Banyuwangi (Antara Jatim) – Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, melakukan kampanye "Jangan Asal Asin" untuk mengedukasi kepada masyarakat agar mengonsumsi garam beryodium dengan melibatkan tukang rongsokan atau pengumpul barang bekas.
     
Peluncuran kampanye "Jangan Asal Asin" tersebut ditandai dengan pemberangkatan armada Sepeda Garam oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyuwangi Ny Dani Azwar Anas di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Kamis.
     
Kampanye tersebut melibatkan 90 tukang rongsokan keliling sebagai Pasukan Sepeda Garam yang menjadi ujung tombak.
     
Para pasukan sepeda garam tersebut, sepeda motornya dilengkapi dengan keranjang yang dibranding dengan tulisan "Jangan Asal Asin". Mereka juga dibekali dengan satu bal garam dan botol berisi larutan penguji yodium. Mereka pun memakai seragam lengkap dan topi sebagai agen resmi promosi garam beryodium.
     
"Ini adalah edukai kepada masyarakat, agar mempunyai kesadaran saat mengonsumsi garam, jangan yang penting rasanya asin, tapi juga harus tahu ada atau tidaknya kandungan yodium di dalamnya. Karena garam beryodium ini sangat penting bagi kesehatan dan kecerdasan, khususnya bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan," kata Dani Azwar Anas.
     
Dani mengatakan dipilihnya para tukang rongsokan sebagai agen promosi kampanye Jangan Asal Asin karena mereka memiliki jangkauan yang luas hingga ke desa-desa dan melakukan interaksi langsung dengan masyarakat.
     
Dalam bekerja, kata dia, selama ini mereka mengumpulkan barang bekas dari masyarakat, lalu menukarnya dengan salah satunya dengan garam krosokan (garam kasar). Namun, seringkali garam yang jadi bahan penukarnya itu tidak beryodium.
     
Para tukang rongsokan ini biasa menukarkan barang bekas dengan garam, dan garam yang ditukarkan itu ada yang beryodium dan ada yang tidak. Dengan program ini mereka dibekali pengetahuan dengan pentingnya garam beryodium sehingga tidak lagi membawa garam yang tidak beryodium. Nantinya, sambil bekerja mereka ini akan menyosialisasikan pentingnya garam beryodium ke pelanggan mereka," ujar Dani.
     
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Banyuwangi dr Wiji Lestariono menambahkan program itu juga diluncurkan sebagai antisipasi dari adanya produk garam palsu di masyarakat. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama Dinkes Pemkab Banyuwangi ditemukan 70 persen produk garam palsu yang beredar di pasaran.
     
Ia menjelaskan bahwa garam palsu itu berlabel mengandung yodium, tapi sebenarnya tidak. Garam palsu ditemukan dibeberapa wilayah di Banyuwangi, misalnya di Kecamatan Licin, Glagah dan Kalipuro.
     
"Dengan kampanye ini kami ingin masyarakat lebih berhati-hati saat membeli garam," kata dr. Rio, sapaan akrabnya.
     
Yodium sendiri, kata dia, memiliki banyak manfaat bagi tubuh untuk mencegah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Dengan tanda-tanda seperti adanya pembesaran kelenjar gondok, terhambatnya pertumbuhan (pendek atau cebol), gangguan perkembangan mental hingga menyebabkan keguguran dan kematian bayi dalam kandungan.
     
Sebagai ujung tombak Kampanye Jangan Asal Asin ini, lanjut dr. Rio, Dinas Kesehatan menggandeng tukang rosokan keliling sebanyak 90 orang. Mereka akan membagikan garam beryodium sekaligus memberikan informasi kepada setiap warga yang ditemuinya agar berhati-hati dalam membeli dan mengonsumsi garam.
     
Selain itu keranjang yang biasanya mereka bawa untuk mengangkut barang-barang bekas dibranding dengan aneka tulisan kampanye jangan asal asin.
     
"Para tukang rongsokan ini sudah kami edukasi beberapa waktu lalu tentang garam beryodium, mulai dari efek negatif jika mengonsumsi garam tidak beryodium hingga manfaat garam beryodium. Dalam aksinya nanti mereka juga kami lengkapi dengan brosur seputar informasi tersebut," kata dr. Rio. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016