Tulungagung (Antara Jatim) - Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur berhasil meraih penghargaan Adipura Paripurna dari Kementerian Lingkungan Hidup berkat pengembangan tata kota bersih serta pengelolaan sampah menjadi gas metan yang bisa dimanfaatkan ratusan rumah tangga.
    
"Ini merupakan penghargaan tertinggi di bidang pengelolaan lingkungan berkelanjutan, dan Tulungagung terpilih menjadi salah satu yang terbaik itu," kata Bupati Tulungagung Sahri Mulyo di Tulungagung, Senin.
    
Ia menjelaskan, ada tiga kategori penghargaan Adipura yang diberikan pemerintah melalui Kementrian Lingkungan, yakni Adipura Buana, Adipura Kirana, dan Adipura Paripurna.
    
Adipura Buana adalah penghargaan adipura untuk kota atau ibukota kabupaten yang layak huni (livable city) sementara Adipura Kirana yaitu penghargaan adipura untuk kota atau ibukota kabupaten yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan, pariwisata, dan investasi berbasis pengelolaan lingkungan hidup.
    
"Adipura Paripurna yaitu penghargaan tertinggi terhadap kota atau ibukota kabupaten yang telah mampu memberikan kinerja terbaik untuk kedua kategori Adipura Buana dan Adipura Kirana tadi," katanya menjelaskan.
    
Bupati mengakui, sebenarnya tidak mudah untuk memperoleh Adipura Paripurna tersebut.
    
Pasalnya, kata dia, seluruh aspek di wilayah kabupaten seperti pusat kota dan daerah pelosok tidak luput dari penilaian dewan adipura yang acapkali melakukan tinjauan lapangan secara dadakan dan bahkan terkadang tanpa pemberitahuan.
    
"(Capaian) Ini sulit dilakukan tanpa adanya kesadaran berbagai pihak untuk menjaga pola hidup bersih," ujarnya.
    
Dari penilaian beberapa aspek itu, lanjut Sahri, yang paling memukau dewan adipura adalah pengelolaan sampah, terutama di tempat pembuangan akhir (TPA) Segawe.
    
Di TPA Segawe itu, kata dia, terdapat pengelolaan sampah menjadi gas metana yang dialirkan ke 217 rumah penduduk di Dusun Soko, Desa Segawe, Kecamatan Pagerwojo sebagai bahan bakar kompor gas.
    
Dengan penggunaan gas metana tersebut, papar Sahri, rata-rata nilai ekonomis yang dihasilkan sebesar Rp11,067 juta setiap bulan dengan asumsi sebulan tiap rumah menggunakan tiga buah elpiji ukuran tiga kilogram yang saat ini dihargai Rp17 ribu per tabung.
    
"Selain pengelolaan sampah di TPA Segawe, juga ada pengelolaan sampah yang bisa didaur-ulang dan dibuat kompos di beberapa bank sampah, sehingga bisa mengurangi volume sampah," paparnya.
    
Nilai lebih lain yang menjadi keunggulan Tulungagung dalam meraih penghargaan Adipura Paripurna menurut Sahri adalah keberhasilan program pelestarian lingkungan, mulai dari pengelolaan sumberdaya alam, penertiban penambang pasir mekanik, hingga pembangunan ruang terbuka hijau (RTH).
    
Untuk RTH dilakukan pengelolaan taman dan hutan kota, pelestarian sungai seperti pengendalian pencemaran sungai, pelestarian ekosimtem laut, seperti penyelamatan terumbu karang, pelestarian satwa seperti pelepasan tukik.
    
"Ini semua tentu melibatkan  peran masyarakat dan dunia usaha melalui  "corporate social responsibility" (CSR) perusahaan di Tulungagung," ujarnya.      

Sahri berjanji untuk terus berupaya mempertahankan anugerah Adipura Paripurna dengan terus mengimbau masyarakat agar terus memelihara pola hidup bersih dengan tidak membuang sampah di sungai.
    
"Sebab dengan hidup bersih kita bisa terhindar dari penyakit. Selain itu kami akan terus tingkatkan pengelolaan sampah dengan menggandeng pengepul sampah untuk membentuk bank sampah," kata Sahri.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016