Pamekasan (Antara Jatim) - Dinas Pertanian Pamekasan, Jawa Timur,  mengajari para petani di wilayah itu membuat pupuk organik bokashi dengan memanfaatkan kotoran ternak, sampah organik atau sampah dapur.

"Teknik pembuatan pupuk bokashi ini penting bagi petani, akan mereka bisa memanfaatkan potensi di sekitarnya, sehingga tidak kesulitan untuk mendapatkan pupuk, saat musim tanam berlangsung," kata Mantri Tani Dinas Pertanian Pamekasan Sutarsih di Pamekasan, Sabtu.

Kursus pembuatan pupuk organik bokashi ini serentak di 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan.

Salah satunya, seperti yang digelar Kelompok Tani Margo Santoso di Desa Pegantenan, Pamekasan.

Di kelompok tani ini, Mantri Tani dari Dinas Pertanian Pamekasan membimbing teknik pembuatan pupuk organik bokashi, mulai dari bahan yang disediakan hingga proses pembuatan sampai tuntas.

Sutarsih menjelaskan, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. 

Teknologi tersebut, katanya, dituntut ramah lingkungan dan bisa memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian.

"Penggunaan pupuk bokashi merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini," katanya, menjelaskan. 

 Menurut dia, pupuk bokashi adalah pupuk organik yang terbuat dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah organik, dan lain sebagainya.

Hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 (larutan dekomposer) yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, kata dia, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat.

Selain itu pembuatan pupuk bokashi tidak membutuhkan biaya mahal, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman.

Dalam kesempatan itu, Mantri Tani Sutarsih meminta petani menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan. Masing-masing pupuk kandang kotoran ternak sebanyak 60 sak, Sekam/dedak/ serbuk Gergaji  sebanyak 10 sak, bakatul/dedak padi sebanyak 50 kilogram, Em4 sebanyak 1 liter, molases/tetes tebu/gula pasir sebanyak 1 kilogram dan 500 liter air sumur.
    
Proses Pembuatan
 Setelah semua bahan terkumpul, proses pembuatan dimulai, yakni dengan melarutkan EM-4 dan gula ke dalam air.

Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata, dan selanjutnya EM-4 disirampakan secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 persen.

Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (megar), adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm. Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari.

"Pertahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik dan kemudian tutup kembali," terang Sutarsih.

Kepada para petani itu, Sutarsih mengingatkan, agar suhu tetap stabil. Sebab suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.

"Pengecekan suhu ini sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali, dan setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik," terang Sutarsih.

Kepala Dinas Pertanian Pamekasan Isye Windarti menjelaskan, jika para petani di Pamekasan semuanya membuat pupuk bokashi, maka kedepan tidak akan kesulitan untuk mendapatkan pupuk.

"Sebab kuota pupuk bersubsidi kita disini, terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan petani. Makanya, jika para petani bisa membuat pupuk sendiri, tentu akan sangat membantu," katanya, menegaskan.

Data di Dinas Pertanian Pamekasan menyebutkan, kuota pupuk bersubsidi sebanyak 47.984 ton.

Rinciannya, pupuk jenis urea sebanyak 26.182 ton, SP-36 sebanyak 6.121 ton, ZA sebanyak 7.464 ton, pupuk NPK sebanyak 4.101 ton, dan pupuk pupuk organik bersubsidi sebanyak 4.116 ton.

Jumlah kuota ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan petani selama musim tanam dalam setahun, sehingga pemkab setempat terpaksa mengusulkan kembali jatah tambahan setiap pertengahan tahun.

"Jika petani kita telah mandiri, nantinya kita kan tidak perlu lagi mengusulkan jatah kuota pupuk tambahan, apalagi biayanya lebih murah dengan kualitas yang tidak kalah dari pupuk pabrikan," kata Isye Windarti menjelaskan. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016