Surabaya,(Antara Jatim) - Belasan warga Mojokerto, Jawa Timur,  bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mendesak pemprov setempat untuk menutup PT Putra Restu Ibu Abadi (PRIA) karena diduga menimbun berbagai jenis limbah berbahaya di bawah tanah yang dihuni sekitar 3.000 warga Desa Lakardowo dan Sidorejo.
     
 "Limbah yang ditimbun di bawah tanah membuat kandungan air warga keruh, bahkan kandungan TDS atau padatan terlarut mencapai 2.900 dari awalnya 500. Ini sangat berbahaya," kata Darusetyorini, peneliti dari LSM Ecoton Surabaya  dalam aksi unjuk rasa bersama belasan warga dan si yang digelar di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis.
     
Ia mengatakan, tingginya kandungan TDS membuat warga tidak bisa memanfaatkan air sumur di desanya untuk mandi, karena airnya bisa membuat kulit gatal-gatal.
      
"Mayoritas warga kalau mandi menggunakan air galon, dan ini sudah terjadi selama dua tahun terakhir," ucapnya.
     
Sementara itu, Direktur Eksekutif LSM Ecoton Prigi Arisandi mengaku desakan sengaja disampaikan di depan Gedung Negara Grahadi karena selama ini Badan Lingkungan Hidup (BLH) terkesan membiarkan adanya pencemaran itu.
      
"Kami sudah tidak percaya lagi dengan keberadaan BLH, sebab terkesan membiarkan adanya pencemaran limbah ini, serta membiarkan industri yang menganggu sekitar 3000 warga," katanya.
     
Prigi bersama belasan warga meminta kepada pemerintah atau Kementerian Lingkungan Hidup untuk membekukan sementara aktivitas PT PRIA, dan meminta perusahaan tersebut merelokasi serta memulihkan dampak pencemaran lingkungan. 
      
Sementara dalam aksi itu, belasan warga juga membawa sejumlah poster dan menunjukkan contoh limbah yang didapan dari dua desa itu untuk diletakkan di depan Gedung Negara Grahadi.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016