Bojonegoro (Antara Jatim) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan pembeli batik Jonegoroan berbagai motif yang dipamerkan di anjungan setempat tetap stabil dibandingkan tahun lalu.
"Pembeli batik Jonegoroan yang dipasarkan di anjungan tetap stabil untuk semua motif batik dibandingkan tahun lalu," kata petugas Dekranasda Bojonegoro Ria Lestari, di Bojonegoro, Rabu.
Ia memperkirakan tingkat penjualan batik Jonegoroan berbagai motif yang dipasarkan di ajungan setempat rata-rata sekitar 300 potong per bulan dengan harga mulai Rp65.000 sampai Rp1 juta per potong.
Pembelinya, lanjut dia, tidak hanya warga lokal, tapi juga warga luar daerah yang kebetulan melewati Bojonegoro.
"Pengunjung wisman dari Amerika Serikat, Australia, juga dari luar negeri lainnya yagn datang ke anjungan sangat tertarik dengan batik Jonegoroan, dengan motif daun jati," katanya.
Ia menyebutkan batik Jonegoroan yang dipasarkan diajungan setempat milik sekitar 20 perajin batik yang terdiri dari 14 motif batik, mulai batik daun jati, juga "Pelem-pelem Suminar, "Sekar Rosella", "Woh Roning Pisang", "Surya Salak Kartika", dan "Belimbing Lining Limo".
"Batik yang harganya Rp1 juta per potong memanfaatkan bahan alami. Di Bojonegoro ada satu perajin yang membuat pewarnaan alami," tuturnya.
Penjualan batik Jonegoroan di anjungan setempat, lanjut dia, tidak hanya kain batik, tetapi juga pakaian laki-laki dan wanita, termasuk sejumlah perajin sudah mulai mengembangkan kaos motif batik.
Pemilik Griya Batik Jonegoroan Bojonegoro Lukito menyatakan hal yang sama bahwa minat warga lokal juga luar daerah yang membeli batik Jonegoroan masih stabil dengan jumlah rata-rata sekitar 100 potong per bulan.
Bahkan, lanjut dia, omzet batiknya November ini meningkat karena ada kegiatan "fashion show" tenun dan batik Jonegoroan yang digelar disperindag pada November ini.
"Omzet berbagai motif batik saya meningkat sekitar 50 potong ketika ada kegiatan "fashion show"," ucapnya.
Harga batik di tempatnya, kata dia, tidak ada perubahan dalam setahun terakhir mulai Rp60.000 sampai Rp500.000 per potong.
"Saya belum membuat pewarnaan alami dengan tumbuh-tumbuhan, sebab membutuhkan waktu lama," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Pembeli batik Jonegoroan yang dipasarkan di anjungan tetap stabil untuk semua motif batik dibandingkan tahun lalu," kata petugas Dekranasda Bojonegoro Ria Lestari, di Bojonegoro, Rabu.
Ia memperkirakan tingkat penjualan batik Jonegoroan berbagai motif yang dipasarkan di ajungan setempat rata-rata sekitar 300 potong per bulan dengan harga mulai Rp65.000 sampai Rp1 juta per potong.
Pembelinya, lanjut dia, tidak hanya warga lokal, tapi juga warga luar daerah yang kebetulan melewati Bojonegoro.
"Pengunjung wisman dari Amerika Serikat, Australia, juga dari luar negeri lainnya yagn datang ke anjungan sangat tertarik dengan batik Jonegoroan, dengan motif daun jati," katanya.
Ia menyebutkan batik Jonegoroan yang dipasarkan diajungan setempat milik sekitar 20 perajin batik yang terdiri dari 14 motif batik, mulai batik daun jati, juga "Pelem-pelem Suminar, "Sekar Rosella", "Woh Roning Pisang", "Surya Salak Kartika", dan "Belimbing Lining Limo".
"Batik yang harganya Rp1 juta per potong memanfaatkan bahan alami. Di Bojonegoro ada satu perajin yang membuat pewarnaan alami," tuturnya.
Penjualan batik Jonegoroan di anjungan setempat, lanjut dia, tidak hanya kain batik, tetapi juga pakaian laki-laki dan wanita, termasuk sejumlah perajin sudah mulai mengembangkan kaos motif batik.
Pemilik Griya Batik Jonegoroan Bojonegoro Lukito menyatakan hal yang sama bahwa minat warga lokal juga luar daerah yang membeli batik Jonegoroan masih stabil dengan jumlah rata-rata sekitar 100 potong per bulan.
Bahkan, lanjut dia, omzet batiknya November ini meningkat karena ada kegiatan "fashion show" tenun dan batik Jonegoroan yang digelar disperindag pada November ini.
"Omzet berbagai motif batik saya meningkat sekitar 50 potong ketika ada kegiatan "fashion show"," ucapnya.
Harga batik di tempatnya, kata dia, tidak ada perubahan dalam setahun terakhir mulai Rp60.000 sampai Rp500.000 per potong.
"Saya belum membuat pewarnaan alami dengan tumbuh-tumbuhan, sebab membutuhkan waktu lama," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016