Surabaya (Antara Jatim) - Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur menilai keberadaan calon tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara.

"Calon tunggal berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih yang tidak terlalu signifikan," ujar Ketua KPU Jatim Eko Sasmito kepada wartawan di Kantor KPU Jatim di Surabaya, Jumat.

Salah satu contoh pelaksanaan Pilkada dengan calon tunggal adalah Pilkada di Kabupaten Blitar pada 2015, yakni berdasarkan data KPU Jatim, saat itu hanya ada 534.751 orang dari jumlah keseluruhan sebanyak 964.928 orang yang masuk dalam daftar pemilih tetap.

Fakta tersebut, kata dia, berarti total pemilih di Pilkada setempat prosentasenya sekitar 56,5 persen, yang terbilang sedikit jika dibandingkan dengan Pemilihan Presiden 2014 dengan capaian hingga 75,9 persen pemilih.

Menurut dia, terdapat beberapa hal yang cukup berpengaruh terkait hal itu, salah satunya tidak terlalu optimalnya kinerja partai politik pengusung maupun pendukung untuk memenangkan calonnya.

"Mayoritas memiliki prinsip tanpa kerja keras, calon yang mereka dukung akan menang," ucap mantan Ketua KPU Kota Surabaya tersebut.

Selain itu, dinamika yang terjadi di masyarakat pun terbilang rendah, sebab tidak adanya alternatif calon lainnya membuat masyarakat enggan memberikan suaranya.

Karena itulah, lanjut dia, kedepannya diharapkan permasalahan ini bisa diatasi dengan diperpanjangnya waktu sosialisasi, serta kesadaran calon untuk menggerakkan tim sukses masing-masing agar lebih optimal dalam mengerahkan pemilih.

"Tentu ini sebuah persoalan yang harus diselesaikan, caranya dengan sosialisasi agar tim bekerja keras dan mengajak masyarakat memilih," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016