Surabaya (Antara Jatim) - Sastrawan dari Madura yang dikenal dengan julukan "Celurit Emas" D. Zawawi Imron mengajari ratusan mahasiswa Surabaya dalam persoalan sastra di Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, Selasa.
"Dalam memandang peribahasa, seseorang tidak cukup memahami isinya saja, namun lebih luas makna yang diperoleh agar mengetahui maksud dari penulis peribahasa," katanya.
Ia menjelaskan sastra mampu untuk menjadi perisai untuk membentengi negeri ini dengan budaya lokal, namun sastra juga mampu menjadi bom waktu yang menghancurkan negeri ini jika penulisnya tidak menggunakan hati yang bersih.
"Para sastrawan muda harusnya membersihkan jiwanya dalam setiap menulis karya sastra agar terjadi kesatuan antara karya, nasionalisme dan rasa sastra sehingga mampu menginspirasi pembaca menjadi lebih positif," katanya.
Terkait polemik kebudayaan tahun 1936-1940 antara modernitas dan tradisi, ia menilai polemik itu ibarat air dan minyak yang sulit dipadukan.
Nilai-nilai lama dalam peribahasa mampu menjadi inspirasi untuk memacu perkembangan zaman bila ada dialog antara nilai-nilai modernitas dengan warisan tradisi bangsa.
"Kalau anak muda sudah tidak menjadi penulis peribahasa yang mempunyai jiwa nasionalisme, maka Indonesia tidak akan memiliki peninggalan budaya," katanya.
Dengan hal itu, ia menambahkan peribahasa merupakan paduan kecerdasan rohani dan kemampuan menguntai kata untuk mencermati dan mengarahkan kehidupan, menampilkan nilai-nilai menjadi kearifan untuk pedoman hidup.
Pada waktu yang bersamaan, Ketua Panitia Seminar Kesusastraan, Amidatul Jannah menyampaikan seminar bertujuan memberikan motivasi kepada mahasiswa sastra untuk semangat menulis dan berkarya sebagai anak Bangsa.
"Di Unitomo hanya 25 persen yang memilih fokus pada sastra, hal inilah yang menjadi alasan terselenggaranya seminar kesusastraan di bulan bahasa tahun ini," katanya.
Selain itu, Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Sidoarjo, Eka menyampaikan seminar ini memberikan semangat untuk bisa berkarya seperti Zawawi Imron.
"Menjadi seorang sastrawan seperti Zawawi Imron menjadi cita-cita terdekat dengan terus menulis dan menulis sesuai anjuran beliau agar menjadi sastrawan muda yang mempunyai rasa sastra," ujarnya.
Acara Seminar Kesusastraan yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) yang diikuti 200 peserta dari mahasiswa dan umum. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Dalam memandang peribahasa, seseorang tidak cukup memahami isinya saja, namun lebih luas makna yang diperoleh agar mengetahui maksud dari penulis peribahasa," katanya.
Ia menjelaskan sastra mampu untuk menjadi perisai untuk membentengi negeri ini dengan budaya lokal, namun sastra juga mampu menjadi bom waktu yang menghancurkan negeri ini jika penulisnya tidak menggunakan hati yang bersih.
"Para sastrawan muda harusnya membersihkan jiwanya dalam setiap menulis karya sastra agar terjadi kesatuan antara karya, nasionalisme dan rasa sastra sehingga mampu menginspirasi pembaca menjadi lebih positif," katanya.
Terkait polemik kebudayaan tahun 1936-1940 antara modernitas dan tradisi, ia menilai polemik itu ibarat air dan minyak yang sulit dipadukan.
Nilai-nilai lama dalam peribahasa mampu menjadi inspirasi untuk memacu perkembangan zaman bila ada dialog antara nilai-nilai modernitas dengan warisan tradisi bangsa.
"Kalau anak muda sudah tidak menjadi penulis peribahasa yang mempunyai jiwa nasionalisme, maka Indonesia tidak akan memiliki peninggalan budaya," katanya.
Dengan hal itu, ia menambahkan peribahasa merupakan paduan kecerdasan rohani dan kemampuan menguntai kata untuk mencermati dan mengarahkan kehidupan, menampilkan nilai-nilai menjadi kearifan untuk pedoman hidup.
Pada waktu yang bersamaan, Ketua Panitia Seminar Kesusastraan, Amidatul Jannah menyampaikan seminar bertujuan memberikan motivasi kepada mahasiswa sastra untuk semangat menulis dan berkarya sebagai anak Bangsa.
"Di Unitomo hanya 25 persen yang memilih fokus pada sastra, hal inilah yang menjadi alasan terselenggaranya seminar kesusastraan di bulan bahasa tahun ini," katanya.
Selain itu, Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Sidoarjo, Eka menyampaikan seminar ini memberikan semangat untuk bisa berkarya seperti Zawawi Imron.
"Menjadi seorang sastrawan seperti Zawawi Imron menjadi cita-cita terdekat dengan terus menulis dan menulis sesuai anjuran beliau agar menjadi sastrawan muda yang mempunyai rasa sastra," ujarnya.
Acara Seminar Kesusastraan yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) yang diikuti 200 peserta dari mahasiswa dan umum. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016