Udara dingin menyeruak masuk ke dalam paru-paru. Berada di bawah kaki Gunung Penanggungan membuat suasana pegunungan semakin terasa. Pagi itu, akhir bulan Mei 2016, cuara sangat cerah. Langit biru menaungi hamparan bukit di Trawas Mojokerto.

Waktu yang sangat cocok untuk menyalurkan hobi pecinta alam. Menuruni bukit dengan menggunakan seutas tali atau yang lebih dikenal dengan "rapling" merupakan salah satu pilihan yang bisa dilakukan.

Ya di Desa Penanggungan, Trawas ini, hobi itu bisa disalurkan dengan nyaman karena tak jauh di sisi barat desa terdapat air terjun alami yang sangat mendukung untuk melakukan aktivitas alam ini.

Warga menyebutnya sebagai coban, belum ada embel-embel yang lain karena masih belum dikembangkan dengan maksimal oleh warga setempat.

Dengan memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan kemiringan 90 derajat membuat daya tarik tersendiri dari air terjun yang ada di desa ini.

"Awalnya tidak ada yang menggunakan untuk beraktivitas ekstrem seperti rapling di air terjun ini. Sejak ditemukan beberapa tahun lalu masih ada empat kelompok saja yang mencoba olahraga alam ini," kata T Ilham salah satu pemandu olahraga "rapling" dari UTC saat mendampingi rombongan jurnalis dari Surabaya, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, suasana yang masih alami ditunjang dengan lokasinya yang menarik membuat tempat ini semakin dikenal oleh masyarakat luas.

"Rata-rata yang mengikuti rapling di tempat ini mengaku puas, karena tantangan di dinding tebingnya yang cukup menantang. Dinding tebing bukan buatan sehingga masih banyak lumut yang membuat pengguna rapling ini semakin tertantang," tuturnya.

Beny Hermawan salah satu peserta rapling mengaku puas dengan kegiatan ini karena merupakan kali pertama berayun dengan menggunakan seutas tali di atas ketinggian 30 meter.

"Belum lagi adanya cipratan air terjun membuat kesan tersendiri saat menuruni tebing," ucapnya.

Ia mengatakan, awalnya dirinya harus berpacu dengan diri sendiri dengan ketinggian air terjun. Akan tetapi, rasa itu langsung hilang tatkala baru beberapa meter mulai menuruni sisi tebing.

"Harus berani, karena alat yang digunakan ini sudah sesuai dengan standar yang sudah ada. Jadi tidak perlu khawatir, dinikmati saja," imbuhnya.

Dian K salah satu instruktur yang lainnya menyebutkan kalau peralatan yang digunakan untuk rapling ini sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

"Tidak perlu khawatir, kekuatan dari tali ini sampai dengan dua ton sehingga orang dengan beban sekitar seratus kilogram masih mampu untuk bermain rapling ini," ujarnya.

Ia menjelaskan, rapling merupakan salah satu pilihan olah raga alam yang bisa dilakukan selain rafting atau juga "fliying fox" yang lebih dulu dikenal oleh masyarakat.

Keunggulannya di air terjun ini adalah kealamiannya karena masih belum terjamah oleh orang banyak sehingga menambah nilai plus.

Selain itu, lanjut dia, suasana kaki Gunung Penanggungan juga merupakan daya tarik tersendiri saat bermain rapling di air terjun ini.

Jalan Sawah 
Berbeda dengan wisata air terjun yang sudah mendapatkan sentuhan tangan. Di coban Penanggungan ini semuanya masih alami. Pengunjung yang sudah selesai bermain "rapling" harus kembali ke atas melalui areal persawahan yang ada di sisi kanan air terjun.

Belum ada jalan setepak yang dibuat oleh manusia untuk memudahkan naik ke atas air terjun seperti wisata air terjun pada umumnya.

"Mungkin kedepan akan dikembangkan lebih baik lagi, termasuk akses untuk masuk ke dalam lokasi air terjun ini supaya lebih bagus dan tidak ala kadarnya seperti sekarang ini," kata T Ilham salah satu pemandu olahraga rapling ini.

Farizal Tito salah satu peserta mengatakan rapling merupakan salah satu kegiatan olahraga yang cukup menegangkan karena harus berpacu adrenalin.

"Kalau ingin turun dengan cepat atau lambat tergantung saya sendiri mengatur kecepatan talinya seperti apa, berbeda dengan rafting yang hanya mengikuti arah perahu dan akhirnya sampai ke tempat tujuan," imbuhnya.

Ia mengatakan, butuh waktu beberapa menit sebelum akhirnya bisa menguatkan diri turun dengan menggunakan seutas tali dari atas air terjun ini.

"Meskipun tadi oleh pemandu sudah diberitahu kalau alat yang digunakan ini sudah aman, tetapi tetap saja rasanya di hati ini masih khawatir kalau akan terjadi apa-apa semisal jatuh atau yang lainnya," katanya.

Jadi bagaimana, mau mencoba suasana lain bermain adrenalin?(*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016