Tulungagung (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Tulungagung mengajukan usulan lokasi/lahan untuk pembangunan bandara perintis untuk komersial di wilayah Jawa Timur bagian selatan.
    
"Kami sudah tindaklanjuti dengan membuat surat kepada Gubernur maupun Kementrian Perhubungan untuk dilihat dan disurvei apakah memungkinkan atau tidak jika Tulungagung ini dibangun bandara," kata Bupati Tulungagung Sahri Mulyo di Tulungagung, Rabu.
    
Dalam surat pengajuan atau usulan tersebut, kata Sahri,yang ditawarkan sebagai calon lahan bandara ada di wilayah Kabupaten Tulungagung bagian timur.
    
Perubahan calon lahan yang diusulkan itu, menurut Sahri, sengaja direvisi dari sebelumnya diwacanakan di wilayah Kecamatan Campurdarat, dengan alasan menghindari area yang berbukit.
    
"Daerah Campurdarat dan Pakel itu terlalu riskan karena terlalu banyak gunung. Sementara 'run-way' pesawat itu di Indonesia, khususnya Jawa kan selalu mengarah timur-barat," kata Sahri.
    
Kontur wilayah itu pula yang membuat tim teknis dan perencanaan Pemkab Tulungagung akhirnya memilih mengusulkan daerah timur sebagai alternatif pembangunan bandar udara atau bandara.
    
"Ini di Campurdarat kalau 'run-way' begitu di timur terbentur gunung, terlalu bahaya," ujarnya.
    
Namun, Sahri menegaskan keputusan akhir ada di tangan tim perencanaan dan teknis Kementrian Perhubungan.
    
Apakah akhirnya dipilih sesuai usulan Pemkab Tulungagung atau kembali ke wacana pertama di wilayah Campurdarat-Pakel, Sahri mengatakan prerogatif keputusan diserahkan ke Kemenhub.
    
"Apakah yang dipilih di wilayah timur atau selatan Tulungagung, itu kewenangan kementrian terkait. Tapi kami cukup optimistis pilihan lokasi (bandara) nanti akhirnya jatuh di wilayah Tulungagung karena lokasinya yang paling strategis dan berada di segitiga wilayah eks-Karesidenan Mataraman," ujarnya.
    
Sahri mengatakan, beberapa daerah lain seperti Trenggalek, Ponorogo dan Pacitan tidak akan menjadi pertimbangan lokasi bandara oleh Kementrian Perhubungan, karena faktor geografinya yang bergunung.
    
Sementara Blitar dan Kediri, menurut Sahri pasti akan dikesampingkan tim Kemenhub karena faktor Gunung Kelud.
    
"Madiun atau Magetan mungkin bisa, tapi itu kan bergantung keputusan lembaga terkait di pusat karena kalau di Maospati, misalnya, sinerginya dengan lapangan udara militer," ujarnya.
    
Sebelumnya Menteri Perhubungan Ignasius Jonan (sebelum perombakan kabinet) mengumumkan rencana pembangunan bandara baru di Jawa Timur.
    
Rencananya, bandara tersebut akan diselesaikan dalam dua tahun pembangunan dengan anggaran Rp700 miliar dari APBN.
    
Pembangunan tersebut merupakan tindak lanjut atas penyampaian surat pernyataan bersama delapan kepala daerah kepada Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan (kala itu) saat berkunjung di Ponorogo bulan Ramadhan lalu. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016