Blitar (Antara Jatim) - Ketua Gabungan Kelompok Tani Guyub Santoso Kholid Mustofa menilai pasar kakao serta olahan cokelat masih luas di Eropa, sehingga ia dengan anggotanya giat berupaya untuk memperluas tanaman kakao.
     
"Eropa mencari bahan (kakao) dari Indonesia, karena bahannya sangat cocok dengan rasa yang diharapkan," katanya saat kegiatan program pengembangan kakao berkelanjutan di "Kampung Coklat" Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Selasa.
     
Menurut dia, selama ini respon pasar dari Eropa sangat bagus. Hal itu berdasarkan permintaan kakao dari luar negeri yang cukup tinggi, yang salah satunya dilihat dari pola konsumsi kakao dan olahannya. Warga Eropa rata-rata per orang per tahun mengonsumsi 9 kilogram olahan kakao itu, sementara warga Indonesia hanya 0,3 kilogram per tahun.
     
"Pasar Eropa sangat besar. Pola konsumsi mereka juga sangat besar, lebih besar ketimbang warga Indonesia," kata pria yang juga distributor kakao untuk keperluan ekspor ini. 
     
Produksi kakao, kata dia, di Indonesia sebenarnya belum sepenuhnya optimal. Selama ini permintaan kakao cukup tinggi, namun untuk ekspor masih kurang. Di Kabupaten Blitar, dengan luas lahan sekitar 4.000 hektare, hanya menghasilkan sekitar 912,5 ton per tahun. 
     
Ia juga sangat antusias dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh Uni Eropa, GPEI (Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia), serta ICCRI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) yang diselenggarakan di tempatnya, "Kampung Coklat". Kegiatan program pengembangan kakao berkelanjutan itu memberikan angin segar bagi para petani kakao.
     
"Ini bentuk perhatian bagi para petani. Bukan hanya soal bantuan, namun adanya kesiapan Eropa untuk membeli produk," katanya.
     
Perwakilan Uni Eropa berkunjung ke Kabupaten Blitar, tepatnya ke "Kampung Coklat". Mereka ingin melihat langsung potensi tanaman kakao di Indonesia serta proses pengolahannya. 
     
Perwakilan Uni Eropa Marja Daffern mengatakan kakao dari petani Indonesia sangat diminati dan terkenal di dunia Internasional. Produk itu menjadi andalan utama di dunia internasional.
     
"Kakao menjadi produk andalandan terkenal di dunia internasional. Kami ingin mendukung dengan pengembangan tanaman kakao ini," katanya. 
     
Uni Eropa juga berencana memberikan bantuan untuk pengelolaan tanaman kakao sebesar Rp7,5 miliar. Bantuan itu nantinya untuk petani di empat kabupaten yaitu Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Malang, dan Bondowoso. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016