Shanghai, (Antara) -Isu sengketa maritim di Laut China Selatan  (LCS) dan Laut China Timur (LCT), situasi di Semenanjung Korea serta aksi teror di Eropa diperkirakan menjadi bahasan tidak resmi di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 G20 di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, 4-5 September 2016.

Sebelumnya Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Li Baodong menegaskan Tiongkok menolak memasukkan beragam isu tersebut dalam pertemuan puncak negara G20 di Hangzhou.

"KTT Hangzhou harus fokus pada isu-isu ekonomi. Ini adalah hal sangat penting yang ingin dibahas dalam forum G20," kata Li Baodong .

Meski Tiongkok telah memperingatkan semua pihak untuk tidak memasukkan isu keamanan dalam pelaksanaan KTT ke-11 G20, Tiongkok tidak dapat menolak jika beragam isu tersebut menjadi topik utama dalam setiap pertemuan bilateral Presiden Xi Jinping dengan mitranya para pemimpin negara G20 lainnya.

Presiden Joko Widodo yang dijadwalkan tiba pada Jumat (2/9) siang, menjadi pemimpin negara G20 pertama yang diterima serta mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Xi Jinping.

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan selain membahas hubungan serta kerja sama kedua negara, tidak menutup kemungkinan pertemuan bilateral tersebut membahas perkembangan di LCS, khususnya di Natuna.

Hal senada diungkapkan Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Soegeng Rahardjo yang mengatakan,dalam pertemuan bilateral biasa dibahas hubungan dan kerja sama kedua negara, tentang isu yang lebih spesifik akan muncul selama jalannya pertemuan.

Pengamat hubungan luar negeri Universitas Renmin Tiongkok, Shi Yinhong mengatakan sengketa maritim di LCS sangat kompleks, melibatkan banyak kepentingan dan didominasi oleh konflik dan friksi.

"Hal tersebut menjadi tantangan berat bagi Beijing untuk menjadikan penyelenggaraan KTT ke-11 G20 berjalan mulus tanpa gesekan,"  ujarnya.

Tiongkok sudah kerap menentang pembahasan sengketa maritim di forum multilateral. Sebelumnya Tiongkok geram karena forum pertemuan puncak negara-negara industri maju (G7) di Tokyo, Jepang, pada Mei silam membuat deklarasi bersama terkait LCS.

Beijing bereaksi terhadap pertemuan puncak di Jepang dengan memanggil duta besar dari tujuh negara anggota G7, termasuk Perancis dan Inggris lantaran kedua negara membuat deklarasi bersama ihwal LCS.

Menjelang pertemuan puncak ke-11 negara-negara kelompok 20, Tiongkok mendesak Jepang memainkan peran yang "konstruktif. Menurut Beijing, Jepang dituding sebagai aktor yang hendak mengintervensi masalah di Laut China Selatan.

Di Laut China Selatan, Tiongkok berseteru masalah teritorial dengan Filipina, Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan, sedangkan di Laut China Timur, Tiongkok bersitegang dengan Jepang dan Korea Selatan.

Seorang diplomat senior yang enggan disebutkan namanya, mengatakan meski Tiongkok menolak untuk membahas masalah sengketa, dalam forum KTT-11 G20, hal tersebut  tidak dapat dihindari saat pertemuan bilateral antara Presiden Xi Jinping dengan mitranya, yakni para pemimpin negara G20 lannya seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, Eropa dan lainnya.

Selain sengketa maritim, terorisme menjadi salah satu topik yang akan menjadi bahasan di sela-sela KTT G20 Hangzhou. Beberapa pengamat, mengingatkan  sebelum KTT ke-10 di Antalya, Turki, terjadi serangan bom di Perancis.

Serangan teror kembali terjadi di Eropa, yakni di Brussel, Belgia dan terakhir di Turki pada Juni 2016. Serangan bom oleh tiga pria bersenjata anggota ISIS di dekat area terminal kedatangan internasional  Bandara Atatürk Havaliman¿, Istanbul, Selasa (28/6), menewaskan 41 orang dan melukai 239 lainnya.
Selaku tuan rumah, Tiongkok sebelumnya meminta negara-negara yang berpartisipasi memberikan daftar kelompok teror dan terduga teroris.

Tiongkok khawatir KTT ke-11 G20 di Hangzhou yang dihadiri sejumlah pemimpin negara besar itu, akan menjadi sasaran teroris.(*)

Pewarta: Rini Utami

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016