Surabaya (Antara Jatim) - USAID-PRIORITAS (USAID untuk praktik pembelajaran yang baik) mendidik 95 dosen dari 16 kampus pencetak guru atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) tentang pembelajaran aktif, keterampilan informasi, dan literasi.

"Selayaknya pelatihan yang dihadiri para dosen itu menjadi momentum refleksi bagi para dosen, apakah selama ini sudah melaksanakan pembelajaran yang baik sehingga menghasilkan calon guru yang baik pula," kata Rektor Unesa Prof Dr Warsono MS di sela Lokakarya Nasional 'Sosialisasi Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Kelas Awal SD/MI dan SMP/MTs: Bahan Rujukan Bagi LPTK' di Surabaya, Kamis.

Menurut dia, kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. "Guru yang baik itu diproduksi oleh LPTK yang baik pula dari cara mengajarnya. Saya sudah mengikuti perkembangan program USAID-PRIORITAS yang memberikan banyak manfaat bagi LPTK. Lokakarya ini menjadi kesempatan yang bagus bagi para dosen untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman sekaligus menjadi bahan refleksi," katanya.

Dalam kegiatan yang digelar USAID-PRIORITAS pada 26-28 April 2016 itu, peserta menerima beragam materi yang dibagi dalam enam kelas, yakni kelas awal untuk dosen PGSD dan PGMI, serta materi untuk SMP/MTs bagi dosen yang mengajar di jurusan IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPS.

Selain itu, para dosen yang menjadi peserta lokakarya juga wajib melakukan kegiatan praktik mengajar di kampus. Praktik mengajar di kampus dipusatkan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Kampus Ketintang dan Lidah Wetan serta Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.

Dalam kesempatan itu, Guru Besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Ani Rusilowati MPd yang melakukan praktik mengajar kepada mahasiswa semester VI di Jurusan IPA Unesa memberikan pengajaran dengan tema "Cara Bijak Menggunakan Deterjen" dengan mengajak mahasiswa melakukan penelitian sederhana dengan air bersih, air kotor, dan deterjen.

"Mereka juga diberi bahan bacaan untuk memperkaya laporannya. Kesan yang saya dapatkan selama mengajar, mahasiswa itu belum terbiasa melaksanakan keterampilan informasi dengan memperkaya hasil laporannya melalui bacaan yang ada, karena itu mereka tidak mengerti kalau deterjen terlalu banyak justru kotor dan merusak kain," katanya.

Lain halnya dengan pengalaman Drs Asep Syarif Hidayat MSi yang merupakan dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia melakukan praktik mengajar Matematika di Fakultas Tarbiyah UINSA.

Saat praktik itu, ia meminta mahasiswa untuk mengukur tinggi menara Masjid UINSA tanpa harus naik ke atas masjid. Siswa dengan antusias berhasil menemukan bagaimana caranya.

Menurut Koordinator Ahli Pengembangan LPTK dan Pemangku Kepentingan USAID-PRIORITAS, Ajar Budi Kuncoro, lokakarya selama tiga hari itu bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada para dosen terkait materi pembelajaran yang digunakan di sekolah.  

"Dengan demikian ,para dosen bisa membekali para mahasiswanya yang calon guru untuk siap terjun langsung sebagai guru yang profesional. Kami berharap para dosen bisa mengintegrasikan materi-materi untuk kelas awal yang diberikan dalam lokakarya untuk implementasi dalam perkuliahan di kampus," katanya.

Materi untuk kelas awal berkaitan dengan strategi pembelajaran membaca berjenjang, sedangkan untuk materi SMP meliputi kaji ulang implementasi dari pelatihan sebelumnya (modul 1 dan modul 2), Penilaian Autentik, Matematika dalam kehidupan sehari-hari, Ketrampilan Informasi dalam Pembelajaran (Bahasa Indonesia, IPS, dan IPA), Membaca ekstensif dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Sementara itu, Konsultan USAID-PRIORITAS untuk LPTK, Prof Muchlas Samani, mengatakan dosen yang baik itu dosen yang membuat anak didiknya menjadi pandai, bukan hanya sekadar mengajar semata.

"Jangan hanya memberi materi pengajaran tapi memandaikan yang diajar. Kalau cara mengajarnya tidak baik, maka sumberdaya manusia yang dihasilkan juga tidak akan baik," katanya.

Cara yang baik itu mirip kinerja wartawan yakni terampil dalam informasi, kritis, dan mampu menghubungkan informasi dengan informasi lainnya. Contohnya adalah menghubungkan informasi tentang penggunaan deterjen yang baik ada takarannya dan kalau kebanyakan justru jelek.

"Dengan pembiasaan, dosen mengasah terus keterampilan informasinya setiap hari kepada mahasiswa, maka para mahasiswa juga akan terbiasa melakukan itu. Outputnya si mahasiswa kelak menjadi guru juga akan melakukannya pada siswa di sekolah, sehingga dosen itu menjadi model untuk mahasiswanya," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016