Bojonegoro (Antara Jatim) - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, mendesak dinas pertanian melakukan kajian pengaruh tanaman pertanian kalau memanfaatkan air yang tercampur semburan air bercampur lumpur di sejumlah lokasi di Kecamatan Gondang.

"Kami sudah mengirimkan hasil pemeriksaan laboratorium dari BLH Provinsi Jawa Timur terkait semburan air bercampur lumpur di Kecamatan Gondang, kepada dinas pertanian, beberapa waktu lalu," kata Kepala Bidang Kajian dan Laboratorium BLH Pemkab Bojonegoro Hari Susanto, di Bojonegoro, Senin.

Namun, lanjut dia, sampai sekarang ini dinas pertanian belum pernah melakukan kajian atau melakukan pemeriksaan air yang tercampur semburan di sejumlah lokasi di Kecamatan Gondang.

Bahkan, lanjut dia, dinas pertanian telah mengeluarkan pernyataan di media massa yang intinya air di lokasi semburan tidak membahayakan tanaman pertanian.

"Bagaimana bisa tidak berbahaya kalau hanya berdasarkan perkiraan tanpa melakukan uji kandungan air yang sudah bercampur dengan semburan," ujarnya.

Di dalam uji laboratorium, menurut dia, ada delapan parameter yang diuji antara lain, kandungan Hidrogen Sulfida (H2S), "chemical oxygen demand" (COD), "biological oxygen demand" (BOD), "total suspended solid (TSS), Fe, dan Cu.

Air yang keluar dari semburan di Krondonan dan Jari, lanjut dia, semuanya mengandung Fe (besi) dan Mangan (Mn) yang berbahaya bagi tanaman.

"Pengaruh air yang tercemar Fe dan Manggan akan menghambat pertumbuhan tanaman," tuturnya.

Hal senada disampaikan Kasi Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kecamatan Gondang, Bojonegoro Sony yang menyebutkan petani di daerahnya tidak berani memanfaatkan air yang sudah tercampur dengan semburan untuk tanaman.

"Petani menunggu ada sosialisasi dari dinas pertanian terkait dampak air yang sudah tercampur dengan semburan air bercampur lumpur untuk tanaman pertanian," jelas dia.

Ia menyebutkan di sekitar lokasi semburan air bercampur lumpur di Desa Jari dan Krondonan, terdapat sawah baku 50 hektare lebih. Petani di sekitar lokasi semburan biasa menanam tanaman bawang merah pada musim kemarau.

"Sampai sekarang petani belum berani memanfaatkan air yang tercampur dengan semburan air bercampur lumpur," tandasnya.

Menurut dia, semburan air bercampur lumpur di sejumlah lokasi di Desa Krondonan dan jari, Kecamatan Gondang, sampai sekarang masih terus terjadi dan masuk ke sungai juga tampungan dengan debit berkisar 1-2 liter per detik.

"Selama ini sungai dan tampungan yang ada airnya biasa dimanfaatkan petani untuk mengairi tanaman bawang merah," jelas dia.

Meski tidak melakukan penelitian air di lokasi Kecamatan Gondang, pihak dinas pertanian menyatakan bahwa air di sekitar lokasi semburan tidak berbahaya kalau dimanfaatkan untuk tanaman pertanian.

"Saya kira airnya tidak berbahaya kalau dimanfaatkan untuk tanaman," ucap Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Bojonegoro Zaenal menegaskan. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016