Surabaya (Antara Jatim) - Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya membuat karya mobil listrik terbaru bernama Kunthing Sakti dengan mengusung gaya "city car" atau kendaran praktis dan nyaman.

Ketua tim pembuatan Kunthing Sakti, Aan Sugeng Irianto di Surabaya, Rabu mengatakan selama empat bulan, tepatnya sejak Desember tahun lalu, ia bersama 13 mahasiswa rekannya mulai merancang. 

"Sekarang hasilnya sudah bisa kami fungsikan dengan baik, meskipun harus ada perbaikan. Kami memilih nama Kunthing Sakti berdasarkan salah satu tokoh pewayangan dari Bimo kecil yang memiliki sifat gesit dan lincah," katanya.

Ia mengatakan tahap-tahap pembuatan mobil ini, mulai dari perencanaan, penentuan spesifikasi, sampai perancangan desain. Tahap berikutnya masih ada fabrikasi, assembling sistem mekanik dan elektronik hingga finishing sistem dan modul. 

"Seratus persen body mobil kita buat sendiri menggunakan plat galvanis dan acrilic, sedangkan untuk spare part seperti mesin, roda dan lampu masih mengandalkan pabrikan," kata dia.

Meski baru berbentuk prototype, Aan dan timnya berusaha tetap menjaga kenyamanan bagi pengemudi, sehingga desain mobil dibuat dengan gaya city car berkapasitas dua orang. 

"Secara spesifik, lanjut dia, mobil itu bisa digunakan untuk melaju hingga 40 Km per jam. Dengan kapasitas 850 watt samai 60 volt, baterai bisa bertahan hingga tiga jam untuk melaju," tuturnya.

Menurut dia, ia dan timnya memasang lima baterai portable yang mudah dilepas untuk diisi ulang. Jadi, mobilnya tidak perlu dibawa kemana-mana jika isi ulang karena baterai bisa diganti dengan yang berkapasitas hingga 3 ribu watt.

Dosen pembimbing pembuatan Kunthing Sakti, Sugeng Priandoko menuturkan, karya mahasiswa sengaja dibuat dengan biaya semurah mungkin. Total anggaran yang dihabiskan hanya sekitar Rp50 juta. 

"Biaya itu sudah murah, karena produksi mobil listrik sebenarnya butuh biaya cukup mahal. Biaya yang mahal itu utamanya karena mesin mobil masih harus impor, sehingga demi efisiensi, beberapa spare part harus diakali agar lebih hemat," terangnya. 

Ia mencontohkan untuk transmisi, mahasiswanya memilih rantai dari pada menggunakan gir karena selain murah, rantai juga mudah diganti jika ada kerusakan serta kendaraan juga lebih ringan tanpa gir.

"Soal nama, kami mempunyai alasan tersendiri memilih dari tokoh pewayangan. Raden Setyaki yang merupakan nama asli Kunthing merupakan sosok kecil namun lincah nan kuat seperti Bima," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016