Pamekasan (Antara Jatim) - Pabrikan di Pamekasan, Jawa Timur hingga kini belum menentukan harga beli tembakau, meski sebagian petani di wilayah itu mulai memanen tembakau mereka.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan Bambang Edy Suprapto kepada Antara di Pamekasan, Minggu mengatakan, hingga awal September ini, memang sudah ada pabrikan yang membuka gudang mereka untuk membeli tembakau rajangan hasil panen petani tembakau.

"Tapi pihak pabrikan belum menentukan berapa harga beli tembakau, karena kualitas tembakau saat ini jelek, akibat sering turun hujan," katanya.

Ia menjelaskan, pabrikan yang telah membuka gudang itu, PT Sadana Arif Nusa, yakni perusahaan rokok Sampoerna, sedangkan rokok lainnya belum.

"Sampoerna itu sudah buka beberapa hari lalu. Tapi harga beli belum ditentukan, dan pembelian hanya diperioritaskan pada petani yang melakukan kemitraan dengan perusahaan rokok itu," terang Bambang.

Sementara di tingkat petani, harga beli tembakau rajangan pada musim panen tembakau kali ini antara Rp12 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram.

Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pamekasan Fathorrahman, harga jual tembakau petani Pamekasan itu jauh lebih rendah dari perhitungan break even point (BEK) 2016.

"Berdasarkan perhitungan yang kami lakukan, BEP tembakau tahun ini Rp36 ribu per kilogram," kata "Paong" sapaan karib Fathorrahman.

Jika tembakau petani Pamekasan dijual seharga Rp36 ribu per kilogram, maka petani "impas" yakni tidak undang dan tidak rugi.

Namun, jika harga jual tembakau petani dibawah Rp36 ribu, maka petani jelas akan rugi.

"Kalau di tingkat petani harga jual tembakau Rp15 ribu, jelas rugi," kata Paong.

Ia menjelaskan, perhitungan BEP tembakau sebesar Rp36 ribu itu setelah dirata-rata antara tembakau di lahan tegal, gunung dan lawan sawah.

Untuk harga jual tembakau gunung, diperkirakan antara Rp35 ribu hingga Rp50 ribu per kiligram, tegal Rp25 ribu hingga Rp35 ribu dan tembakau sawah antara Rp20 hingga Rp25 ribu per kilogram.

"Tembakau gunung ini lebih mahal, karena biayanya lebih banyak, meski kualitasnya lebih bagus," kata Fathorrahman. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016