Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim akan menjadikan revitalisasi pendidikan kejuruan alias SMK sebagai fokus utama pada tahun 2017 dengan menata kembali sebaran program keahlian yang saat ini ada di SMK se-Jatim.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Dr Saiful, MM M,Pd di Surabaya, Selasa menuturkan ada tiga perlakuan untuk sejumlah program keahlian di SMK. Di antaranya ialah moratorium jurusan yang sudah terlalu banyak.

Selain itu, evaluasi jurusan yang tidak terlalu dibutuhkan industri dan menutup jurusan yang tidak sesuai dengan potensi daerah serta kebutuhan industri saat ini.

“Ada moratorium SMA, juga ada moratorium jurusan SMK. Seperti Jurusan Bismen (Bisnis-manajemen) itu sudah terlalu jenuh. Kita akan moratorium pembukaan jurusan itu,” ujar Saiful.

Sedangkan jurusan teknologi informasi, lanjut dia, akan dievaluasi karena kebutuhan industri tidak terlalu banyak.

Di sisi lain, Saiful mengakui adanya sejumlah jurusan yang potensial namun peminatnya sepi. Diantaranya ialah jurusan perikanan, kelautan serta kesenian. Untuk jurusan ini, Dindik Jatim akan memberikan perlakuan khusus. Yakni rebranding SMK agar semakin dikenal masyarakat.

“SMK harus bisa menjual dirinya di masyarakat. Buat open house untuk anak-anak SMP saat liburan sebagaimana yang sudah berlaku di Jerman,” ujar dia.

Selain promosi, Saiful juga merencanakan adanya tes minat bakat bagi calon peserta didik SMK. Ini dilakukan untuk mengetahui jurusan apa yang tepat untuk mereka.

“Kalau untuk SMK, kita sesuaikan dengan minat dan bakat mereka. Karena tidak semua daerah memiliki jurusan SMK di daerahnya. Misalnya kesenian yang selama ini di Surabaya tidak terlalu diminati,” kata mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini.

Sebelumnya, hal serupa juga diungkapkan Gubernur Jatim Soekarwo mengenai fokus utama pembangunan di bidang pendidikan Jatim di tahun depan. Tahun depan, pemprov menargetkan jumlah perbandingan SMA dengan SMK mencapai angka 30 : 70. "Kita akan besar-besaran melakukan rekonstruksi pendidikan," katanya.

Menurut Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim, saat ini perbandingan SMA dengan SMK baru mencapai 35 berbanding 65. Jumlah SMK di Jatim sekitar 2.600 lembaga. Dari jumlah itu, baru 1.100 yang terkareditasi baik. Kemudian, masih terdapat 1.500 SMK yang belum punya tempat praktik.

"Moratorium pendirian SMA sudah pas. Tahun depan anggaran kita fokuskan ke penguatan SMK," ujarnya.

Dia menjelaskan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) itu bisa digalakkan dengan menyelenggarakan pendidikan vokasional. Dari sekitar 113 negara yang berusaha keluar dari middle income trap, hanya 10 negara yang berhasil. Salah satunya adalah Korea Selatan.

“Industri manufaktur perlu didukung dengan SDM yang terampil. Sekolah umum harus dimoratorium dan diganti dengan sekolah kejuruan. Selain pendidikan, pelatihan terhadap inkubator di kabupaten yang sudah lama seperti packaging tak boleh berhenti," kata Soekarwo. (*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016