Malang (Antara Jatim) - Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mulai merintis sekaligus merancang desain untuk meregenerasi bidang pertanian agar tidak sampai terjadi "lost generation".

"Sekarang kita harus memulai untuk merintis dan mendesain, serta membangun generasi muda petani yang berbudaya. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir ini rumah tangga pertanian cenderung menurun," kata Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian Pending Dadih Permana ketika membuka "Training Master of Trainers" (TMOT) Penumbuhan Kewirausahawan Muda Pertanian  di Malang, Jawa Timur, Senin malam.

Berdasarkan data Sensus 2003, jumlah rumah tangga pertanian di Indonesia mencapai 31,6 juta rumah tangga, namun pada Sensus 2013, menurun sekitar 5 juta rumah tangga, sehingga hanya tersisa sekitar 26,2 juta rumah tangga pertanian. Dalam kurun waktu 10 tahun sudah jutaan rumah tangga pertanian yag beralih profesi.

Ia mengaku gejala tersebut menunjukkan adanya ciri-ciri sebuah negara menuju industrialisasi. "Kalau jumlah rumah tangga pertanian kita semakin lama semakin menurun dan beralih ke bidang industri, bagaimana kondisi pertanian kita. Apalagi, sekarang kondisi petani kita rata-rata telah berusia di atas kepala 4 , bahkan kepala 5," urainya.

Oleh karena itu, lanjutnya, program regerasi pertanian harus segera dilakukan dan didesain secara masif. Sebenarnya, lulusan bidang pertanian dari perguruan tinggi cukup banyak, tetapi mereka tidak mau terjun di bidang pertanian. Hanya sekitar 18 sampai 21 persen dari lulusan pertanian itu yang mau menggeluti dunia pertanian.

Menurut dia, merancang regenarsi pertanian, bukan hanya menggantikan posisi petani yang sudah berumur saja, tetapi bagaimana menciptakan enterpreneur muda di bidang pertanian. Potensi pertanian di Indonesia, khususnya pangan sangat besar. Oleh karenanya, jangan sampai potensi besar ini terabaikan karena tidak adanya generasi yang melanjutkan bidang pertanian.

Ke depan, kata Dadih, yang bakal diperebutkan dunia adalah sumber pangan. Dan, Indonesia sebagai negara tropis menjadi salah satu sumber pangan dunia. "Kalau sumber daya alam ini tidak ada yang mengelola karena petaninya sudah tidak ada, kita akan kalah dengan negara-negara yang berburu pangan ke negeri kita," ucapnya.

Ia mengakui tantangan terberat bidang pertanian saat ini adalah menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian. Untuk membangkikan kembali minat generasi muda tersebut, harus ada strategi, yakni mengubah kesan bahwa sektor pertanian bukan hanya budi daya tanaman di sawah, melainkan agribisnis dari subsistem hulu sampai hilir. Sistem ini memberikan peluang usaha dan kerja yang cukup luas.

Startegi lainnya adalah menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan kewirausahaan muda pertanian (agripreneur) handal. "Dan, yang terpenting tiudak sampai terjadi lost generation sektor pertanian," kata Dadih.

Menyinggung keberadaan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dalam meningkatkan pengetahuan dan kualitas petani, Dadih mengatakan cukup berperan. "Keberadaan PPL ini juga diharapkan mampu mengajak generasi muda di wilayah kerja masing-masing untuk terjun di sektor pertanian," ucapnya.

Selain meningkatkan kualitas petani dengan berbagai pelatihan di dalam negeri, para petani di seluruh Tanah Air juga diberikan kesempatan magang di luar negeri, seperti ke Jepang."Sekarang ada 25 petani yang magang di Jepang selama 6-9 bulan. Alumni petani yang telah magang di Jepang mencapai 1.200 orang dan tersebardi seluruh wilayah Tanah Air," katanya.

Semenatra itu TOMT yang diselenggarakan BPPSDMP Kementerian Pertanian itu berlangsung mulai 23 hingga 25 Mei 2016 dan diikuti 55 orang peserta dari berbagai kalangan, yakni perguruan tinggi mitra, pelaku usaha pertanian dan para petani dari seluruh Indonesia.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016