Surabaya, (Antara Jatim) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Jawa Timur mendorong sejumlah bank milik pemerintah untuk membuka agen ditingkat pedesaan, untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam menggunakan transaksi inklusi, yaitu transaksi keuangan melalui perbankan.
"Sebab salah satu penyebab rendahnya transaksi inklusi di masyarakat Indonesia dikarenakan lokasi perbankkan yang jauh dengan penduduk, khususnya di pedesaan," ucap Kepala Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Regional 4 Jatim Iwan N Moses, Selasa.
Iwan yang ditemui usai acara diskusi "Membedakan Investasi dengan Money Game" di salah satu rumah makan Surabaya mengatakan beberapa bank masih jarang membuka agennya ditingkat pedesaan, sementara masyarakat desa lebih banyak menyimpan uang secara tradisional.
"Ada yang menyimpan uangnya di bawah bantal, ada yang dilaci, sehingga hal ini membuat tingkat transaksi inklusi di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara Asia," katanya.
Meski demikian, OJK Regional 4 Jatim terus melakukan sosialisasi melalui pendidikan literasi keuangan kepada masyarakat, agar lebih sadar menyimpan dan melakukan transaksi keuangan dengan menggunakan bank.
"Tahun 2015, kita melakukan sosialisai kepada ibu-ibu rumah tangga di beberapa lokasi di Jatim, dan target tahun 2016 kita akan membidik pensiunan dan karyawan, serta calon pensiunan TNI AD," tuturnya.
Iwan berharap upaya yang dilakukan OJK setiap tahun dengan sosialisasi pendidikan literasi keuangan, membuat masyarakat dapat memahami transaksi produk keuangan yang legal salah satunya melalui perbankan.
"Memang beberapa masyarakat jangkauannya jauh, sehingga mau ke bank itu malas. Oleh karena itu bank perlu membuka agen agar bisa menerima setoran sekaligus memberikan penyaluran kredit," ucapnya.
Pembukaan agen bank di pedesaan itu, kata Iwan perlu adanya kerja sama berbagai pihak agar bisa mengatasi kesenjangan masyarakat desa yang tidak mempunyai jaringan.
Sebelumnya, pemerintah mendorong transaksi inklusi melalui perbankan sebab angka transaski inklusi di Indonesia terendah di Asia dan Afrika, yakni hanya 36 persen penduduk Indonesia yang mempunyai rekening bank.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Sebab salah satu penyebab rendahnya transaksi inklusi di masyarakat Indonesia dikarenakan lokasi perbankkan yang jauh dengan penduduk, khususnya di pedesaan," ucap Kepala Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Regional 4 Jatim Iwan N Moses, Selasa.
Iwan yang ditemui usai acara diskusi "Membedakan Investasi dengan Money Game" di salah satu rumah makan Surabaya mengatakan beberapa bank masih jarang membuka agennya ditingkat pedesaan, sementara masyarakat desa lebih banyak menyimpan uang secara tradisional.
"Ada yang menyimpan uangnya di bawah bantal, ada yang dilaci, sehingga hal ini membuat tingkat transaksi inklusi di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara Asia," katanya.
Meski demikian, OJK Regional 4 Jatim terus melakukan sosialisasi melalui pendidikan literasi keuangan kepada masyarakat, agar lebih sadar menyimpan dan melakukan transaksi keuangan dengan menggunakan bank.
"Tahun 2015, kita melakukan sosialisai kepada ibu-ibu rumah tangga di beberapa lokasi di Jatim, dan target tahun 2016 kita akan membidik pensiunan dan karyawan, serta calon pensiunan TNI AD," tuturnya.
Iwan berharap upaya yang dilakukan OJK setiap tahun dengan sosialisasi pendidikan literasi keuangan, membuat masyarakat dapat memahami transaksi produk keuangan yang legal salah satunya melalui perbankan.
"Memang beberapa masyarakat jangkauannya jauh, sehingga mau ke bank itu malas. Oleh karena itu bank perlu membuka agen agar bisa menerima setoran sekaligus memberikan penyaluran kredit," ucapnya.
Pembukaan agen bank di pedesaan itu, kata Iwan perlu adanya kerja sama berbagai pihak agar bisa mengatasi kesenjangan masyarakat desa yang tidak mempunyai jaringan.
Sebelumnya, pemerintah mendorong transaksi inklusi melalui perbankan sebab angka transaski inklusi di Indonesia terendah di Asia dan Afrika, yakni hanya 36 persen penduduk Indonesia yang mempunyai rekening bank.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016