Tuban (Antara Jatim) - Seratusan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan Widang di Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Minggu mengamankan tanggul kiri Bengawan Solo di daerah setempat yang kritis.
Salah seorang santri Ponpes Langitan Widang, Tuban Haris, di lokasi tanggul kritis menjelaskan pekerjaan mengamankan tanggul kiri Bengawan Solo di Widang yang kritis dilakukan bekerja sama pihak desa.
Pekerjaan pengamanan tanggul di belakang ponpes setempat, menurut dia, dilakukan mulai Jumat (2/12) setelah diketahui tanggul dengan panjang sekitar 100 meter mengalirkan air, bahkan jalan di luar tanggul basah.
"Jalan ini padahal baru saja dibangun dengan diberi aspal. Itu alat beratnya masih belum selesai menyelesaikan pekerjaan," jelas santri lainnya Syaifuddin menambahkan.
Pekerjaan pengamanan tanggul, menurut Haris, dilakukan dengan menancapkan bambu yang untuk selanjutnya diberi pengaman "sesek".
"Jumlah bambu yang dimanfaatkan cukup banyak yang kami peroleh dari Desa Tanggungan, Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Jalan sepanjang sekitar 100 meter diurug dengan tanah ditinggikan untuk menahan agar tanggul tidak jebol," jelas dia.
Ia mengaku teknik pengamanan tanggul dilakukan tanpa melakukan musyawarah dengan Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban.
"Teknik pengamanan tanggul Bengawan Solo ini dilakukan berdasarkan musyawarah dengan pihak Desa Widang," jelas dia.
Pantauan Antara lokasi tanggul kiri Bengawan Solo di Widang, Tuban, yang kritis menimbulkan rembesan air itu berada di tikungan luar Bengawan Solo.
Lokasi tanggul yang kritis itu, berjarak sekitar 200 meter dengan belakang Ponpes Langitan Widang di jalur Pantura Tuban.
"Kalau tanggul Bengawan Solo ini jebol tidak hanya menerjang tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Widang, tetapi juga bisa memutus jalan raya Pantura di Widang" tambah Syaifuddin.
"Banjir di Kecamatan Kanor sudah mulai surut," ucap seorang warga Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro Hadi.
Sesuai data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air pada papan duga di Bojonegoro sudah turun di bawah siaga banjir 12,48 meter, Minggu pukul 18.00 WIB.
Begitu pula ketinggian air Bengawan Solo di hilir Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamonga, masih siaga merah, tertapi terus turun masing-masing 8,34 meter, 6,04 meter, 4,66 meter dan 2,51 meter. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Salah seorang santri Ponpes Langitan Widang, Tuban Haris, di lokasi tanggul kritis menjelaskan pekerjaan mengamankan tanggul kiri Bengawan Solo di Widang yang kritis dilakukan bekerja sama pihak desa.
Pekerjaan pengamanan tanggul di belakang ponpes setempat, menurut dia, dilakukan mulai Jumat (2/12) setelah diketahui tanggul dengan panjang sekitar 100 meter mengalirkan air, bahkan jalan di luar tanggul basah.
"Jalan ini padahal baru saja dibangun dengan diberi aspal. Itu alat beratnya masih belum selesai menyelesaikan pekerjaan," jelas santri lainnya Syaifuddin menambahkan.
Pekerjaan pengamanan tanggul, menurut Haris, dilakukan dengan menancapkan bambu yang untuk selanjutnya diberi pengaman "sesek".
"Jumlah bambu yang dimanfaatkan cukup banyak yang kami peroleh dari Desa Tanggungan, Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Jalan sepanjang sekitar 100 meter diurug dengan tanah ditinggikan untuk menahan agar tanggul tidak jebol," jelas dia.
Ia mengaku teknik pengamanan tanggul dilakukan tanpa melakukan musyawarah dengan Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban.
"Teknik pengamanan tanggul Bengawan Solo ini dilakukan berdasarkan musyawarah dengan pihak Desa Widang," jelas dia.
Pantauan Antara lokasi tanggul kiri Bengawan Solo di Widang, Tuban, yang kritis menimbulkan rembesan air itu berada di tikungan luar Bengawan Solo.
Lokasi tanggul yang kritis itu, berjarak sekitar 200 meter dengan belakang Ponpes Langitan Widang di jalur Pantura Tuban.
"Kalau tanggul Bengawan Solo ini jebol tidak hanya menerjang tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Widang, tetapi juga bisa memutus jalan raya Pantura di Widang" tambah Syaifuddin.
"Banjir di Kecamatan Kanor sudah mulai surut," ucap seorang warga Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro Hadi.
Sesuai data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air pada papan duga di Bojonegoro sudah turun di bawah siaga banjir 12,48 meter, Minggu pukul 18.00 WIB.
Begitu pula ketinggian air Bengawan Solo di hilir Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamonga, masih siaga merah, tertapi terus turun masing-masing 8,34 meter, 6,04 meter, 4,66 meter dan 2,51 meter. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016