Malang, (Antara Jatim) - Sebanyak sembilan kelompok tani atau Poktan di Kota Malang, Jawa Timur mendapatkan bantuan peralatan pertanian masing-masing dua pompa air, lima traktor tangan dan dua unit alat penanam padi (rice transplanter), Senin.

Bantuan peralatan pertanian tersebut diserahkan Wali Kota Malang Moch Anton di sela apel pagi di halaman Balai Kota Malang.

"Bantuan alat pertanian ini diharapkan petani bisa lebih produktif dalam memproduksi hasil pertanian mereka. Kondisi itu sesuai dengan program dan visi besar pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan. Bantuan alat pertanian ini sangat penting agar para petani bisa menjaga produktivitas mereka," kata Anton.

Anton mengimbau agar Poktan penerima bantuan menggunakan alat itu dengan baik dan tidak menyalahgunakannya, karena pemerintah akan mengambil tindakan tegas jika ada poktan kedapatan melakukan penyelewengan alat bantuan tersebut.

Dalam waktu dekat ini Pemkot Malang, akan kembali memberikan bantuan serupa kepada Poktan agar produktivitas atau hasil pertanian mereka bisa meningkat dengan baik. "Harapan kami, meski lahan pertanian di Kota Malang tidak begitu luas, produktivitasnya tetap tinggi," urainya.

Sementara itu, Data Dinas Pertanian Kota Malang menyebutkan lahan pertanian saat ini seluas 865 hektare. Meski tidak luas, produktivitasnya nomor dua terbesar  di Jawa Timur untuk gabah kering. "Meskipun lahan kita kecil, manajemen pertanian kita sudah sangat bagus sehingga mampu menghasilkan panen yang optimal," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Malang Hadi Santoso.

Luas lahan pertanian di Kota Malang, dari tahun ke tahun terus berkurang karena dialihfungsikan. Selain itu, sejumlah petani padi berpindah ke usaha lain, misalnya menjadi pengolah hasil pertanian. Lahan pertanian, khususnya sawah padi berkurang akibat petani beralih profesi dan menjual sawah ke orang yang kemudian mendirikan pabrik atau perumahan.

Luas sawah yang ditanami padi pada 2015 mencapai 942 hektare (ha) atau hampir 50 persen dari luasan baku sawah yang mencapai 1.912 hektare. Namun, pada awal 2016 luasan baku sawah yang ditanami padi berkurang kembali dan hanya tinggal 926 hektare. Dan, saat ini hanya tinggal 865 hektare.

"Pengurangan jumlah petani padi terbanyak karena mereka memilih beralih profesi. Setelah menjual lahan, mereka bekerja sebagai pengolah hasil pertanian. Pendapatan dari pekerjaan baru dinilai lebih tinggi ketimbang saat menjadi petani," tutur Hadi Santoso.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016