Surabaya (Antara Jatim) - USAID-PRIORITAS Jawa Timur mendorong lahirnya peraturan daerah (perda) tentang literasi, seperti SK Bupati Lumajang tentang Penerapan Budaya Baca Wajib Dilakukan di Seluruh Sekolah.

"Di Jatim ada 14 kabupaten/kota yang menjadi mitra USAID-PRIORITAS dengan Lumajang yang sudah mewajibkan program literasi dengan SK Bupati. Sebentar lagi, Sidoarjo juga," kata Whole School Development Specialist USAID PRIORITAS Handoko Widagdo di Surabaya, Kamis.

Di sela Lokakarya Pengembangan Kabupaten/Kota Literasi Mitra USAID-PRIORITAS (program praktik pembelajaran yang baik USAID), ia menjelaskan setiap kabupaten ada 16 SD/MI dan delapan SMP/MTs yang menjadi jangkauan USAID-PRIORITAS.

"Untuk menjangkau lainnya perlu dana sendiri, karena itu kami mendorong ada diseminasi pada sekolah lainnya, seperti Gerakan Literasi Nasional yang dilakukan Kemendikbud dan perda-perda literasi seperti yang dilakukan Lumajang," katanya.

Menurut dia, perda literasi itu bukan sekadar instruksi untuk melakukan literasi, namun perda literasi akan menjadi "payung hukum" untuk pemberlakukan secara menyeluruh dan juga anggaran program melalui APBD.

"Literasi itu bukan hanya upaya menumbuhkan gemar membaca, namun menumbuhkan keterampilan informasi mulai dari mencari, mengolah, menggunakan, dan menyajikan informasi, baik lisan maupun tulisan. Target akhirnya adalah budaya membaca atau kebiasaan membaca," katanya.

Ia mengatakan literasi itu juga beragam bentuknya mulai dari tatap muka (di kelas) atau "masuk" dalam jam pelajaran, membaca 15 menit sebelum memulai pembelajaran, hingga satu jam khusus literasi yang bukan masuk dalam jam pelajaran, namun satu jam terpisah dengan jam pelajaran.

Lokakarya itu diikuti oleh 12 Kabupaten / Kota Mitra USAID-PRIORITAS Jawa Timur yakni Kabupaten Blitar, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Madiun, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Lamongan, Kota Batu, Kabupaten Jombang, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Sidoarjo.

    
Pokja Literasi

Dalam kesempatan itu, Staf Khusus Mendikbud (Stakeholder Management) M Chozin Amirullah menegaskan bahwa pemerintah serius dengan program literasi itu, karena itu Kemendikbud sekarang membentuk Pokja Literasi.

"Pokja Literasi itu akan memfasilitasi program literasi secara nasional, baik program literasi di sekolah maupun program literasi di dalam masyarakat. Namun, Pokja Literasi itu tidak membuat program literasi, melainkan mendorong program literasi yang sudah ada," katanya.

Misalnya, sekolah yang sudah memiliki program literasi akan diperkuat dengan dukungan pelatihan, sarana, dan anggaran, kemudian sekolah yang ada didorong untuk melakukan "bias" kepada sekolah lain. "Bahkan, literasi di sini bukan sekadar membaca tapi terampil dengan informasi, sehingga kalau terima informasi media sosial akan dikritisi," ujarnya.

Untuk program literasi di dalam masyarakat, misalnya, Rumah Dunia yang merupakan Taman Baca yang dikembangkan Gola Gong. "Itu akan kita eksplorasi pada 31 kota hingga mencetak penulis muda, termasuk untuk studi kepenulisan di Singapura, misalnya," katanya.

Ia menambahkan program literasi di dalam masyarakat yang juga akan dikembangkan antara lain Rumah Budaya di Papua. "USAID-PRIORITAS yang memiliki program literasi pada sembilan provinsi, termasuk Jawa Timur, juga akan kita dorong berkembang dan meluas ke daerah lain," katanya.

Sementara itu, USAID PRIORITAS sejak menerbitkan Modul 2 dan 3 telah mencantumkan gerakan budaya membaca yang dilatihkan di seluruh sekolah mitra dan wajib diimplementasikan. Setiap pagi, sebelum memulai jam pelajaran para siswa dwajibkan melakukan kegiatan membaca senyap minimal 15 menit.

Dari kegiatan membaca tersebut siswa kemudian diminta menuangkan hasil membaca dalam bentuk resume di jurnal membaca. Selanjutnya setelah satu buku selesai dibaca, mereka diminta merangkum kembali kumpulan resume yang sudah mereka buat dalam satu buku ke dalam bentuk sinopsis buku secara utuh dengan Bahasa siswa.

"Kegiatan ini berdampak pada keterampilan siswa dalam membaca dan memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada siswa. Siswa yang terbiasa membaca buku, cara berpikirnya akan lebih maju dan terbuka, serta dalam menerima pelajaran biasanya hasilnya akan lebih baik dari siswa yang jarang membaca buku," kata Koordinator USAID-PRIORITAS Jatim, Silvana Erlina. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016