Jember (Antara Jatim) - Salah seorang petani tebu asal Kabupaten Jember, Marzuki Abdul Gafur mengatakan para petani belum mendapatkan keuntungan saat harga gula di pasaran tinggi mencapai Rp17.000 per kilogram di pasaran.

"Saat harga gula tinggi di bulan Ramadhan dan Lebaran 2016 lalu, petani masih panen, sehingga yang menikmati tingginya harga tersebut bukan petani, namun pengusaha," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.

Saat ini, lanjut dia, harga lelang gula di Jember periode 2016 berkisar Rp13.000 hingga Rp14.000 per kilogram, namun dengan harga lelang tersebut petani juga belum mendapatkan keuntungan.

"Harga lelang gula tinggi, namun tingkat kadar gula dalam tebu (rendemen) rendah di kisaran 6 persen menyebabkan pendapatan petani hanya mengimbangi biaya produksi saja atau sesuai dengan 'break even point' (BEP)," katanya.

Menurut dia,  petani berharap rendemen sebesar 7 hingga 7,5 persen dengan harga lelang seperti sekarang, sehingga petani bisa mendapatkan keuntungan yang layak pada tahun 2016.

"Kondisi semacam ini akan membuat ketimpangan, di satu sisi petani tidak untung dan di sisi lain harga gula di tingkat konsumen masih tinggi di kisaran Rp16.000 hingga Rp17.000 per kilogram," ucap Ketua Koperasi Mitra Usaha itu.

Ia mencontohkan kondisi ideal untuk petani yakni rendemen 8,5 persen dengan harga lelang gula berkisar Rp10.000 hingga Rp11.000 per kilogram, sedangkan harga gula bisa terjangkau oleh konsumen yakni berkisar Rp12.000 hingga Rp13.000 per kilogram.

"Rendahnya rendemen diakibatkan curah hujan yang masih tinggi pada Juli 2016 dan biaya produksi yang dikeluarkan semakin tinggi, mulai dari biaya tenaga kerja hingga biaya angkutan. Sekarang biaya yang kami keluarkan sekitar Rp45 juta per hektare," ujarnya.

Sementara Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indnesia (APTRI) Arum Sabil mengatakan harga gula kristal putih yang berkisar Rp15.000 hingga Rp18.000 per kilogram masih dalam kategori wajar.

"Dalam satu bulan, rata-rata konsumsi satu orang untuk gula pasir hanya satu kilogram, yang berarti setiap orang mengeluarkan uang sebesar Rp500 per sehari dan nilai tersebut tidak mahal dibandingkan dengan bahan pokok lainnya," tuturnya.

Ia menilai wacana yang tengah terbangun di masyarakat terkait harga gula yang dianggap sangat tinggi tersebut merupakan sebuah desain yang dibuat oleh pihak-pihak tertentu yang menginginkan adanya impor gula secara berlebihan, sehingga menyebabkan petani tebu semakin terpuruk.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016