Malang (Antara Jatim) - Menteri Perdagangan Republik Indonesia Thomas Trikasih Lembong meresmikan pasar tradisional Oro-Oro Dowo Kota Malang, yang dilengkapi dengan troli layaknya di pasar modern serta ruang laktasi bagi ibu menyusui.
"Dengan diresmikannya pasar Oro-oro Dowo ini, kebutuhan masyarakat di Kota Malang dapat terpenuhi dengan harga relatif terjangkau. Harga kebutuhan pokok lebih murah dan ketersediaan stok juga lebih terjamin," kata Mendag di sela peresmian pasar tersebut, Jumat.
Ia mengemukakan omzet Pasar Oro-oro Dowo mencapai Rp2,5 miliar per bulan. Dengan revitalisasi pasar menjadi lebih representatif dan nyaman tersebut, diharapkan omzetnya bisa meningkat karena masyarakat akan semakin nyaman dan senang berbelanja di pasar rakyat.
Mendag juga berharap Pasar Oro-oro Dowo tersebut dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik, sehingga kegiatan usaha pedagang dapat terus berkembang guna meningkatkan kesejateraan masyarakat Kota Malang dan sekitarnya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi daerah yang salah satunya ditopang dengan keberadaan pasar tradisional akan memperkuat sektor perdagangan dan meningkatkan daya saing pasar domestik. Hal ini sangat penting dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global yang semakin ketat.
Sementara itu, usai pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti, Mendag yang ditemani Wali Kota Malang Moch Anton dan anggota DPR RI Komisi XI, Andreas Eddy Susetyo meninjau Pasar Oro-oro Dowo yang telah direvitalisasi dengan anggaran sebesar Rp7 miliar tersebut.
Pada kesempatan itu Mendag juga berdialog dengan pedagang pasar dan mencicipi salah satu jajanan tradisional yang dijual di Pasar Oro-oro Dowo, yakni cenil.
Dalam dialog dengan pedagang itu, Mendag mengatakan pasar tradisional tidak boleh bersaing "head to head" dengan pasar modern. Justru, keberadaan pasar tradisional harus dipertahankan sebagai diferensiasi pasar.
"Ada banyak hal yang dimiliki pasar tradisional dan tidak mungkin masuk ke pasar modern yang standartnya sudah industri modern. Misalnya, produk kerajinan tangan hingga kuliner tradisional yang khas, sedangkan di pasar modern belum tentu bisa menemukan jajanan tradisional," ujarnya.
Pasar Oro-Oro Dowo mulai direnovasi pada Agustus 2015 dengan anggaran bantuan dari pemerintah pusat sebesar Rp7 miliar. Dan, pasar tersebut diproyeksikan sebagai pasar wisata di kota itu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
"Dengan diresmikannya pasar Oro-oro Dowo ini, kebutuhan masyarakat di Kota Malang dapat terpenuhi dengan harga relatif terjangkau. Harga kebutuhan pokok lebih murah dan ketersediaan stok juga lebih terjamin," kata Mendag di sela peresmian pasar tersebut, Jumat.
Ia mengemukakan omzet Pasar Oro-oro Dowo mencapai Rp2,5 miliar per bulan. Dengan revitalisasi pasar menjadi lebih representatif dan nyaman tersebut, diharapkan omzetnya bisa meningkat karena masyarakat akan semakin nyaman dan senang berbelanja di pasar rakyat.
Mendag juga berharap Pasar Oro-oro Dowo tersebut dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik, sehingga kegiatan usaha pedagang dapat terus berkembang guna meningkatkan kesejateraan masyarakat Kota Malang dan sekitarnya.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi daerah yang salah satunya ditopang dengan keberadaan pasar tradisional akan memperkuat sektor perdagangan dan meningkatkan daya saing pasar domestik. Hal ini sangat penting dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global yang semakin ketat.
Sementara itu, usai pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti, Mendag yang ditemani Wali Kota Malang Moch Anton dan anggota DPR RI Komisi XI, Andreas Eddy Susetyo meninjau Pasar Oro-oro Dowo yang telah direvitalisasi dengan anggaran sebesar Rp7 miliar tersebut.
Pada kesempatan itu Mendag juga berdialog dengan pedagang pasar dan mencicipi salah satu jajanan tradisional yang dijual di Pasar Oro-oro Dowo, yakni cenil.
Dalam dialog dengan pedagang itu, Mendag mengatakan pasar tradisional tidak boleh bersaing "head to head" dengan pasar modern. Justru, keberadaan pasar tradisional harus dipertahankan sebagai diferensiasi pasar.
"Ada banyak hal yang dimiliki pasar tradisional dan tidak mungkin masuk ke pasar modern yang standartnya sudah industri modern. Misalnya, produk kerajinan tangan hingga kuliner tradisional yang khas, sedangkan di pasar modern belum tentu bisa menemukan jajanan tradisional," ujarnya.
Pasar Oro-Oro Dowo mulai direnovasi pada Agustus 2015 dengan anggaran bantuan dari pemerintah pusat sebesar Rp7 miliar. Dan, pasar tersebut diproyeksikan sebagai pasar wisata di kota itu.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016