Surabaya (Antara Jatim) - RSUD Dr Soetomo (RSDS) Surabaya telah merawat bayi bernama Wasesa, putra pasangan Agus Siswanto dan Mujinem, warga Dusun Janti RT 04/RW 14 Desa Kedungrejo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk yang memiliki kelainan kulit sejak lahir.

Kepala Divisi Ruangan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSDS, dr Sawitri SpKK(K) di Surabaya, Senin mengatakan bayi berusia 45 hari tersebut menurut riwayat singkat dalam pemeriksaan mengalami suatu kelainan kulit genetik disebut "epidermolysis bullosa".

"Dalam pemeriksaan sementara ada luka di kedua belah kaki sejak lahir, kemudian seiring bertambahnya usia timbul beberapa lecet di tubuhnya, sehingga nampak ada beberapa luka terutama di kedua belah kaki, lengan, wajah, serta mukosa lidah," katanya.

Ia mengatakan pasien yang dirujuk dari RSUD Nganjuk itu mengalami adanya perlekatan sel-sel yang tidak sempurna sehingga ketika terkena gesekan atau tekanan, kulit akan dengan mudah terlepas kemudian menimbulkan luka hingga melepuh dengan mengeluarkan cairan.

"Sesuai hasil pemeriksaan sementara, kecurigaan kami mendekati pada 'epidermolysis bullosa', namun guna memastikannya kami masih berkonsultasi dengan bagian anak, telinga, hidung dan tenggorokan untuk melihat apakah ada kelainan di rongga mulut sampai tenggorokan," kata dia.

Menurut dia, untuk mengetahui kepastian dari diagnosis ini maka diperlukan berbagai pemeriksaan kelanjutan, baik kelainan kulitnya maupun kondisi umum pada bayi saat ini karena lamanya luka di kaki yang cukup luas. 

"Untuk kelainan kulit seperti kasus ini harus ada pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan apakah ada kelainan di organ lain karena kelainan ini juga akan disertai dengan kelainan lain, apakah di mata, rongga mulut serta saluran pencernaan," terangnya.

Kelainan kulit tersebut bisa berbahaya jika terdapat gangguan di rongga mulut, sehingga mengganggu dalam mengonsumsi ASI, luasnya permukaan kulit yang luka sangat rentan timbul infeksi, dan penguapan cairan elektrolit.

"Ada beberapa tipe 'epidermolysis bullosa' yaitu berdasarkan genetik berat dan ringan. Jika memang dari genetik berat atau sepanjang hidup, maka proses penyembuhannya agak lama karena memang ada kesalahan pada gennya, sehingga memerlukan penanganan kesinambungan terutama pada perawatan luka dan pencegahan luka," tuturnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan setelah mencari diagnosis yang pasti, maka akan dilakukan pengobatan dan mengajari orang tua pasien bagaimana merawat luka jika benar ditemukan epidermolisis bulosa. Dalam medis, banding pemeriksaan luar ataupun riwayatnya belum bisa menentukan diagnosis pasti.

"Ada diagnosis banding yang lain untuk menentukan ada kelainan yang lain, nanti kami cari dengan pemeriksaan laboratorium atau biopsi yaitu kulit-kulitnya dilakukan pengambilan sedikit jaringan kulit untuk dilihat kelainan yang sebenarnya," jelasnya.

Sementara itu, Ayah pasien, Agus Siswanto mengungkapkan beberapa hari pasca dilahirkan, kulit Wasesa tiba-tiba melepuh hingga mengeluarkan lendir dan berdarah. Setiap Wasesa menangis cairan seperti itu juga mengeluarkan darah.

"Harapannya tentu agar Wasesa bisa sehat dan seperti bayi pada umumnya. Selain itu juga tidak dibebankan pada biaya perawatan rumah sakit karena kondisi ekonomi keluarga kami juga sederhana," tandasnya. (*)

Pewarta: Laily Widya Arisandhi

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016