Surabaya (Antara Jatim) - Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) berencana akan menjalin kerja sama dengan sejumlah kebun binatang dan lembaga konservasi (LK) di Indonesia untuk diajak hibah satwa.
Asisten II Sekretaris Kota (Sekkota) Surabaya bidang perekonomian M. Taswin, di Surabaya, Senin, kerja sama itu dilakukan menyusul banyaknya jenis satwa di KBS yang mengalami surplus dan over population, sedangkan PDTS KBS sudah kesulitan untuk merawat satwa yang berlebihan tersebut.
"Langkah saling menghibahkan satwa memang legal dilakukan berdasarkan peraturan yang dikieluarkan oleh Kementerian Kehutanan. Asalkan, lembaga yang dihibahkan tersebut sama sama mengantongi izin sebagai lembaga konservasi," katanya.
Menurut dia, pihaknya sudah melakukan rapat dengan PDTS KBS dan hasilnya adalah arahan untuk segera melakukan percepatan untuk penyelesaian over population yang terjadi di KBS, salah satunya adalah dengan cara hibah.
Untuk teknisnya, lanjut dia, secara penuh pemkot memberikan keleluasaaan pada PDTS KBS lantaran status BUMD yang sudah di sandang. Sebab sebagai perusahaan daerah KBS memiliki otonomi untuk melakukan pengaturan dalam perusahaan. Meskipun koordinasi dengan pemkot harus tetap dilakukan.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirut PDTS KBS Acshta Boestani Tajudin mengatakan memang ada beberaapa jenis satwa yang mengalami kelebihan populasi, yang pertama adalah Komodo. Total di KBS kini ada komodo sebanyak 70 ekor. Padahal idealnya, Komodo hanya dibtuhkan untuk ada di KBS sebanyak 15 pasang.
Selain itu, lanjut dia, jurik bali di KBS saat ini ada sebanyak 170 ekor jurik bali. Padahal idealnya hanya dibutuhkan sebanyak 10 ekor saja sudah cukup untuk memenuhi nilai edukasi dan juga kebutuhan untuk breeding.
"Selain itu juga ada Bekantan, kami sudah punya sebanyak 60 ekor bekantan, padahal idealnya hanya dua kelompok saja atau sekitar 30 ekor sudah cukup," kata Aschta.
Begitu juga ada burung Pelikan yang juga mengalami over populasi. Ada 100 erkor burung pelikan. Dari kebutuhan yang seharusnya hanya 30 ekor saja.
Untuk itu, lanjut Aschta, sejumlah langkah pendekatan pada sejumlah kebun binatang sudah dilakukan PDTS. Komunikasi yang dijalin adalah kebun binatang yang ada di luar`Jawa sebab kalau di pulau Jawa sendiri ditakutkan kekerabatan satwa terlalu dekat.
Beberapa kebun binatang yang sudah dijajaki di antaranya adalah Bali Zoo, Kebun Binatang di Bukit Tinggi, Lampung, Maharani Zoo, dan juga lembaga konservasi di Lombok.
"Selain kami memberikan satwa kami juga mengincar beberapa satwa yang bisa menunjang keanekaragaman satwa di KBS. Seperti harimau sumatra, singa, aneka jeni sburung, dan juga beberapa satwa lain," katanya.
Permasalahan over populasi menjadi urgen untuk ditangani selain karena kandang yang sudah overload juga biaya operasional juga kian membengkak. Sehari, untuk makan 182 jenis satwa di KBS, perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp400 juta. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Asisten II Sekretaris Kota (Sekkota) Surabaya bidang perekonomian M. Taswin, di Surabaya, Senin, kerja sama itu dilakukan menyusul banyaknya jenis satwa di KBS yang mengalami surplus dan over population, sedangkan PDTS KBS sudah kesulitan untuk merawat satwa yang berlebihan tersebut.
"Langkah saling menghibahkan satwa memang legal dilakukan berdasarkan peraturan yang dikieluarkan oleh Kementerian Kehutanan. Asalkan, lembaga yang dihibahkan tersebut sama sama mengantongi izin sebagai lembaga konservasi," katanya.
Menurut dia, pihaknya sudah melakukan rapat dengan PDTS KBS dan hasilnya adalah arahan untuk segera melakukan percepatan untuk penyelesaian over population yang terjadi di KBS, salah satunya adalah dengan cara hibah.
Untuk teknisnya, lanjut dia, secara penuh pemkot memberikan keleluasaaan pada PDTS KBS lantaran status BUMD yang sudah di sandang. Sebab sebagai perusahaan daerah KBS memiliki otonomi untuk melakukan pengaturan dalam perusahaan. Meskipun koordinasi dengan pemkot harus tetap dilakukan.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirut PDTS KBS Acshta Boestani Tajudin mengatakan memang ada beberaapa jenis satwa yang mengalami kelebihan populasi, yang pertama adalah Komodo. Total di KBS kini ada komodo sebanyak 70 ekor. Padahal idealnya, Komodo hanya dibtuhkan untuk ada di KBS sebanyak 15 pasang.
Selain itu, lanjut dia, jurik bali di KBS saat ini ada sebanyak 170 ekor jurik bali. Padahal idealnya hanya dibutuhkan sebanyak 10 ekor saja sudah cukup untuk memenuhi nilai edukasi dan juga kebutuhan untuk breeding.
"Selain itu juga ada Bekantan, kami sudah punya sebanyak 60 ekor bekantan, padahal idealnya hanya dua kelompok saja atau sekitar 30 ekor sudah cukup," kata Aschta.
Begitu juga ada burung Pelikan yang juga mengalami over populasi. Ada 100 erkor burung pelikan. Dari kebutuhan yang seharusnya hanya 30 ekor saja.
Untuk itu, lanjut Aschta, sejumlah langkah pendekatan pada sejumlah kebun binatang sudah dilakukan PDTS. Komunikasi yang dijalin adalah kebun binatang yang ada di luar`Jawa sebab kalau di pulau Jawa sendiri ditakutkan kekerabatan satwa terlalu dekat.
Beberapa kebun binatang yang sudah dijajaki di antaranya adalah Bali Zoo, Kebun Binatang di Bukit Tinggi, Lampung, Maharani Zoo, dan juga lembaga konservasi di Lombok.
"Selain kami memberikan satwa kami juga mengincar beberapa satwa yang bisa menunjang keanekaragaman satwa di KBS. Seperti harimau sumatra, singa, aneka jeni sburung, dan juga beberapa satwa lain," katanya.
Permasalahan over populasi menjadi urgen untuk ditangani selain karena kandang yang sudah overload juga biaya operasional juga kian membengkak. Sehari, untuk makan 182 jenis satwa di KBS, perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp400 juta. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016