Situbondo (Antara Jatim) - Pondok Pesantren Sukorejo akan menggelar napak tilas perjuangan KHR As'ad Syamsul Arifin saat memimpin pasukannya berjuang mengusir penjajah Jepang dari wilayah Jember, Jawa Timur, di Tahun 1945.
"Kegiatan ini merupakan momentum untuk menanamkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme kepada generasi muda sebagai peserta dalam napak tilas nantinya," kata Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy kepada Antara di Situbondo, Jawa Timur, Minggu.
Napak tilas itu akan digelar pada 14 hingga 15 Nopember 2016 dengan titik berangkat dari Ponpes Raudlatul Ulum, Sumber Wringin, Kecamatan Sukowono, Jember, menuju Garahan, Jember, sejauh 55 KM. Ponpes Raudlatul Ulum sendiri merupakan tempat Kiai As'ad mampir dan menginap bersama pasukan Palopor saat akan menyerbu markas Jepang di daerah Silo, Garahan, pada September 19945.
Menurut Kiai Azaim yang juga cucu dari ulama kharismatik KHR As'ad itu, setiap jejak perjalanan ulama, terlebih seorang pejuang atau mujahid di jalan Allah, maka seluruhnya adalah keteladanan.
"Baik yang kita dapatkan dari ajaran turur kata maupun situasi situs perjalanan di medan pertempuran. Kita mengenal Perang Badar di zaman Nabi Muhammad yang sangat dahsyat. Hingga kini lokasi Badar menjadi rujukan. Dimana Nabi mengatur strategi kala itu. Begitu juga yang diadapi oleh Kiai As'ad saat mengusir penjajah. Semua menjadi pelajaran bagi kita. Apa saja persiapan lahir batin dari beliau kala itu," katanya.
Ia menceritakan, semalam sebelum penyerangan ke markas tentara Jepang, KHR As'ad dan pasukannya menginap di salah satu pesantren di Jember yang juga masih keraatnya. Saksi sejarah menyebutkan bahwa Kiai As'ad kala itu membaca "rotibul hadad" (dzikir khusus di kalangan ulama NU) selama semalam suntuk.
"Hal ini mengajarkan bahwa jangan hanya persiapan fisik, tapi juga ada sisi ruhani. Beliau juga mengajarkan agar kita mengasah kekuatan ruhani. Tawakkal kepada Allah juga harus baik agar terbangun kekuatan yang istimewa dalam setiap perjuangan," katanya.
Karena pesertanya adalah generasi muda, yakni santri dan pelajar maka diharapkan napak tilas ini, katanya, memberikan pelajaran mengenai patriotisme dan nasionalisme yang riil kepada mereka.
"Anak-anak muda sekarang kan lebih mengenal sosok fiktif mengenai siapa itu pahlawan, yakni dari kartun atau film. Sementara yang kita napaktilasi ini adalah perjuangan seorang tokoh yang riil dalam sejarah sehingga sangat diharapkan mampu menanamkan jiwa patriotisme, nasionalisme dan jiwa religius kepada mereka," ujarnya.
Momentum ini, katanya, juga menjadi sarana silaturahim dengan tokoh agama yang mungkin di hari-hari biasa belum tentu ada kesempatan untuk bertemu dengan mereka yang selama ini sangat dimuliakan oleh umat.
"Acara ini juga menjadi media untuk penguatan kebangsaan kita, khususnya bagi generasi muda," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Kegiatan ini merupakan momentum untuk menanamkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme kepada generasi muda sebagai peserta dalam napak tilas nantinya," kata Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy kepada Antara di Situbondo, Jawa Timur, Minggu.
Napak tilas itu akan digelar pada 14 hingga 15 Nopember 2016 dengan titik berangkat dari Ponpes Raudlatul Ulum, Sumber Wringin, Kecamatan Sukowono, Jember, menuju Garahan, Jember, sejauh 55 KM. Ponpes Raudlatul Ulum sendiri merupakan tempat Kiai As'ad mampir dan menginap bersama pasukan Palopor saat akan menyerbu markas Jepang di daerah Silo, Garahan, pada September 19945.
Menurut Kiai Azaim yang juga cucu dari ulama kharismatik KHR As'ad itu, setiap jejak perjalanan ulama, terlebih seorang pejuang atau mujahid di jalan Allah, maka seluruhnya adalah keteladanan.
"Baik yang kita dapatkan dari ajaran turur kata maupun situasi situs perjalanan di medan pertempuran. Kita mengenal Perang Badar di zaman Nabi Muhammad yang sangat dahsyat. Hingga kini lokasi Badar menjadi rujukan. Dimana Nabi mengatur strategi kala itu. Begitu juga yang diadapi oleh Kiai As'ad saat mengusir penjajah. Semua menjadi pelajaran bagi kita. Apa saja persiapan lahir batin dari beliau kala itu," katanya.
Ia menceritakan, semalam sebelum penyerangan ke markas tentara Jepang, KHR As'ad dan pasukannya menginap di salah satu pesantren di Jember yang juga masih keraatnya. Saksi sejarah menyebutkan bahwa Kiai As'ad kala itu membaca "rotibul hadad" (dzikir khusus di kalangan ulama NU) selama semalam suntuk.
"Hal ini mengajarkan bahwa jangan hanya persiapan fisik, tapi juga ada sisi ruhani. Beliau juga mengajarkan agar kita mengasah kekuatan ruhani. Tawakkal kepada Allah juga harus baik agar terbangun kekuatan yang istimewa dalam setiap perjuangan," katanya.
Karena pesertanya adalah generasi muda, yakni santri dan pelajar maka diharapkan napak tilas ini, katanya, memberikan pelajaran mengenai patriotisme dan nasionalisme yang riil kepada mereka.
"Anak-anak muda sekarang kan lebih mengenal sosok fiktif mengenai siapa itu pahlawan, yakni dari kartun atau film. Sementara yang kita napaktilasi ini adalah perjuangan seorang tokoh yang riil dalam sejarah sehingga sangat diharapkan mampu menanamkan jiwa patriotisme, nasionalisme dan jiwa religius kepada mereka," ujarnya.
Momentum ini, katanya, juga menjadi sarana silaturahim dengan tokoh agama yang mungkin di hari-hari biasa belum tentu ada kesempatan untuk bertemu dengan mereka yang selama ini sangat dimuliakan oleh umat.
"Acara ini juga menjadi media untuk penguatan kebangsaan kita, khususnya bagi generasi muda," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016