Tulungagung, (Antara Jatim) - Sejumlah tim peneliti menduga lokasi tempat ditemukannya fragmen atau pecahan tengkorak manusia sejarah di bantaran Sungai Brantas, Desa Pulotondo, Tulungagung, Jawa Timur adalah bekas barak prajurit masa raja Jaya Baya saat masih memimpin kerajaan Mataram Hindu.
     
"Itu masih sebatas dugaan, karena di sekitar lokasi kami juga menemukan dua sumur kuno dan dua ambang pintu terbuat dari batu yang tertera tahun 1.058 Saka," kata Kasi Pelestarian Purbakala dan Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung, Tri Nugraha di Tulungagung, Rabu.
     
Kendati belum berani memastikan status, usia, dan asal-usul tengkorak, Tri mengatakan masih ada banyak tengkorak yang terpendam dalam kondisi rusak.
     
"Ada beberapa yang masih terpendam namun masyarakat tidak berani mengangkat, atau sengaja dipendam lagi karena takut," ujarnya.
     
Tri menambahkan, dugaan area bantaran Sungai Brantas yang ada di pinggiran Desa Pulotondo merupakan bekas barak tentara kerajaan menguat karena tidak ditemukan tembikar klasik ataupun jejak pemukiman penduduk di daerah tersebut.
     
Sebaliknya, kata dia, hanya ada ambang pintu, satu gerabah kuno, serta sejumlah tengkorak yang sebagian berserak dan sebagian lain seperti terkumpul bersama.
   
"Lokasi penemuan yang di sana itu sebenarnya bukan rawa-rawa, tapi di bawah tanah yang kemudian terendam luapan air Sungai Brantas," ujarnya.
   
Kepala Museum Etnografi Universitas Airlangga, Toetik Koesbardiyati belum bersedia banyak berkomentar terkait fragmen tengkorak yang diduga berasal dari manusia pada zaman awal masa sejarah di Indonesia.
     
"Kami masih akan teliti dulu dengan mengambil DNA-nya serta 'dating' (usia tulang dan umur) tengkorak saat meninggal," kata Toetik.
     
Mengenai kebenaran dugaan usia tengkorak tanpa muka berasal dari zaman klasik Indonesia atau masa kerajaan-kerajaan di bawah kepemimpinan Jaya Baya, Toetik mengaku masih akan memverifikasinya melalui penelitian usia karbon.
     
"Nanti kalau sudah ada hasil laboratorium paleoantropologi Unair kami bisa bicara banyak. Kalau sekarang kami belum," ujarnya. 
     
Sejumlah penambang pasir di bantaran Sungai Brantas mengaku telah beberapa kali menemukan fragmen tulang karak lebih dulu.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016