Surabaya, (Antara Jatim) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Hendar mengakui literasi atau pengetahun masyarakat mengenai ekonomi syariah masih rendah, sehingga pangsa keuangan syariah terhadap keuangan nasional maupun perekonomian masih sangat kecil, yaitu kurang dari 5 persen.

"Di sinilah dibutuhkan sumber-sumber edukasi keuangan syariah yang inspiratif dan implementatif khususnya di Indonesia," ucap Hendar usai peluncuran buku Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Surabaya, Rabu.

Ia mengatakan, rendahnya literasi tersebut disebabkan beberapa hal, salah satunya banyak produk keuangan syariah yang selalu menggunakan istilah Arab, ditambah keterbatasan sumber daya manusia yang tidak bisa memahami keuangan syariah, dan terbatasnya sarana edukasi keuangan syariah.

Hendar mengaku, hal tersebut menjadi salah satu tantangan ke depan, dan Bank Indonesia perlu mendorong keuangan syariah dapat berkorelasi dengan aktifitas sektor riil masyarakat.

Tantangan lain, kata Hendar adalah adanya perlambatan karena ekonomi global yang berkepanjangan, sehingga demand atau pemasukan perekonomian terhadap pembiayaan menurun tajam, diikuti penurunan dana pihak ketiga (DPK).

"Untuk itu, industri keuangan syariah perlu mengelaborasi produk dan akad keuangan syariah. Hal itu untuk memberikan solusi dalam mengangkat pelemahan sektor riil,¿¿ tambahnya.

Hendar menjelaskan, keuangan syariah di Indonesia pernah mengalami pertumbuhan aset yang sangat ekspansif dengan rata-rata 40 persen pada periode 2008-2013.

"Jumlah itu jauh melampaui rata-rata pertumbuhan keuangan syariah global sebesar 19 persen," katanya.

Namun pada perkembangan berikutnya masih menyisakan banyak tantangan dan peluang yang harus diselesaikan, khususnya di bidang produk dan akad agar keuangan syariah bisa tumbuh berkelanjutan ke depan.

Sementara itu Kepala Perwakilan BI Jatim Benny Siswanto mengakui saat ini penyediaan materi edukasi keuangan syariah sangat dibutukan, terutama edukasi terkait produk dan akad produk keuangan syariah.

Sebab, perdebatan keuangan syariah masih sering terjadi. Oleh karena itu BI meluncurkan buku pedoman yang membahas tentang latar belakang, produk dan bentuk akad keuangan syariah.

"Buku tersebut dapat digunakan untuk edukasi secara langsung ke masyarakat, terutama di lingkungan sekolah, pondok pesantren dan ormas Islam," katanya.

Terkait industri keuangan syariah di Jatim, Benny megaku masih belum mencapai 5 persen, dan pangsa aset perbankan syariah hingga Juli 2016 tercatat baru 4,8 persen.

Sedangkan total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah sebesar Rp24,3 triliun, dengan komposisi penyaluran kepada UMKM sebesar 26 persen, dan simpanan masyarakat di perbankan syariah mencapai Rp20,1 triliun.

"Jumlah tersebut hanya mencakup 4,4 persen dari total seluruh simpanan masyarakat di Jatim," katanya.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016